Mohon tunggu...
Busroni Wongsodimejo
Busroni Wongsodimejo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Local made, fragile, low explosive..\r\nPls, handle with care!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sebaiknya KRI Usman Harun untuk Armada Timur

13 Februari 2014   00:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usman - Harun tiba tiba menjadi 'selebritas' dadakan. Duet ini bukan artis atau politisi, namun menyita perhatian publik di Indonesia dan Singapura. Duo pahlawan yang namanya belum sempat tersiar luas melalui pelajaran sejarah di sekolah. TNI AL bermaksud mengenang dua prajurit mereka yang gugur dalam tugas dengan mengabadikan nama mereka pada fregat terbaru dalam jajaran Kapal RepublikIndonesia atau KRI.

Ternyata bukan hanya TNI AL yang terkenang oleh patriotisme mereka. Singapura pun terkenang oleh nama Usman Harun dalam perspektif yang kontras. Mereka mengenangnya sebagai teroris. Dan pemberian nama Usman Harun pada KRI membuat mereka tercekat dan mengirim protes kepada pemerintah RI. Sebuah protes yang wajar, meskipun sebenarnya saat aksi pengeboman oleh Usman - Harun , Republik Singapura sebagai negara belum terbentuk. Meski dalam perspektif Indonesia pada masa itu aksi Usman Harun adalah upaya perang terhadap neo-kolonialisme dan neo-imperialisme namun dalam perspektif Singapura itu adalah upaya agresi.

Sikap pemerintah Indonesia sudah jelas seperti pernyataan Departemen Luar Negeri bahwa pemberian nama KRI Usman Harun adalah hak pemerintah Indonesia dalam hal ini TNI-AL. Mereka berkeyakinan hubungan diplomatik tidak akan terganggu. Meski demikian menurut saya hubungan tetap akan sedikit terganggu sebagai negara yang bertetangga. Terlebih reaksi rakyat kedua negara yang biasanya lebay tak terkira sampai ngajak perang....

Saya jadi teringat akan sebuah rumor yang mendekati kebenaran di masa perang dingin. PM Singapura ketika itu Lee Kuan Yew - yang merupakan bapak PM sekarang Lee Hsien Loong- berniat membuka pangkalan militer AS di Singapura. Niat itu urung terlaksana karena protes pak Harto ( dan mungkin juga PM Malaysia Mahatir Mohammad ). Kehadiran pangkalan militer AS jelas akan menghadirkan ketegangan baru di Asia Tenggara. Untung saja kharisma pak Harto saat itu masih kuat diantara penguasa Asean sehingga niat itu batal. Entah benar tidak rumor tersebut.

Kalau rumor itu benar tentu itu menggambarkan paranoidnya mereka.Sebagai negara kecil yang secara ideologi dan kultural berbeda dengan dua tetangganya yang lebih besar maka wajar saja mereka merasa terancam. Terlebih sebagai negara yang ekonominya sangat bergantung pada investasi asing dan pariwisata serta menguasai jalur perdagangan tentu saja mereka sangat concern pada keamanan. Mereka butuh jaminan non agresi dari tetangganya. Kabarnya untuk ukuran negeri sekecil Singapura anggaran pertahanan mereka lebih besar dari Indonesia dilihat dari GDP nya. Jadi alasan protes Singapura menjadi wajar meski mereka beralasan pemberian nama KRI Usman Harun melukai keluarga korban pengeboman Wisma MacDonald.

Tindakan pemerintah dan TNI AL tetap memberikan nama KRI Usman Harun menurut saya sudah benar. Paling tidak ini sedikit 'jeweran' buat Singapura bahwa Indonesia negara berdaulat. Mungkin saja rakyat Indonesia banyak yang membenci Singapura karena mereka 'menampung' para koruptor Indonesia. Namun dalam konteks pertahanan saya merasa miris ketika pulau pulau di Kepulauan Riau diambil pasirnya buat reklamasi pantai mereka . Pulau pulau itu hampir saja tenggelam sebelum pemerintah RI mereklamasi kembali. Memang tindakan itu adalah jual beli antara swasta yang juga melibatkan orang Indonesia. Namun hampir mustahil pemerintah Singapura tidak mengetahuinya.

Namun demikian, sebagai tetangga yang baik dan demi menjaga kondusifnya keamanan Asean alangkah lebih baiknya KRI Usman Harun dimasukkan dalam jajaran Armada Timur yang beroperasi di perairan Indonesia Timur di masa damai. Ya, paling itulah respon kita untuk menjawab protes tetangga sebelah barat. Paling tidak KRI Usman Harun tidak akan pernah muncul di layar radar Singapura...!

Merdeka....!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun