Mohon tunggu...
Cut Hani Bustanova
Cut Hani Bustanova Mohon Tunggu... -

Kupu-kupu yang bermetamorfosa demi menjelma pelangi :) Life is about learning and sharing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cat_Kul : Defense Mechanism Freud

20 Juni 2013   21:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:40 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Berikut ada bbrp catatan kuliah saat saya kuliah di Psikologi UI. Semoga bisa bermanfaat bagi siapa saja:)

Check it Out :)!

Apakah perbedaan antara regresi dan fiksasi ‘fixation’?

Fiksasiadalah strategi ego untuk menghadapi keadaan sekarang yang penuh kecemasan dan stress dengan membuat tahap psikologi menjadi lebih nyaman sehingga dapat tetap bertahan. Secara teknis, fiksasi hadir dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan di awal kehidupan manusia. Fiksasi merupakan kekuatan di mana makin banyak kecemasan terjadi, makin kuat fiksasi.

Regresi adalah mundurnya individu ke taraf perkembangan yang lebih rendah untuk menghindari kegagalan atau ancaman terhadap ego. Misalnya, anak kecil kembali meminta untuk menghisap dot setelah kelahiran adiknya. Orang dewasa yang mengalami stress akan kembali ke rumah orang tuanya. Regresi terjadi ketika individu mengalami kecemasan yang mempunyai karakteristik yang sama atau serupa dengan kecemasan yang menyebabkan fiksasi sehingga individu tersebut kembali ke masa ia mengalami fiksasi.

Apakah perbedaan antara proyeksi ‘projection’ dengan introjection?

Proyeksi adalah perasaan seolah-olah orang lain yang mempunyai sikap atau perasaan tertentu terhadap individu padahal sebenarnya individu tersebut yang mempunyai sikap atau perasaan tertentu tersebut. Dalam proyeksi, sebenarnya gejala utama misalnya, perasaan benci ada pada diri seseorang. Akan tetapi, orang tersebut mengalihkan energi yang “mengusik” dirinya kepada orang lain. Contohnya, A membenci B, tetapi superego melarangya karena B atasannya sehingga A mengatakan bahwa B yang membencinya.

Introjection adalah mekanisme pertahanan diri di mana seseorang memasukkan kualitas-kualitas positif dari orang lain ke dalam egonya. Misalnya, seorang remaja yang menganut nilai dan mengikuti gaya hidup dari bintang film kegemarannya sehingga ia dapat meningkatkan self-worth dan membuat inferiority pada dirinya minimum. Dalam introjection, terdapat proses identifikasi, tetapi identifikasi lebih menekankan pada aktifitas dan hal-hal yang konkret, sedangkan introjection lebih menekankan pada nilai ‘value’, standar, dan sebagainya.

Mengapa pada awalnya Freud mendukung seduction theory, tetapi selanjutnya ia menentangnya?

Pada dasarnya anak telah mempunyai dorongan seksual, misalnya pemuasan pada fase oral, seperti makan, menghisap, dsb. Dorongan seksual tidak harus dikonotasikan dengan intercourse, tetapi kegiatan seperti makan juga dapat dikatakan dorongan seksual. Hal ini disebabkan antara intercourse dengan makan mempunyai tujuan yang sama, yaitu melepaskan energi atau kecemasan.

Pada awalnya Freud mempercayai seduction theory karena orang tua berusaha “membujuk” anaknya dengan cara membantu anak untuk melepaskan kecemasan-kecemasan  yang dimiliki oleh anak. Misalnya, orang tua memberi makan anak ketika anak lapar. Oleh karena itu, anak merasa memiliki dorongan seksual kepada orang tuanya seperti dorongan seksual individu kepada pasangannya yang berhasil memenuhi hasrat seksual dari individu tersebut. Akan tetapi, berdasarkan penjelasan tersebut seharusnya anak mempunyai dorongan seksual kepada kedua orang tuanya, baik ibu maupun bapaknya. Akan tetapi, selanjutnya Freud menemukan kecenderungan bahwa anak akan mempunyai dorongan seksual kepada orang tua yang berbeda jenis kelaminnya dengan anak tersebut di mana anak laki-laki mempunyai dorongan seksual terhadap ibunya dan anak perempuan mempunyai dorongan seksual kepada ayahnya. Hal tersebut yang pada akhirnya membuat Freud tidak berpihak terhadap seduction theory.

(Bagian ini masih agak membingungkan juga untuk saya :) hehehehe weeeewww..

Apakah setiap represi harus disalurkan?

Segala kecemasan-kecemasan yang mengancam superego akan di-repres atau ditekan masuk ke alam bawah sadar. Energi yang menyebabkan kecemasan tersebut harus disalurkan dalam bentuk yang lain. Jika hal tersebut tidak dilakukan dapat menyebabkan gangguan kejiwaan. Seperti karung yang terus menerus diisi akan penuh. Jika isi dari karung tersebut tidak dipindahkan (disalurkan) ke tempat yang lain, maka karung tersebut akan rusak “jebol”. Seperti itu juga manusia. Penyaluran represi pada manusia, misalnya pria biasanya mencari istri yang cenderung mempunyai kemiripan dengan ibunya. Begitu juga dengan wanita, wanita cenderung mencari suami yang mempunyai kemiripan dengan ayahnya.

Ketika bayi lahir ke dunia, ia tidak dapat membedakan kesadaran ‘conciousness’ dan ketidaksadaran ‘unconciousness’. Menurut Piaget bayi berada pada tahap sensorimotor di mana hanya ada pengalaman tanpa konsep. Akan tetapi, ketika dewasa manusia telah mengenal konsep. Ketika timbul kecemasan pada diri manusia maka sensori dan pemikiran saling bekerjasama. Mereka memilih apakah kecemasan tersebut boleh langsung disalurkan atau harus ditunda dan mereka juga memilih apakah kecemasan yang ditunda dapat disalurkan pada waktu yang lain atau memang tidak akan pernah diizinkan untuk disalurkan. Kecemasan yang tidak akan pernah boleh untuk disalurkan inilah yang dapat disalurkan menjadi defense mechanism, misalnya represi. Ketika anak-anak, pria mempunyai dorongan seksual kepada ibunya dan wanita mempunyai dorongan seksual kepada ayahnya. Hal tersebut tidak diizinkan oleh masyarakat sehingga disalurkan dengan cara mencari pasangan hidup yang mempunyai kemiripan dengan orang tua yang berlainan jenis. Pria biasanya mencari istri yang cenderung mempunyai kemiripan dengan ibunya. Begitu juga dengan wanita, wanita cenderung mencari suami yang mempunyai kemiripan dengan ayahnya. (Inget! Penelitian test keringat). Ini wktu itu dosen saya cerita, namun agak sulit bagi saya utk mengingatnya kembali. :)

maaf :)

Referensi :

Feist, Jess dan Feist, Gregory J. (2006). Theories of Personality 6th Ed. Singapura: Mc Graw-Hill International

Sarwono, Sarlito W. (2002). Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: P.T. Bulan Bintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun