Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada Politisasi Hari Raya Kurban

16 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 16 Juni 2024   08:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sapi kurban milik Bupati Ponorogo, Ipong Muchlisson (13/06/22) | Dokumen Jatim Now

Bagi para pelaku dan pemerhati media, spanduk atau baliho ucapan selamat yang di dalamnya ada foto diri, kemudian nama dan keterangan singkat berbunyi, "calon kepala daerah...." maka dapat dipastikan ini kampanye terselubung.

Lebih jauh, mereka (bakal calon kepala daerah) yang datang menemui masyarakat membawa paket bantuan dalam bentuk uang, makanan, pakaian atau barang dan jasa. Sebagian ada yang dibagikan sendiri, dan sebagian lagi dilakukan oleh timnya.  

Seperti saat sekarang ini, di mana masuk bulan Dzulhijjah yang di dalamnya ada perayaan Hari Raya Idul Adha bagi umat Islam. Orang Islam meyakini bahwa bulan ini mulia dan mengandung banyak keutamaan, sehingga sangat dianjutkan melakukan banyak kebaikan.

Khususnya ibadah kurban yang mengajarkan tentang pentingnya ketaatan, pengorbanan serta kepedulian terhadap sesama umat manusia. Artinya, secara substansi ibadah kurban ini bukan hanya bernilai ibadah, tapi juga berdampak sosial.

Sebab, hewan yang disembelih lalu dibagikan kepada orang yang membutuhkan akan sangat membantu mereka dan pada akhirnya memperkuat hubungan sosial kemasyarakatan. Inilah esensi utama dari pelaksanaan ibadah kurban itu sendiri.

Sayangnya, bagi sebagian politisi, hari raya Idul Adha yang sakral dan mulia ini justru kemudian dijadikan sebagai kesempatan untuk memperoleh keuntungan politik, meraih dukungan atau memperkuat posisi mereka.

Banyak dari mereka memanfaatkan momentum hari raya Idul Adha dengan cara memberikan bantuan dalam segala bentuk rupa dan warnanya. Lebih spesifik berupa hewan kurban atas nama pribadi untuk kepentingan pencalonannya.

Tentu saja, tidak semua politisi atau bakal calon kepala daerah melakukan hal demikian. Justru kita berdoa semoga tidak satu pun bakal calon kepada daerah di seluruh Indonesia yang rela mengotori ibadah suci ini hanya demi mewujudkan ambisi.

Sebab, politisasi perayaan keagamaan seperti ini cukup berbahaya bagi kesakralan ibadah dan berpotensi memecah belah masyarakat. Dalam konteks ini, kalaulah benar niat sesungguhnya dalam rangka meraih dukungan, maka secara otomatis kurbannya tidak sah.

Pada saat bersamaan, laku seperti ini termasuk bagian integral dari upaya menyogok rakyat melalui pendistribusian hewan kurban, dan hal ini dilarang oleh hukum agama, negara serta norma kehidupan masyarakat Indonesia.

Sekali lagi, patut dicurigai bilamana ada bakal calon kepala daerah yang memberikan bantuan dalam bentuk apapun, lebih khusus berupa hewan kurban di momen hari raya Idul Adha ini kepada kita semua, bahwa hal tersebut merupakan bagian dari agenda kampanye mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun