Mohon tunggu...
butsainah zahra
butsainah zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

🌍 Student of English Literature at UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ✈️ Hobbies: Traveling and exploring diverse cultures. 📱 Content Focus: Engaging with Generation Z topics, social media trends, and contemporary issues. 💬 I write about my experiences, insights on media influence, and the evolving landscape of youth culture. ✨ Join me on this journey as we explore the world together!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Gen Z dan Drama Relationship: Stop Wasting Time, Start Building Dreams

17 Januari 2025   07:53 Diperbarui: 15 Januari 2025   12:04 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hey, fam! 💔 Kita semua tahu bahwa cinta di era Gen Z itu penuh drama. Dari repost TikTok galau sampai story sindiran untuk pasangan, sepertinya kita terjebak dalam siklus yang bikin pusing. Mari kita bahas fenomena ini dan bagaimana kita bisa mencari arah yang lebih positif dalam hidup.

1. Cinta yang Menguras Energi

Buat banyak Gen Z, cinta bisa jadi roller coaster yang bikin jantung berdebar. Namun, kita sering kali terjebak dalam perasaan hingga lupa menjaga kesehatan mental. Beberapa perilaku yang umum terjadi:

  • Repost TikTok Galau: Apakah kamu juga sering membagikan video sedih tentang cinta? memang ini menjadi cara untuk mengekspresikan perasaan tanpa harus berbicara langsung. Tetapi alangkah baiknya kamu memulai percakapan terbuka dengan pasangan mu daripada seperti ini, karena belum tentu dia peka terhadap apa yang kamu mau.
  • Story Sindiran: Posting story yang menyindir pasangan tanpa menyebut nama? Ini mungkin terasa melegakan, tapi apakah itu benar-benar membantu dalam jangka panjang? tindakan ini justru dapat membuat hubungan menjadi tidak sehat dan terkesan tindakan yang tidak dewasa. Karena orang jadi tahu masalah apa yang terjadi pada status relationship kalian dan mungkin mereka cenderung berkomentar bahkan, ikut campur dalam hubungan tersebut.

2. Stalking: Ketika Rasa Ingin Tahu Berlebihan

Satu sisi dari cinta yang tidak sehat adalah kebiasaan stalking. Banyak dari kita merasa perlu tahu setiap langkah pasangan atau teman dekat:

  • Memantau Media Sosial: Dari Instagram hingga TikTok, kita terjebak dalam siklus mengamati aktivitas pasangan. Ini bisa bikin kita merasa insecure dan lebih galau.
  • Stalking Teman Terdekat: Kadang, kita merasa perlu memeriksa aktivitas teman dekat pasangan, berharap menemukan jawaban atas pertanyaan yang tidak terjawab. Namun, stalking bisa mengganggu privasi orang lain.

Mengganggu Privasi dan Kesehatan Mental

Stalking bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga sangat mengganggu bagi orang yang sedang di-stalk. Mereka mungkin merasa tertekan dan tidak nyaman, dan hal ini dapat merusak hubungan serta menciptakan lebih banyak drama.

3. Kehilangan Arah dalam Hidup

Sementara kita sibuk mengurusi drama percintaan, sering kali kita melupakan hal-hal yang lebih penting. Banyak Gen Z merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat dan kehilangan arah:

  • Fokus pada Cinta daripada Diri Sendiri: Kita sering kali lebih mementingkan hubungan dan mengabaikan pengembangan diri. Ini bisa menghalangi kita mengejar impian dan tujuan pribadi.
  • Kehidupan yang Terabaikan: Ketika terlalu fokus pada drama cinta, kita bisa kehilangan kesempatan untuk berkembang, baik secara akademis maupun profesional.

4. Mencari Keseimbangan

Jadi, bagaimana kita bisa keluar dari siklus ini? Berikut beberapa tips untuk menemukan keseimbangan dalam hidup:

  • Fokus pada Diri Sendiri: Luangkan waktu untuk mengeksplorasi minat dan hobi. Investasikan energi ke dalam hal-hal yang membuatmu bahagia.
  • Komunikasi yang Jelas: Jika ada masalah dengan pasangan, bicarakan dengan jujur. Mengungkapkan perasaan secara langsung lebih bermanfaat daripada sindiran di media sosial.
  • Batasi Stalking: Hindari memantau pasangan secara berlebihan. Ini bisa membantu mengurangi rasa cemas dan meningkatkan kepercayaan diri, serta menghormati privasi orang lain.

Drama percintaan di era Gen Z memang menarik, tapi jangan sampai kita terjebak dalam siklus yang merugikan diri sendiri. Ingat, cinta itu penting, tapi mengembangkan diri dan mencari arah yang positif juga tidak kalah penting.

 Jadi, yuk, kita mulai fokus pada diri sendiri dan masa depan yang lebih cerah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun