MAMUJU,--Guru, dituntut untuk terus menambah wawasannya. Melalui apa? Melalui literasi. Melalui budaya membaca yang masif. Jika peserta didik rajin membaca, maka gurunya harus rajin membaca. Jika siswa dipaksa membaca, maka guru pun harus dipaksa membaca.
Hal itu pula disampaikan Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Efan Agus Munif saat membuka kegiatan pelatihan Literasi dan Numerasi (Litnum) In Service Learning 2 di Hotel D'Maleo Mamuju, Selasa malam 4 Juni 2024.
Peserta dari kegiatan ini adalah guru-guru Sekolah Dasar (SD) dari enam Kabupaten di Sulawesi Barat. Kabupaten Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasangkayu.
Dalam sambutannya, Kepala BGP Sulbar Efan Agus Munif menyampaikan, membangkitka kesadaran berliterasi bukan hanya berbicara literasi dan numerasi. Tidak hanya berbicara pencapaian materi, tapi ini lebih berbicara bagaimana anak-anak ditumbuh kembangkan.
"Oleh karena itu bapak/ibu sangat penting bagi kita semua insan pendidikan, mari kita membangkitkan pendidikan menjadi harapan terjadinya perbaikan kehidupan masyarakat. Kita harus membangkitkan bahwa dengan pendidikan hidup anak-anak itu menjadi lebih bagus lagi," ajak Efan dihadapan puluhan peserta Litnum.
"Bagaimana caranya, kita harus perbaiki kelasnya. Apakah itu cukup? Belum cukup. Bagaimana orang tua juga ikut berperan. Kita membangun kebiasan-kebiasan. Kalau misalnya anak dibawajibkan membaca, gurunya juga harus rajin membaca. Kalau anak dipaksa membaca, berarti gurunya juga harus dipaksa membaca. Kenapa? Karena gurunya yang akan melakukan reviuw terhadap pencapaian anak. Pelatihan ini tidak cukup makanya harus terbiasa membaca," lanjutnya.
Kata dia, bahwa berbeda membaca dengan menonton. Nonton tiktok dan youtube itu bukan membaca.
"Membaca teks. Contohnya membaca artikel, membaca berita di Koran," katanya.
Efan juga menyampaikan, selama ini anak-anak kurang menyukai manfaat dari pelajaran matematika. Olehnya itu bapak/ibu guru harus membumikan bahwa matematika itu, cara untuk berfikir secara rasional, taktis, analitik.
"Memiliki bahasa literasi dan memiliki matematika untuk menuju masa depan yang lebih cerah. Kalau anak-anak kita dibiasakan membaca, dan memahami, maka anak-anak akan berfikir bahwa belajar matematika itu menyenangkan," jelasnya.
Jadi bapak/ibu yang hadir di sini, mari mewujudkan anak-anak yang berkualitas. Mari lakukan perubahan. Mari wujudukan pahlawan-pahwalan literasi di kelas masing-masing.
"Mari bapak/ibu menjadi pahlawan literasi. Mulai malam ini harus menjadi insan yang suka baca," tutur Efan.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Igha Putri Kusuma mengatakan, peserta dari pelatihan yang hadir kali ini adalah peserta yang sama dari In Service Learning 1. Kemudian dilanjut On The Job Learning. Lalu kembali ke tempat ini untuk mengikuti In Servis Learning In 2.
"Jadi peserta ini akan mempersentasikan apa yang telah diimplementasikan dari On The Job Learning. Peserta ini semua dari guru-guru jenjang SD sewilayah Sulbar, yang berjumlah 80 orang. 40 orang dari peserta Literasi dan 40 orang dari Numerasi," kata Igha.
Ia berharap, setelah presentasi hasil dari bahan tanyangnya, peserta tidak terhenti sampai di sini, tapi terus berinovasi untuk meningkatkan kualitas literasi dan numerasi peserta didik, yang juga akan berdampak pada kualitas pendidikan khususnya di Sulawesi Barat.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H