Saya bayangkan begini sederhananya, kalau-kalau hasil dari kontennya, berupa respons target, tidak sesuai harapan, maka akan ada plan b untuk mengejar harapan yang ditargetkan. Tentu saja, saya yakin yang jadi harapan Atta Halilintar tak jauh dari jumlah penonton channelnya yang membludak.Â
Soal salah-benar tak jadi soal, minta maaf pun akan jadi konten yang mengundang lebih banyak penonton, pembuat konten turunan dan bahkan pejabat hadir untuk ikut terhanyut dalam skrip yang direncanakan oleh Atta Halilintar dan tim. Hasil dari kerumunan yang menyoroti Atta Halilintar adalah uang, uang, dan uang yang banyak, yang kemudian dikenai pajak, setidaknya pajak penghasilan dan pajak royalti.Â
Pada akhirnya kenapa nggak sekalian Atta Halilintar dijadikan pahlawan super bagi kita semua, atas kehebatannya dalam menyusup ke pikiran-pikiran kita?
Ya, tentu saja kita semua akan menolak usulan ini. Tidak ada yang mau mengakui bahwa dirinya sudah terhipnotis virus Atta Halilintar, termasuk saya dan mungkin juga Anda.
Cara membuat Atta Halilintar kehilangan pesona supernya sebenarnya mudah, cuekin saja. Tapi hanya mereka yang sudah dianugerahi watak pandita yang mampu menangkal pesona Atta Halilintar, terlebih pesona cuan yang bisa ditambang dengan mengulitinya.
Bagi rakyat jelata nan jelita seperti saya, membuat konten tentang kontennya Atta Halilintar adalah jalan ninja saya menuju cita-cita mulia, bisa membayar pajak sebanyak pembayaran pajak Atta Halilintar.Â
Butet RSM, Ibu dari 3 anak yang anak pertamanya nge-fans dengan Atta Halilintar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H