Makanya, perlu ada peta dan langkah konkret bagi seluruh kontestan Pilkada sebagai kunci meraih kemenangan. Sebab, dalam konteks kompetisi seperti Pilkada pasti ada yang kalah dan menang.
Semua kontestan Pilkada pasti ingin menang, tapi bukan berarti tidak siap kalah. Secara otomatis untuk menang, perlu adanya modal.
Nah, modal tersebut paling tidak mengandung empat unsur ini. Integritas, kualitas, isi tas, dan popularitas. Keempatnya menjadi modal utama bagi para kontestan dalam membangun jalan menuju kursi kekuasaan.
Pertama, integritas. Modal pertama ini sebenarnya lebih menitikberatkan pada faktor figur atau individu sebagai kontestan Pilkada. Integritas bukan sekadar jargon kosong, melainkan karakter sesungguhnya seorang pemimpin.
Masyarakat semakin cermat dalam menilai integritas calon pemimpinnya. Kredibilitas tanpa cela dan integritas yang tak terkoyak oleh godaan kekuasaan akan menjadi magnet bagi pemilih yang haus akan kepemimpinan yang jujur dan bertanggung jawab.
Kedua, kapabalitas. Integritas atau isi hati saja belumlah cukup, kapabalitas seorang kandidat menjadi modal berharga dalam meraih dukungan rakyat.
Kapabalitas di sini bukan sekadar kecerdasan intelektual (isi kepala) semata, melainkan juga kebijaksanaan dalam mengelola masalah-masalah kompleks yang dihadapi daerah. Termasuk juga rekam jejak berupa pengalaman memimpin sebelum maju dalam pilkada.
Sebagian pemilih menuntut atau mencari calon pemimpin yang tidak hanya pandai bicara, tetapi juga pandai bertindak dalam menyelesaikan beragam masalah di daerah tersebut.
Ketiga, isi tas. Di samping integritas dan kapabalitas, tidak dapat diabaikan bahwa politik juga membutuhkan sumber daya finansial yang cukup. Isi tas atau biaya politik, menjadi faktor yang tak terelakkan dalam sebuah kontestasi politik, termasuk Pilkada.
Dana kampanye, biaya saksi, dan berbagai keperluan lainnya membutuhkan investasi finansial yang sangat besar. Selain karena ada perubahan paradigma sebagian pemilih yang menukar idealisme dengan materi.
Sebagai fakta di lapangan, beberapa kali pelaksanaan pemilu baik pilpres maupun pilkada, praktek politik uang masih ditemukan dan bahkan lebih masif serta dilakukan secara terang-terangan.Â