Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ngebongkar Penyebab Angka Perkawinan Turun dan Solusi Endongraknya?

7 November 2024   08:56 Diperbarui: 7 November 2024   09:03 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  poto panitia resepsi pernikahan bersama sepasang mempelai.  sumber gambar : dokpri. 

Ngebongkar  Penyebab Angka Perkawinan Turun dan Solusi  Endongraknya  ?

Menurunnya angka perkawinan yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir menggelisahkan banyak pihak. Bila keadaan ini terus menerus terjadi dan tidak ditanggulangi  tentu akan berpengaruh terhadap bonus demografi negara ini.

Fenomena ini ditengarai penyebabnya adalah tingginya tingkat  kemandirian kuwala muda di bebarapa aspek kehidupan, sehingga urusan nikah terabaikan dan ada kecenderungan  jika " menikah " akan merepotkan,  padahal mereka umumnya " di usia nikah."

Disamping itu,  penghasilan dianggap belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan khawatir tidak akan mampu menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga.

Selainnya, ada juga yang ingin meringankan beban orang tua dengan cara membantu. ekonomi keluarga, mengurusi keperluan  adik-adiknya, terutama dalam hal menyelesaikan pendidikan.

Jika kalangan muda diusianya yang sudah waktunya untuk menikah berpikir begitu pada umumnya, maka dipastikan akan semakin meningkatkan turunnya angka perkawinan.

Oleh karena itu fenomena ini jangan dibiarkan dan sudah merupakan kewajiban bagi orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mengingatkan dan mendorong kaum muda yang sudah diusia nikah untuk mengakhiri masa lajangnya.

Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan agar mereka tersentuh  untuk mengakhiri masa lajangnya dengan menikah, yaitu :

Pertama. Pendekatan agama, bahwa semua agama menganjurkan pemeluknya agar "menikah" dengan pasangannya untuk mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan hidup didunia.

Kedua. Pendekatan sosial budaya, bahwa hidup " menjumblo,"  menunda-nunda pernikahan, padahal tidak ada suatu hal yang menghalangi, baik usia maupun secara ekonomi, akan mendapat kesan kurang baik umumnya ditengah masyarakat Indonesia.

Gelar " bujang tua " dan " perawan tua " bagi yang belum menikah di usia yang sudah cukup untuk berumah tangga, tapi belum juga  menikah, di sebagian masyarakat kita masih kental dan relatif belum hilang.

Jadi menikah diusia yang sudah matang merupakan anjuran yang positif dan harus menjadi renungan bagi kuwala muda untuk segera menikah, kecuali bagi mereka yang memang " ditakdirkan " untuk tidak menikah.

Majulah kita semua.#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun