Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Membaca Arah Dukungan Politik Presiden Jokowi

27 Januari 2024   08:02 Diperbarui: 27 Januari 2024   08:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaliknya, komunikasi tingkat tinggi kebanyakan pesannya bersifat implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan sebenarnya mungkin tersembunyi dalam komunikasi nonverbal sang pembicara, bisa dalam bentuk intonasi suara, gerakan tangan, ekspresi wajah, tatapan mata dan atau postur tubuh.

Bisa juga melalui konteks fisik semisal dandanan, penataan ruangan, tempat dan atau benda-benda semisal lainnya. Jadi, pernyataan verbalnya berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbalnya.

Sekadar contoh, kalau orang Indonesia mengatakan "Ya," makna sebenarnya bukan berarti dia menerima atau setuju, melainkan "Saya paham" dan "Saya tahu," atau bisa juga "Saya tidak setuju," dan ini termasuk komunikasi dengan budaya tingkat tinggi.

Penyataan "Cawe-Cawe dan Presiden Boleh Berkampanye" pak Jokowi, termasuk komunikasi tingkat tinggi, karena bersifat implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Maksudnya, pak Jokowi sedang menggunakan komunikasi politik tingkat tinggi untuk menyatakan sikap politik atau dukungan pada pasangan calon tertentu.

Misalnya soal cawe-cawe, meskipun sudah dijelaskan bahwa maksudnya untuk bangsa serta negara, tetapi secara eksplisit belum jelas dan lugas. Bisa saja maksud sesungguhnya adalah mendukung paslon tertentu untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal ini dikuatkan dengan pesan verbal dan nonverbal dalam kesempatan lainnya.

Begitu pula dengan presiden boleh kampanye, meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan dukungan, tetapi pernyataan ini seakan-akan mengandung pesan bahwa pak Jokowi sedang mengkampanyekan pasangan tertentu. Apalagi ditambah dengan narasi berupa pertanyaan balik kepada awak media, apakah saya terlihat memihak?

Bilangnya tidak berpihak, tapi sedang bersama dengan paslon tertentu, pakaiannya sama dan tempatnya menunjukkan latar belakang dukungan. Belum lagi sorotan mata, gerakan tangan, intonasi suara, dandanan, kebersamaan dan lain sebagainya.

Sekali lagi, melalui gaya komunikasinya kita bisa membaca arah dukungan presiden Jokowi dan menyimpulkan bahwa sebagai politisi beliau sedang menggunakan komunikasi politik tingkat tinggi, sehingga antara ucapan dan perbuatan itu bisa saja jauh berbeda.

Kode Dua Jari dari Presiden Jokowi 

Dalam ilmu komunikasi, kita mempersepsi orang tidak hanya melalui komunikasi verbal atau bahasanya, seperti halus, kasar, sopan, intelektual dan lain sebagainya, melainkan juga melalui perilaku nonverbalnya.

Maksudnya, baik pesan verbal maupun nonverbal sama-sama penting, dan ini berlaku untuk semua. Seperti bunyi sebuah ungkapan, "Bukan apa yang dia katakan, melainkan bagaimana dia mengatakannya." Lewat pesan nonverbalnya kita mampu mengetahui suasana emosional seseorang, apakah dia sedang bahagia, bingung atau sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun