Musim Hujan  :  Petani Gembira,  Nelayan  ?
Bismillah,
    " Tidak selamanya mendung itu kelabu
     (turun hujan) "
    Â
Sebait ungkapan tersebut seringkali terucap dan terdengar ditelinga kita. Tetapi belakangan  ini, ungkapan  itu sepertinya tidak relevan dengan kenyataannya, " bila cuaca mendung, pasti hujan."
Demikian, kondisi cuaca di wilayah Kota Bengkulu akhir-akhir ini,  mendung datang, lalu  gelap dan  tanpa kompromi hujan yang disertai angin kencang pun tiba.
Disadari, memang beberapa bulan sebelumnya tetesan air hujan sudah mulai membasahi bumi rafflesia, tetesan air itu semakin menjadi ketika Desember datang dan sepertinya masih akan tetap terjadi di- beberapa bulan kedepan.
Memang sudah merupakan ketentuan-Nya dan para ahli klimatologi juga mengakui bahwa secara umum alam negeri ini mengalami musim kering (kemarau) dan musim basah (hujan).
Jadi sejak beberapa bulan yang lalu sampai hari ini, alam berada di musim hujan, setelah beberapa bulan sebelumnya diterpa cuaca panas alias kemarau.
Setiap kali terjadi perubahan musim, baik dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya, Â dari musim hujan ke musim panas, tentu ada banyak pihak yang di- untungkan atau sebaliknya dirugikan.
Bila musim hujan tiba, Â para petani khususnya petani sawah akan menyambutnya dengan riang gembira, Â mereka akan turun untuk mengolah sawahnya dan terpancar harapan akan keberhasilan padi yang ditanam karena tidak khawatir kekurangan air selama padi di- pertanaman.
Perasaan itu,  tentu berbeda dan malahan seperti  bertolak belakang dengan para nelayan, dimana mereka tidak bisa melaut karena air laut pasang dan gelombang tinggi, akibat hujan lebat disertai angin kencang.
Kalaupun dipaksakan melaut, hanya dapat menjelajahi bagian pinggir pantai dan pada durasi yang relatif sebentar, sehingga hasil tangkapan sedikit dan akibatnya pendapatan jumlahnya jauh berkurang.
Bahkan, diberitakan banyak diantaranya untuk sementara waktu beralih profesi ke pekerjaan lain, demi memenuhi kebutuhan hidup  sehari-hari, agar asap dapur tetap mengebul.
Keluhan semacam ini tidak hanya yang dialami oleh para nelayan daerah Bengkulu saja, melainkan juga di beberapa daerah luar wilayah Bengkulu, seperti banyak yang diwartakan media.
Sungguh persoalan yang dihadapi manusia hidup  didunia ini  tidak akan pernah habis, tuntas masalah yang ini, akan muncul masalah yang itu dan seterusnya.  Jadi dengan demikian tergantung bagaimana kita manusia menyikapinya.#
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H