Para kontestan, tim pemenangan, tokoh agama atau publik perlu menjadi pendingin suasana di tengah rivalitas politik yang ada, bukan menjadi penyulut api permusuhan dan perpecahan hingga menimbulkan konflik horizontal di kalangan masyarakat bawah. Â
Kedua, utamakan persatuan dan kesatuan bangsa daripada kemenangan kelompok semata. Jangan sebab Pilkada, berbeda pilihan dan dukungan politik kemudian merusak persaudaraan, persahabatan dan persatuan.
Sekali lagi, ini tugas para elit, dalam hal ini kontestan Pilkada beserta semua tim menghadirkan narasi persatuan, menguatkan perbedaan dan terbiasa dengan perbedaan itu terutama dalam pilihan politik masyarakat akar rumput.
Ketiga, menghadirkan kampanye politik riang gembira, tidak saling menjelekkan, menfitnah apalagi menghasut permusuhan. Buat konten kampanye semenarik mungkin untuk menarik simpati masyarakat dan menentramkan suasana.
Sebab, pada dasarnya masyarakat Indonesia lebih tertarik pada sesuatu yang menyenangkan dan mengggembirakan daripada aktivitas menegangkan. Tindakan provokasi dalam bentuk apapun sebenarnya hanya semakin membuat orang nirempati tehadap kandidat tersebut.
Keempat, mengedepankan gagasan dan program, bukan mempertajam perbedaan. Pilkada ini seharusnya menjadi sarana bagi masyarakat untuk memilih mana program atau visi calon yang tepat dalam menyelesaikan tantangan di daerah.
Berarti, para konteskan Pilkada juga harus mampu menghadirkan program berkualitas, bukan bersembunyi dibalik narasi permusuhan, berlindung dibalik ketenaran seorang tokoh terkenal dan mungkin juga kini saatnya masyarakat Indonesia mengubah cara pandang dari ketokohan seseorang menjadi gagasan atau program dalam memilih pemimpin
Waspada Politik Belah Bambu
Dalam suasana suhu politik yang semakin memanas sebab rivalitas Pilkada semakin tinggi ini, tentu mewaspadai gerakan politik belah bambu adalah keniscayaan. Bukan tidak mungkin ada kelompok tertentu yang memainkan politik kejam ini untuk meraih kekuasaan.
Dalam banyak kasus, orang yang haus kekuasaan akan menggunakan segala cara untuk meraih serta mempertahankannya, sekalipun harus mengorbankan persatuan dan kesatuan bahkan pertumpahan darah antar sesama anak bangsa.
Nah, dalam sejarahnya, politik belah bambu ini pernah digunakan oleh Belanda dan orde baru untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Mereka mengadu domba antar sesama anak bangsa agar bermusuhan satu sama lain, memecah belah persatuan mereka, mengangkat satu dan menginjak satu kubu.