Mohon tunggu...
yuliana indriani
yuliana indriani Mohon Tunggu... -

muslimah, mahasiswa dan pemimpi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

best friends???

28 Oktober 2010   23:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“kamu ini bicara apa? Aku benar-benar gak ngerti. Sebenarnya apa yang membuat kamu marah, membenci aku? Aku menghianatimu? Ayolah... bagaimana mungkin?” aku masih mencoba menahan semua perasaanku walau sungguh aku merasakan hatiku hancur seketika itu juga ketika dia bilang bahwa aku menghianatinya.

Perlahan dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya, sebuah bundel kertas yang cukup aku kenal ada di tangannya. Sebuah bundel kertas yang hanya di jepit dengan satu buah penjepit kertas, yang sangat aku kenal dengan semua ketikan yang ada di dalamnya, bahkan titik dan komanya pun aku hapal.

“kamu.... kamu tidak mengirimkan karyaku kan? Kamu menghianatiku. Kamu hanya mengirimkan karyamu, dan kemarin aku dengar karyamu menjadi yang terbaik dan akan segera diterbitkan. Aku ingin menjadi yang pertama menyampaikannya padamu tapi ketika aku menunggumu, aku tanpa sengaja menemukan ini di dalam tasmu, ini cukup menjelaskan semuanya. Aku sama sekali tidak menyangka, kamu hebat sekali.” dia tersenyum begitu sinis sambil memegang erat karyanya itu.

Semuanya terjawab sudah. Ternyata ini penyebabnya. Ah, aku tak pernah menyangka bahwa inilah yang terjadi. Semuanya, kesalahpahaman ini, hampir saja membuat aku percaya bahwa persahabatan kami tak bisa lagi dipertahankan. Tapi untunglah... semuanya kini jelas bagiku. Perlahan aku tersenyum lembut kearahnya.

“..kamu ingat tentang semua impian kita untuk merangkai dan mewujudkan mimpi kita bersama, untuk bersahabat selamanya?”

“hhhh....” dia sepertinya tidak percaya bahwa yang keluar dari bibirku hanya kata-kata ini. “Tak ada gunanya aku bicara pada sahabat sepertimu..”  dia terlihat sudah tak tertarik lagi dengan apa yang akan aku sampaikan, perlahan dia ingin meninggalkanku.

“semuanya hampir saja terwujud nindi.... hampir saja.” Langkah kaki nindi terhenti, dia diam. Dia menungguku melanjutkan kalimatku.

“yah, kamu adalah juara pertama lomba menulis itu, novel kamu akan segera diterbitkan! hanya saja.. sepertinya, lusa nanti kamu harus mengurus tiketmu sendiri untuk menghadiri launching novel pertamamu.” Dia membalikkan tubuhnya menatapku tak percaya. Aku hanya menatapnya lembut.. masih mencoba tersenyum kearahnya.

“tadi kepala sekolah sudah memberikan kabar pastinya... dan kamu harus percaya padaku kali ini.”

Dia masih menatapku tak percaya, perlahan dia mengangkat bundel kertas yang masih tergenggam erat ditangannya tadi. Mungkin dia berfikir aku hanya berbohong untuk membela diriku, tapi tidak.. ini kenyataannya.

“aku adalah pengagum tulisanmu nin, jadi wajarlah kalau aku menginginkan salinan draft tulisanmu. Lagi pula kamu sudah sempat memberikan izin untuk aku mengeprintkan lebih draft yang kamu minta kirimkan itu. Aku benar-benar mengirimkan karyamu.. hanya saja, ketika menuliskan nama di keterangan penulis aku sempat melakukan kesalahan, tapi aku sudah mengklarifikasinya dengan pihak penyelenggara lomba dan kepala sekolah juga membantu menjelaskan kesalahan itu. Dan tadi, semuanya sudah jelas... kamulah pemenang lomba itu... selamat nindi.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun