Perubahan ini hanyalah sekadar cara masyarakat setempat untuk mencari nafkah. Mereka melihat peluang dari banyaknya wisatawan manca negara yang hadir ke Yogyakarta, khususnya ke Prawirotaman. Masyarakat hanya menyediakan keperluan keperluan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
Terlepas dari perubahan “suasana” permukaan dari Prawirotaman, Prawirotaman masih menjadi Kawasan yang asri bagi hati para wisatawan, karena praktik praktik kebudayaan seperti unggah ungguh dan tata krama masih terasa kental di sana. Karena sejatinya budaya merupakan siklus kebiasaan yang dilakukan dari hari ke hari sehingga cukup sulit untuk menghilangkan budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H