Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Cita 21: Gong KKL di Tabuh, Bagaimana dengan Amunisi

22 November 2023   05:49 Diperbarui: 22 November 2023   05:56 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Cita   21  :    Gong  KKL  di Tabuh, Bagaimana Dengan " Amunisi "    ?

Bismillah,

Lebih kurang lima semester di godok di kampus dengan berbagai macam teori dan praktik, kini tibalah saatnya untuk menjajal peolehan itu di tengah masyarakat sesungguhnya, khususnya petani dan nelayan.

Kuliah Kerja Lapang (KKL) bagi mahasiswa Diklat APP merupakan kegiatan ulangan yang sudah dilakukan sebelum mereka tugas belajar menjadi mahasiswa, yang mayoritas berlatarbelakang Penyuluh Pertanian Lapangan.

Kuliah Kerja Lapang ini dilaksanakan selama  kurang  lebih 3  bulan, dengan mengikut sertakan seluruh kelaster atau Jurusan yang ada di Diklat APP Bogor, dengan di pusatkan dalam wilayah Kabupaten Bogor.

Dalam KKL ini setiap kelompok terdapat 4-5 orang anggota yang setiap kelaster ada  semua,  baik Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan menyatu dengan materi KKL yang pastinya berbeda-beda.

Tetapi umumnya pembinaan atau bimbingan kepada petani atau kelompok tani tentang  teknologi pertanian yang diduga ada kesenjangan penerapannya di lapangan dibandingkan dengan rekomendasi yang di anjurkan oleh Lembaga pertanian.

Pada hari itu di bulan September 1993 seluruh mahasiswa peserta KKL di serahkan secara resmi oleh Kepala Diklat APP Bogor kepada Pemda Kabupaten Bogor dan  secara resmi dinyatakan KKL mahasiswa Diklat APP Bogor di mulai.

Mahasiswa yang sudah ditentukan lokasi KKL-nya itu mulai menyebar ke kecamatan-kevamatan  dan di diterima oleh Camat di wilayah masing-masing.

Seterusnya turun ke desa, yang di terima Kepala Desa dan perangkatnya untuk di tempatkan di lokasi KKL yang sesungguhnya.

Penulis kelaster Tanaman Pangan dan Amar Perkebunan,  Al Akmar Peternakan, serta Iskandar Perikanan di lokasi Desa Nanggung  Kecamatan Nanggung.

Oleh Sekretaris Desa Nanggung  pada masa itu M. Gozhali ditempatkan  di rumah salah seorang pegawai Kantor Urusan Agama Kecamatan Nanggung Ibu Enen.

Kalau tempat tidak masalah untuk akses keluar karena relatif dekat dengan pusat keramaian desa Nanggung.

Tetapi untuk menjangkau dusun tempat tinggal dan usaha petani itu yang cukup jauh, serta tidak ada sarana angkutan untuk menjangkaunya kecuali dengan BD  11.

Kondisi serupa juga di alami oleh teman-teman di desa lain dan di kecamatan lain, dan bahkan medanya ada yang lebih berat untuk dijangkau.

Meskipun ada sarana angkutan berupa ojek motor tapi ongkosnya sangat mahal, dan kadang-kadang diminta turun oleh pengemudinya karena sepeda motor tidak kuat menanjak kalau beban berat umpama.

Hari berganti minggu, minggupun berganti bulan, akhirnya sampai juga di penghujung masa KKL, dimana semua kegiatan utama sudah tuntas, juga kegiatan penunjang seperti pembinaan kepada Ibu-Ibu PKK dan pemuda sudah rampung, tinggal mempersiapkan seminar hasil di kecamatan.

Seminar hasil di Kecamatan Nanggung di laksanakan tanggal 7 Desember 93, yang di hadiri seluruh mahasiswa, Dinas Instansi tingkat kecamatan dan Kepala Desa sekecamatan Nanggung, serta Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Soedarsono Thomas dan Ir. Wasrob Nasruddin, MS.

Pemakalah untuk mempresentasikan makalah gabungan se Kecamatan Nanggung dipercaya kepada Penulis dari Tanaman Pangan, Amar Perkebunan, Al Akmar Peternakan, dan Budi Waluyo dari Perikanan, sedangkan bertindak sebagai Moderator Tjetje Abdul Hadi.

Dari pembukaan sampai penyajian makalah, seminar berlangsung dengan baik tapi ketika sesi diskusi, terjadilah perdebatan yang seru antara Pemakalah dengan Kepala Cabang Dinas Pertanian (KCD) Kecamatan Nanggung.

Karena dianggap akan menurunkan reputasi yang bersangkutan, dimana dalam makalah tertulis masalah bahwa mayoritas petani Nanggung tidak menggunakan pupuk kalium (kcl) pada budidaya tanaman padi sawah.

Perdebatan sengit terhenti manakala Dosen Dr. Soedarsono Thomas menengahi dan meluruskan dengan berkompromi mengganti kata tidak dengan belum.

Jadi mayoritas petani Nanggung belum menggunakan pupuk kalium (kcl) pada budidaya tanaman padi sawah.

Meskipun beliau menerima hasil kompromi, tapi tak urung yang bersangkutan meninggalkan ruangan seminar sebelum acara  selesai.

Di kecamatan-kematan lainnya juga menurut informasi dari teman-teman banyak kendala yang dihadapi baik di lokasi KKL maupun ketika musyawarah di desa dan Seminar Hasil di kecamatan.

Hanya saja semua hambatan yang menghadang dapat di selesaikan dengan baik dan ternyata hasil akhirnya juga sangat memuaskan.

Majulah kita semua. #

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun