Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

"Desak Anies", Budaya Kampanye yang Perlu Dibudayakan

2 Januari 2024   10:07 Diperbarui: 5 Januari 2024   05:48 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan menghadiri acara Desak Anies di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta Pusat | sumber: Daniel Geovanni Latumahina

Acara "Desak Anies" ini, saya dan mungkin sebagian orang, menganggap adalah gebrakan baru dalam dunia kampanye. Selain konsepnya yang elegan, interaktif dan aktif juga mengandung pendidikan politik demokratis bagi masyarakat.

Bayangkan, dalam satu forum, Anies dikeroyok oleh peserta yang hadir dengan beragam bentuk pertanyaan lalu diminta untuk menjawabnya satu persatu. Artinya, semua bebas berbicara tanpa ada sekat dan intimidasi.

Melalui panggung "Desak Anies" ini tersirat sekaligus tersurat sebuah pesan bahwa kebebasan berbicara dan berpendapat harus diberi ruang seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia, pada saat yang sama pemerintah dari semua level dan tingkatan harus mau hadir duduk bersama, mendengar aspirasi masyarakat sekaligus mampu menjelaskan secara ilmiah dan rasional semua rencana serta program kerja yang hendak dilaksanakan oleh pemerintah.

Kampanye model "Desak Anies" bukan sekadar hendak mempengaruhi keputusan konstituen dalam memilih, namun juga membuka wawasan masyarakat tentang sebuah gagasan dalam menjawab permasalahan bangsa dan negara melalui jawaban-jawaban yang diutarakan oleh Anies Baswedan. Masyarakat jadi tahu dari lisan calon presiden langsung bagaimana caranya memberantas korupsi, meningkatkan pelayanan publik, mencegah stunting, mengelola SDA, memajukan pendidikan, mensejahterakan ASN dan lain sebagainya.

Selain itu, publik jadi mengetahui isi kepala dari calon kepala negara lewat jawaban-jawaban yang dikemukakan, sikap atau respon ketika dikritik oleh orang yang berbeda pandangan.

Secara esensi, acara seperti ini mampu mengimbangi acara debat capres-cawapres yang hanya dilaksanakan beberapa kali selama musim kampanye, meskipun dalam kegiatan "Desak Anies" ini hanya Anies seorang tanpa kehadiran lawan politiknya.

Lebih jauh, "Desak Anies" menggambarkan kualitas sosok Anies Baswedan yang berani turun menemui semua jenis manusia, dari mulai kalangan mahasiswa, guru besar, agamawan, buruh petani, pedagang, konglomerat sampai kalangan disabilitas. Ia tidak takut dicerca pertanyaan dan mampu memberikan jawaban berdasarkan ilmu pengetahuan, pengalaman serta visi-misi yang akan dibawa memimpin Indonesia di masa yang akan datang.

Agenda "Desak Anies" ini bukan hanya menyerap aspirasi dari masyarakat, sosialisasi visi-misi dan program, diskusi lalu pulang. Lebih dari itu, Anies Baswedan datang membawa oleh-oleh berupa ide dan gagasan tentang Indonesia di masa depan.

Ide dan gagasan tersebut lantas ditawarkan kepada publik, baik skala lokal maupun nasional dan bahkan internasional. Jadi, jauh-jauh dari Jakarta membawa kabar gembira bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

Menjadi Rule Model Kampanye Baru

Antusiasme masyarakat menyambut acara "Desak Anies" terus meningkat dan mendapatkan respon positif dari masyarakat luas. Bisa jadi sesuatu yang mengganjal dalam hati serta pikiran banyak orang selama ini sudah mendapatkan jawaban dari Anies Rasyid Baswedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun