Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menghadirkan Kurban Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

16 Juni 2024   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2024   19:23 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto daun pisang untuk membungkus daging kurban | Reuters

Besok, (10/12/45 H), bertepatan dengan 17 Juni 2024 M, mayoritas umat Islam di seluruh Nusantara akan merayakan hari raya Idul Adha. Ibadah yang dilakasanakan sekaligus dirayakan setiap tahun sekali berdasarkan perhitungan bulan Hijriah atau kalender Islam.

Disebutkan bahwa Allah SWT hanya akan menerima kurban terbaik dan dari orang-orang baik. Maksudnya, dari mulai niat, cara mendapatkan, pemilihan, pemotongan sampai pembagian hewan kurban harus dilakukan dengan baik dan benar.

Terutama niat berkurban, harus dilandaskan pada mencari keridaan Allah SWT semata serta dalam rangka menjalankan syari'at-Nya, tidak yang lain. Cara mendapatkan hewan kurban juga harus dengan cara baik dan benar berdasarkan ketentuan Islam.

Begitu pula saat memilih hewan untuk dikurbankan, harus memilih hewan terbaik, bukan ala kadarnya. Sebagaimana ketentuannya, hewan tersebut harus minimal berumur dua tahun, tak boleh cacat fisik dan dalam kondisi sehat.

Saat disembelih juga harus dengan cara terbaik, tidak menyiksa dan menyakiti sang hewan. Ia harus menggunakan pisau yang tajam dan mempercepat proses penyembelihannya. Tak kalah penting, memastikan hewan mati karena disembelih bukan terbunuh.

Kita dapat membayangkan, ketika proses penyembelihan, pencacahan hingga pendistribusian hewan kurban, yang paling diperhatikan adalah soal kebersihan. Hewan kurban bila matinya bukan karena disembelih, maka ia termasuk bangkai dan haram hukumnya dimakan.

Dari uraian ini, kita dapat menangkap pesan secara gamblang bahwa ibadah kurban memang kemaslahatan bagi semua. Ia tidak hanya bicara soal bukti keimanan kepada Allah SWT, tetapi soal kemanusiaan, kehewanan dan lingkungan.

Lebih Sustainabilitas dan Ramah Lingkungan

Sebagaimana uraian di atas bahwa, ibadah kurban juga memiliki dampak terhadap sosial dan lingkungan. Sosial artinya berkontribusi pada pengurangan jumlah kemiskinan dan kelaparan melalui pembagian hewan kurban.

Dampak terhadap lingkungan maksudnya turut serta menjaga kelestarian lingkungan melalui beragam inovasi dalam pelaksanaan ibadah kurban. Meskipun dalam praktiknya masih sering diabaikan oleh masyarakat.

Harus diakui, pelaksanaan ibadah kurban terutama saat penyaluran dan pemotongan hewan kurban pasti menghasilkan limbah, seperti kotoran hewan, darah, tulang dan lain sebagainya. Termasuk di dalamnya penggunaan plastik sebagai pengemas daging.

Makanya, perlu ada langkah nyata terkait dampak kurban terhadap kelestarian lingkungan ini. Sebab, bukan tidak mungkin akibat kecerobohan dan ketidaktahuan manusia, ibadah kurban yang seharusnya mendatangkan kemaslahatan justru menghadirkan kerusakan.

Untuk mewujudkan ini, memang harus dimulai dari hulu lalu ke hilir. Proses pembibitan hewan ternak oleh para peternak harus memperhatikan unsur keberlanjutan dan ramah lingkungan. Pertama, menjaga ekosistem hewan agar tetap berkembang biak.

Menggunakan pakan alami, mengelola limbah ternak dengan baik dan memperhatikan aspek kesejahteraan hewan. Jadi, mulai dari tempat atau kandang, makanan serta kotorannya harus lebih ramah lingkungan.

Dalam banyak kasus, kadangkala peternak kurang memperhatikan aspek kebersihan kandang dan hewan sehingga sangat berdampak terhadap kesehatan serta kesejahteraan hewan. Lebih parah lagi, hewan yang belum cukup umur dijual demi keuntungan finansial.

Mestinya, ini tak boleh dilakukan karena akan sangat berdampak terhadap ekosistem hewan dan lingkungan yang pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan. Kepentingan ekonomi tidak boleh mengalahkan kepentingan lingkungan dan hewan.

Kedua, pengelolaan limbah hewan kurban yang lebih baik. Limbah berupa kotoran hewan dapat dihasilkan dari proses pembibitan, pemasaran dan pemotongan. Acapkali, kotorannya tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Beberapa malah sengaja dibuang ke sungai karena alasan kurang alat untuk mengelolanya, dan ini banyak terjadi saat pemotongan hewan kurban. Artinya, penitia pemotongan hewan kurban harus mengupayakan limbah kurban tersebut terkelola dengan baik.

Misalnya dengan ditampung pada tempat atau wadah tertentu, lalu kemudian diolah menjadi pupuk dan hasilnya bisa digunakan untuk memupuk tanaman atau menjualnya. Pengelolaan limbah kurban bisa juga diserahkan langsung kepada peternak atau petani.    

Ketiga, menggunakan bahan ramah lingkungan. Saat pemotongan dan pendistribusian hewan kurban, masih banyak yang menggunakan bahan plastik sebagai kantong daging. Alasannya lebih simpel dan fleksibel saat mencari dan menggunakannya.

Padahal, dampak negatif limbah plastik terhadap lingkungan sangatlah besar. Bahkan, saat ini pemerintah sedang mengupayakan pengurangan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari hari. Jika masih digunakan oleh panitia kurban, otomatis menyalahi aturan dan prinsip dasar dari keberlanjutan itu sendiri.

Perlu ada upayah serius dari semua pihak, terutama panitia kurban untuk beralih dari plastik ke bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, menggunakan dedaunan (daun jati, pisang dll) atau bambu dan rotan.

Inovasi dan Edukasi sebagai Solusi

Menghadirkan pelaksanaan kurban berkelanjutan dan ramah lingkungan memang bukan hal mudah. Terlebih, jika laku seperti tesebut di atas sudah mengakar dan menjadi karakteri dari masyarakat itu sendiri.

Namun, bukan berarti tidak mungkin untuk dirubah, sebab pada dasarnya manusia suka pada perubahan. Caranya, dengan menghadirkan inovasi baru baik berupa teknologi dalam rangka menjaga, mengelola dan mengurangi limbah kurban atau wawasan pengetahuan.

Bila inovasi sudah hadir, maka tugas berikutnya adalah mengedukasi masyarakat supaya mau berubah, lebih memperhatikan kerbelanjutan sekaligus lebih ramah terhadap lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun