Helvi Tiana Rosa, Sastrawan Indonesia, dosen, dan penulis berbagai buku bertema sastra juga menceritakan kisahnya ketika Ia harus hidup di emperan dekat rel kereta api bersama adik dan Ibu-Bapaknya.
Tak banyak hal yang bisa Ia lakukan ketika rumahnya kadang-kadang tersapu oleh angin desingan kereta api yang lalu-lalang di emperan rumahnya. Besar dan tumbuh di lingkungan yang kumuh, menjadikan beliau menjadi pribadi yang baik serta memiliki
Berdasarkan uraian beberapa kisah inspiratif tersebut, maka sangat jelas bahwa murid yang memiliki prestasi dan selalu menjadi juara kelas, tidak menjamin dirinya akan meraih sukses di masa depan.
Demikian pula sebaliknya, bahwa murid yang dahulunya dianggap tidak memiliki prestasi apa-apa, justru mampu membalikkan keadaan atau pandangan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut, tentu tidak dicapai dengan mudah, butuh proses dan keinginan yang kuat, membalikkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang tidak bisa menjadi bisa, dan seterusnya.
Lalu, bagaimana nasib pendidikan Kita hari ini di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19. Apakah program “Merdeka Belajar” menjadi tantangan atau musibah?
Berbicara mengenai program “Merdeka Belajar” yang digagas oleh Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebenarnya sudah dicanangkan jauh sebelum pandemi Covid-19 melululantahkan seluruh sendi-sendi pendidikan dan perekonimian dunia, termasuk Indonesia.
Di tengah merebaknya wabah pandemi Covid-19, sebenarnya menjadi tantangan tersendiri buat seluruh guru-guru di Indonesia untuk terus berbenah dan tetap memberikan materi pembelajaran kepada murid-muridnya, walaupun tidak dilakukan dalam ruang kelas. Inilah momentum yang paling pas untuk melakukan uji coba kesiapan para guru mersepon program “Merdeka Belajar” yang bisa dilakukan dalam kondisi serta situasi apapun termasuk dalam kondisi menghadapi merebaknya wabah pandemi Covid-19.
Belajar dapat dilakukan dari rumah guru kepada murid-muridnya di sekolah, atau bisa juga pada saat gurunya di luar kota melaksanakan tugas atau kewajibannya sebagai abdi negara namun tetap bisa melakukan proses pembelajaran dengan murid-muridnya di sekolah walaupun Sang guru tidak berada di kelas, atau bisa jadi guru mengajar dari rumah kepada murid-muridnya yang masing-masing sedang berada dirumahnya.
Saat ini, para operator seluler dan penyedia aplikasi berbasis video pembelajaran, sudah banyak menawarkan fitur-fitur berbasis teknologi yang siap digunakan. Misalnya, Whatsap, Messanger, Facebook, Instagram, dan yang paling trend adalah aplikasi Zoom.
Sementara operator seluler, juga ikut memberikan dukungan dan motivasi kepada guru dan murid yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menyediakan paket pulsa data gratis sebesar 30 Giga Mega Bait untuk pengguna aplikasi ruang guru bekerjasama dengan operator Telkomsel Indonesia.
Problem yang muncul kemudian adalah, tidak semua guru dan murid memiliki Handphone (HP) berbasis android. Kalau seandainya mereka kemudian diberikan HP berbasis anrdoid, pun belum tentu mereka bisa menggunakan fitur-fitur atau aplikasi yang tersedia pada HP android tersebut secara mandiri.