FUI digunakan oleh kelompok anti Ahok untuk menekan PresidenJokoWidodo agar memberhentikan Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta. FUI menjadi wadah pemukul alternatif setelah Front Pembela Islam (FPI) tidak efektif lagi digunakan untuk memukul Jokowi dan Ahok, walau sebenarnya baik FUI maupun FPI merupakan organisasi berbeda namun memiliki semangat yang sama. Lalau bagaimana riwayat FUI sebenarnya?, Dalam sejarahnya FUI didirikan pada tanggal 5 agustus 2005 dan sejak itu FUI mendeklarasikan diri sebagai wadah refresentasi umat Islam[5] yang mengkalim NU dan Muhammadiyah sebagai anggotanya, walaupun NU sama sekali tidak merasa dinaungi oleh FUI.
Dari sini kita sudah dapat mencurigai bahwa FUI merupakan organisasi yang gemar mengklaim keanggotaan tanpa persetujuan dari Organiasi Islam yang mereka telah klaim itu. Terbukti bahwa dari sekian banyak Ormas Islam yang mereka masukkan kedalam daftar keanggotaan, hanya HTI dan FPI yang menjadi pengikut mereka secara resmi. Itu artinya bahwa FUI merupakan organisasi kaki tangan HTI yang sengaja dibentuk untuk melebarkan sayapnya agar prinsip-prinsip ideologi Khilafah dapat tertularkan secara cepat. Kenyataan ini terekam dalam aksi 313, walaupun aksi ini kelihatannya diprakarsai oleh FUI tapi pada kenyataannya peserta dan simbol yang marak ditemukan dilapangan merupakan peserta dan simbol yang khas dengan HTI. Berdasarkan informasi yang ada, HTI merupakan otak dari FUI, dan FPI merupakan otot dari mereka[6]. Kalau HTI dikenal dengan organisasi yang menolak sistem demokrasi dan pancasila, itu artinya aksi makar yang diprakarsasi oleh FUI erat kaitannya dengan misi untuk mengubah ideologi pancasila demi memuluskan jalan tegaknya Khilafah Islamiyah ala HTI. Â Â Â Â
Aksi 313 Sebagai Kampanye Anies-Sandi
Aksi ini terbilang cukup mengkhawatirkan karena isu yang mereka mainkan adalah isu SARA yang bisa berdampak pada polarisasi sosial berdasarkan etnis dan agama. "Kita minta kepada presiden untuk menahanAhok. Saya dukung pasangan yang muslim yakni Anies-Sandi," kata Roto (50) yang mengaku warga Senen, Jakarta, Jumat (31/3)[7]. Apa yang disampaikan oleh Orang bernama Roto (50) ini jelas merupakan pernyataan SARA yang mengarah pada sikap intoleransi politik serta dapat merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila. Anies-Sandi tetap harus bertanggung jawab atas polarisasi masyarakat Jakarta berdasarkan isu SARA, hal ini karena semua organisasi intoleran yang sengaja memecah belah masyarakat melalui isu etnis dan agama ada dibelakang Anies-Sandi sebagai pendukung setia.
kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya Roto (50) yang notabene menginginkan gubernur muslim ini justru sangat meragukan pasangan Anies-Sandi dapat merealisasikan janjinya ketika terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. "Saya akui kerja Ahok bagus. Saya demo teriak-teriak juga belum tentu Anies-Sandi kerjanya bagus, tapi karena akidah mau gak mau gak pilih Ahok," ujar Roto. Mayoritas masyarakat Jakarta sangat menyadari bahwa hanya pasangan Ahok-Djarot lah yang dapat membuktikan kinerjanya sebagai pelayan siang dan malam. Sementara rivalnya Anies-Sandi belum memiliki track record apapun yang bisa dibanggakan untuk meyakinkan masyarakat Jakarta bahwa kelak mereka bisa konsisten dalam kata dan perbuatan. Inilah yang mendorong tim pasangan Anies-Sandi beserta ormas-ormas intoleran dibelakang mereka gencar melancarkan aksi berjilid-jilid untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur, karena mereka kalah saing program dengan pasangan Ahok-Djarot.Â
[1]http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/04/18325141/polisi.aksi.313.pemanasan.untuk.makar.19.april.2017
[2]https://siapasiapa.wordpress.com/2014/08/05/kh-muhammad-al-khaththath/
[3]https://news.detik.com/berita/d-3464017/sepak-terjang-al-khaththath-alias-gatot-saptono