Semua pembingkaian itu dilakukan dalam rangka menonjolkan aspek atau pesan tertentu baik positif maupun negatif. Masing-masing kubu membingkai paslonnya dengan tujuan mendapat simpati atau antipati dari publik.
 Jadi, kalau kita tonton video debat capres kemarin secara utuh dari sumber yang independen, kita akan menemukan realitas berbeda dengan potongan-potongan video tersebut. Realitas atau kebenaran sesungguhnya ini kemudian dibelokkan secara halus oleh tim khusus dan disebarluaskan melalui media sosial.
Ada yang menonjolkan sisi kesantunan, kemarahan, kecerdasan dan lain sebagainya. Ekspresi wajah, kedipan mata, posisi tubuh, gerakan tangan dan intonasi suara tidak luput dari framing media sosial.Â
Tentu, tidak semuanya mengandung kebaikan, adakalanya justru keburukan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini wajar, karena semua kubu memposisikan diri sebagai pasukan perang yang setiap saat bisa menyerang atau diserang lawan. Bila tidak hati-hati, niscaya kita akan ikut terseret pada sikap serta tindakan irasional. Â
Dalam tulisan ini juga para pembaca bisa melihat lalu menilai, jika tulisan salah satu paslon lebih banyak disebutkan atau dibahas maka, ini termasuk framing dan kecenderungannya bisa positif atau negatif.Â
Pun demikian dengan media-media lainnya, kita dapat mengetahui arah serta tujuan dari sebuah gambar, keterangan dan juga pilihan kata.Â
Makanya, ada pernyataan bahwa media tertentu tidak netral itu memang benar adanya, sebab bagaimanapun juga media punya andil besar dalam menggiring opini publik. Â Â Â Â
Pesannya, jangan pernah percaya dengan potongan-potongan video yang menyebar masif di media sosial, termasuk caption atau keterangan singkat berupa tulisan atau pernyataan sebab itu merupakan agenda framing atau pembingkaian.Â
Termasuk juga, harus kita hindari larut dalam menonton dan debat kusir antar pendukung di kolom komentar, karena boleh jadi mereka semua adalah para buzzer yang sedang membangun opini publik. Sehebat apapun mereka berargumen, sama sekali tidak akan menambah intelektulitas kita.
Mari kita lihat semua isi media menggunakan kacamata ilmu komunikasi massa, bedah semua menggunakan teori jarum suntik, agenda setting dan analisis bingkai.Â
Kita perlu tahu, ada apa dibalik kata-kata, gambar dan video singkat dari masing-masing paslon. Kembalikan fungsi media massa dan sosial sebagai sember informasi yang mencerdaskan dan mencerahkan kita semua, dan jangan pernah memposisikan diri kita sebagai pasien yang tunduk, pasrah kepada obat bernama informasi yang disuntikkan kepada kita semua. Â Â