Mohon tunggu...
Butet DewiRosmeilina
Butet DewiRosmeilina Mohon Tunggu... Lainnya - Just survivor

Jst me @Jambi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiba-Tiba Saja Aku Menjadi Seorang Paraplegia

28 Agustus 2021   14:28 Diperbarui: 28 Agustus 2021   14:57 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ah, aku hanya bisa menyusahkan orang saja.
Jangankan mengurus anak-anakku dan suamiku, mengurus diriku saja aku
tidak sanggup.
Di waktu yang berbeda, aku terkungkung oleh iblis dengan pemikiran
yang selalu mengajakku untuk meninggalkan Tuhan karena Tuhan tidak adil,
Tuhan tidak sayang samaku.

Aku merasa sendiri setiap malam, aku menjerit
dan menangis mengingat aku sudah lumpuh. Bahkan pernah pada suatu hari
aku mencoba menyuruh anakku mengambil racun. Aku ingin bunuh diri.

Namun
Tuhan menyatakan diri-Nya dan menyadarkanku bahwa Dia tidak pernah
meninggalkanku lewat kepolosan anak-anakku. Aku disadarkan Tuhan bahwa Dia selalu menolongku. Aku kembali diingatkan untuk tetap berpengharapan
pada Tuhan Yesus yang selalu menolong.


Kehilangan ini membuatku rapuh, sangat rapuh. Namun aku sadar
Tuhan selalu hadir dan mendukungku lewat kebaikan hati suamiku, kepolosan
anak-anakku, dukungan dari keluarga besar, lingkungan sekitar dan temanteman
pelayanan yang selalu mendoakan dan mendukungku.


Pada saat-saat tertentu semangatku kadang down --dan memang sering
seperti itu, mengingat keterbatasanku bahkan ketidakmampuanku melakukan
apapun seperti orang normal. Namun semangat dari orang-orang yang tidak
bosan-bosan menyemangatiku, membangkitkan aku kembali.
Saat ini tubuhku memang hanya terbaring dengan luka inkubitus di
bagian pantat yang sangat besar namun jiwa dan semangatku tidak terbaring.


Doa dan perhatian sebisa mungkin kucurahkan untuk anak-anakku. Sedikit
demi sedikit aku berjuang menyemangati diriku. Aku belajar lagi memaknai ayat
1 Korintus 10:13. Tidak mudah. Namun perlahan tapi pasti, aku belajar
mengatakannya dengan iman bahwa pencobaan yang kualami adalah
pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatanku.

Sebab Allah setia dan
karena itu Ia tidak akan membiarkanku dicobai melampaui kekuatanku. Pada
waktu aku dicobai Ia akan memberikan kepadaku jalan ke luar, sehingga aku
dapat menanggungnya. Memang saat ini aku belum melihat jalan keluar sama
sekali.

Namun aku belajar mengimani bahwa orang yang bertahan dalam
pencobaan, apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan
yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia, dan orang itu
pasti berbahagia (Yahobus 1: 12).


Aku tahu bahwa hanya mujizat yang mampu membuatku kembali seperti
sebelum kecelakaan. Namun aku pun sadar bahwa aku masih hidup berarti
Tuhan punya rencana khusus bagiku. Aku berusaha menemukan ladang di
mana aku bisa melayani. Dengan kondisi seperti ini, menjadi pendoa adalah
pelayanan yang ideal bagiku.

Aku akan berjuang melayani Tuhan dengan
menjadi pendoa, bukan hanya bagi anak-anak dan suamiku namun juga
lingkungan sekitarku, bagi gereja dan bagi pelayanan-pelayanan Tuhan yang
lain yang pasti akan dibukakan Tuhan bagiku.

Sekarang, aku ingin setiap hari bergembira dan menularkan
kegembiraan itu kepada anak-anakku, suamiku, orang-orang di lingkunganku
dan berkata: dang adong naso tarpatupa Debata. Dan kalaupun aku tidak
mengalami itu, aku akan berjuang, walaupun dengan berurai airmata
menyanyikan: maka jiwaku pun memujiMu, sungguh besar Kau, Allahku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun