pemilu 2024 sudah hampir selesai, tinggal menunggu hasil penghitungan manual dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) sekaligus penentu siapa pemenang pemilu kali ini, baik pilpres maupun pileg.
HelatanKalaupun ada sengketa karena faktor dugaan adanya kecurangan, para penggugat bisa segera mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan para hakim akan memutuskan apakah menolak atau mengabulkan permohonan tersebut.
Selanjutnya, bagian terakhir dari pesta demokrasi ini adalah pelantikan presiden dan wakilnya untuk periode 2024-2029. Bila sudah dilantik, maka tuntaslah semua rangkaian pemilu yang menghasilkan para wakil rakyat baik eksekutif dan juga legislatif.
Tentu, tulisan ini bukan hendak mengulas proses pemilu dan hasilnya, melainkan sebagai kata pengantar untuk menajamkan bahasan tentang pentingnya literasi media.
Dalam kata lain, pemilu sangat erat kaitannya dengan media bahkan media merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemilu itu sendiri.
Kita perlu belajar bagaimana media massa dimanfaatkan oleh negara, korporasi, para politisi alias kontestan pemilu untuk kepentingan tertentu baik individu, kelompok maupun golongan, dan dalam hal ini adalah kepentingan politik demi meraih kemenangan atau kekuasaan.
Selama proses pemilu berlangsung, sadar atau tidak kita banyak dipengaruhi oleh beragam opini yang berhamburan di media. Semuanya dibuat sedemikian rupa, disusun serta dikemas sebaik mungkin untuk menggiring opini publik.
Tepatnya, sejak pemilu 1992 dan 1997 media massa sudah dijadikan alat propaganda partai-partai politik dan tampaknya akan tetap dijadikan media untuk menyampaikan pesan-pesan politik, terutama dalam mempengaruhi publik.
Kemampuan media dalam mengagendakan isu tertentu, mengangkat suatu topik yang tidak diperlukan oleh publik lalu menjadi penting bagi masyarakat ini yang kemudian dijadikan alat untuk memanipulasi publik.
Alih-alih menjadi sumber berita atau informasi mencerdaskan, justru media menjadi sumber manipulasi kepentingan politik.
Tak hanya melulu soal politik, media juga mampu membentuk citra, opini publik, selera, gaya hidup, budaya dan lain sebagainya yang kemudian turut dimanfaatkan oleh seseorang atau kelompok tertentu untuk memuluskan kepentingannya.Â