Mohon tunggu...
Ali Buschen
Ali Buschen Mohon Tunggu... -

mountaineer.writer.footballer.bobotoh persib

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Once Upon A Time in Taranaki

13 November 2012   02:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:31 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#Selena

Yellow and red, the world of logistics, tulisan mencolok mencuri perhatianku. Kadangkala aku bertanya-tanya mengapa DHL memilih warna merah dan kuning mencolok untuk membungkus setiap paket yang mereka antar.  Mungkinkah mereka berpikir warna-warna tersebut menambah daya tarik setiap paket? Seperti satu yang kudapat pagi ini. Dua yang terhangat dari spektrum warna plus lima huruf nama pengirim berhasil memanaskan tungku gairah semangatku.

Kurir mereka datang tepat pukul 8 pagi dan berhasil memaksaku untuk menerima paket terlebih dahulu sebelum mengabsen masuk kerja. Nama pengirimnya Basti, pendek saja, dikirim dari Waihapa Gasfield di Taranaki. Jadi orang itu memutuskan kembali ke rutinitas membosankannya, good to know that, pikirku.

Kubuka bungkusan merah kuning itu, isinya sebuah jurnal lecek, salah satu the legendary moleskine yang selalu Basti bawa kemanapun. Senyum mengembang diwajahku. Mataku menerawang mengingat kejadian gila musim panas yang lalu. Kubuka halaman pertama, sebuah kartu ucapan diselipkan disana, ‘untuk teman terbaik di hutan dan dimana-mana, Selena Andrew Knopper. Baca dari halaman paling belakang miss. Basti’ Lucu, baru kali ini kudapati orang yang menyuruh membaca sebuah kisah dari akhir kisahnya terlebih dahulu.  Baiklah Basti, apapun maumu.

99. oke ini akhir semuanya bagiku. Prioritas pertama saat ini membawa perempuan cantik ini keluar dari belantara mengerikan The Goblin Forest. Kuharap Selena akan baik-baik saja. Aku harus menjenguknya begitu keluar dari sini.

98. bulan sudah terlihat jelas sekarang. Beruntung kami berhasil menemukan jalan setapak ini dengan sign system Holy Hut ke arah depan terpancang dibawah pohon pinus.

97. bukit lagi!!!

Aku ingat Basti menjengukku di Taranaki Base Hospital sehari setelah aku berhasil keluar dari belantara Taranaki. Bahu kiriku dibebat, infus mengalir dari selang masuk ke tubuh ini lewat jarum yang menghujam lengan kananku. Kehadirannya terselubung lubang hitam. Dia ada disana, aku tahu itu, tapi dia nyaris tak bisa kurasakan. Yaah, aku memang antara sadar dan tidak sadar, aku sangat kecapaian saat itu. Kurasa dia membelai rambutku, mengoceh tentang maaf dan kepanikan dan keseruan petualangan kami. Menurutku semua yang terjadi lebih ke petualangannya dibandingkan petualangan kami.

Itu adalah pertemuan terakhirku dengan orang yang bertanggung jawab membuat bahu kiriku tak pernah beres lagi sampai saat ini. Seorang Colombus bagi dirinya sendiri, sherpa bagi mereka yang tersesat di belantara. Jurnal ini adalah sinyal kehidupan dari seseorang jauh disana, yang nyaris kulupakan. Radarku dapat menangkap itu tanpa perlu didekripsi dan aku langsung merindukannya saat ini. Kuteruskan membaca jurnal terbaliknya.

96. dia tersenyum.

95. jalanan bercabang, kuambil kiri. Mentorku dulu pernah mengajarkan suatu candaan yang selalu kuanggap serius ‘ambil kiri jika kau menemui jalanan becabang, jangan gunakan kompasmu’

#dr.Katie

Kubuka tutup botol susu stroberiku, sambil duduk di kawaroa park yang menghadap laut kumulai ritual pagiku. Perasaan aneh mengangguku akhir-akhir ini, seperti ada yang kurang dalam setiap ritual minum susu stroberi pagiku. Aku menoleh ke sebelah kanan, pepohonan palem berjejer rapi, sinar matahari menghangatkan mukaku. Aku menerawang sebelum akhirnya terkejut dan tersadar apa yang kurang dari ritual pagiku, seseorang yang biasa duduk di bangku sebelahku tidak ada! Lalu kuingat-ingat, sudah beberapa hari rasanya Basti yang biasa duduk disana bercerita panjang lebar tentang segala hal padaku  absen.  Aku menjadi sedikit khawatir, kemana kah dia?

Kuselesaikan minum susuku, lalu berjalan menyusuri jalanan Saint Aubyn street menuju markas Red Cross NZ di Gill street.  Cuaca pagi ini cerah, aku senang bisa di luar ruangan dan berjalan kaki. Pukul 8 pagi aku masuk ke lobi Taranaki Red Cross Service Center. Di lobi kutemukan Brendan James sedang menelepon, kulambaikan tanganku sambil tersenyum. Brendan menutup telepon  lalu berkata “ oke dok, kau orangnya yang beruntung untuk berjalan-jalan hari ini. “

“ Maksudmu? “ aku tak mengerti arti ucapannya.

“ NZLSAR meminta bantuan satu dokter palang merah, mereka menerima laporan ada orang hilang di Egmont national park, tak ada kabar dalam 5 hari ini. Dokter sukarelawan mereka sedang ke Wellington, dan karena kau satu-satu nya dokter yang datang pagi ini, maka kau resmi ditugaskan membantu NZLSAR pergi mencari orang hilang di Taranaki. “

“ Oke, hari sedang cerah. Aku gembira bisa pergi ke pegunungan. Paling-paling pendaki dari Auckland yang hilang kan? ”

“ NZLSAR akan memberi penjelasan lebih detil untukmu. Anyway Katie, hati-hati di hutan “

“ Aye sir! “ ucapku ceria.

Kusiapkan field medical kit ku, aku menimbang-nimbang apakah perlu membawa jaket dan bekal tambahan untuk sendiri atau tidak, lalu kuputuskan untuk tidak membawa semua perlengkapan tambahan, sepertinya pencarian kali ini tidak akan menghabiskan waktu yang lama. Hilang 5 hari di Mount Egmont adalah hal yang sangat jarang terjadi dan hampir tidak mungkin kami akan menemukan korban sekarat karena kelaparan sebelum bulan bertugas mengantikan mentari .

Palang Merah NZ sudah biasa membantu NZLSAR, lembaga search and rescue itu memang memiliki volunteer doctor sendiri tapi biasanya kami membantu memberi tambahan volunteer doctor dalam misi-misi pencarian mereka jika memang dibutuhkan. Ini adalah misi pencarian pertamaku, dalam karier dokterku yang masih belum lama aku lebih banyak terlibat dalam program bantuan kesehatan bagi tunawisma di New Plymouth. Aku sangat bersemangat untuk pengalaman baru ini. Disaat bersamaan aku juga takut harus masuk ke hutan, aku sama sekali tidak tahu bagaimana kondisi di dalam sana. Aku menarik nafas panjang coba mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang melintas.

“ Dok, jemputanmu sudah tiba. Ayo segera berangkat. “ Brendan memberitahuku, dia memandangku dengan pandangan yang aneh.

“ ada apa bos? “ tanyaku heran dengan tatapannya.

“ tidak ada. ingat pesanku ini, jangan pernah mengosongkan pikiranmu di hutan. Aku tahu ini pengalaman pertamu, tetap tempel kemanapun angota SAR itu pergi, apapun yang terjadi  selalu berada di tengah mereka oke. Jangan berjalan paling belakang atau paling depan. “

“ tenang bos, aku akan selalu menempel mereka. “

Aku bergegas ke halaman gedung dan melihat jip merah berlogo NZLSAR terparkir. Pesawat ulang-alikku, akan membawaku bolak-balik bumi dan semesta luas bernama galaksi taranaki. Bagi seorang yang belum pernah masuk hutan, Taranaki bagaikan luar angkasa bagiku. Serba gelap dan menakutkan, radiasi berbahaya dimana-mana, makhluk-mahkluk asing yang belum pernah kutemui. Oke, suatu syaraf di otak kananku bekerja terlalu berlebihan! Seseorang berbadan kurus menyambutku.

“ halo dok, terimakasih mau membantu kami. Semoga kami tidak membutuhkan skill pengobatanmu kali ini, hanya untuk berjaga-jaga. Oh ya, perkenalkan aku David, PIC misi kali ini, aku akan memberi briefing situasi kita di jalan. Sudah jam 8, kita harus segera berangkat. “

“ Ini Dokter Katie. Dia dokter berbakat, tapi David, kau harus ekstra mengawasinya. “ Brendan menjawab sambutan David dengan kekhawatiran berlebih, aku tidak menyukai pikiran khawatirnya.

“ halo “ sapaku singkat sambil masuk ke jip. Gedung putih NZRC sudah jauh dibelakang saat david memulai briefing nya.

#Selena

94. 10 menit sejak break terakhir kami. Aku kagum ternyata Dokter Katie mampu berjalan selama ini.

93. kami mulai berjalan lagi. 0710 PM.

92. penjelasannya mengenai coklat sudah kuketahui sejak jaman kuliah dulu dari pendidikan dasar mountaineer club, tapi cara nya menjelaskan lebih menarik.

91. break!

90.Serumpun Pigeonwood. Aku hapal nama latinnya, Hedycarya arborea. Hanya hidup di new zealand sini. Mungkin seharusnya kami bangga pada pohon biasa ini.

89. seharusnya kami berjalan ke timur laut. Sedari tadi kami berjalan kompasku lebih sering menunjukkan 820 lebih seperti tegak lurus ke timur.

88. musim panas. Matahari takkan pergi cepat-cepat.

87. Katie berkata mungkin dia seharusnya menikmati saja acara nyasar ini.

#dr.Katie

David tidak percaya dia diberi dokter muda yang belum pernah masuk hutan oleh Palang Merah Taranaki. Aku tidak dapat mengerti apa arti mimik mukanya, tampak seperti sangat kaget mungkin. Setengah jam kemudian dia menjelaskan apa yang harus dan jangan dilakukan dalam misi pencarian di hutan. David baru akan menjelaskan situasi dan korban yang harus kami temukan ketika sopir kami memberi tahu kita sudah sampai ke North Lodge Taranaki.

“ Oke dok. Yang terpenting adalah ini, menurut informasi korban kita ada dua orang, lelaki dan perempuan seusiamu. Coba kuliat dulu, namanya Basti dan Selena. Sudah masuk ke taranaki sejak 5 hari yang lalu dan tak ada yang melihatnya keluar di rute manapun. Paham? Lelaki-perempuan, 5 hari dihutan. Itu saja. “ brief sangat singkat dan mengejutkanku.

“ aku tahu Basti. “  kataku dengan mata nanar. Berhari-hari tidak muncul di Kawaroa Park, jadi Basti hilang di hutan.

“ bagus kalo begitu. Satu lagi dok, jangan pernah terpisah dariku lebih dari 2 langkah oke. Kita tidak akan menggunakan jalur umum taranaki. Kita akan mencari mereka di jalur-jalur tak terjamah taranaki. “

Tim pencarian kami beranggotakan 7 orang, aku yakin setiap orang selain aku disini telah hapal dan tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana korban kami. Aku hanya bocah di misi kali ini, tapi aku tetap semangat. Aku adalah little red ridding hood yang masuk hutan melawan srigala demi neneknya! Setidaknya aku menyemangati diriku sendiri sepenuh hati, dengan cerita bocah? Miris untukku. Bersyukur aku bukan satu-satunya wanita yang akan berjalan menembus sisi liar taranaki, Caroline MacCarthy adalah salah satu dari Taranaki Mountain Service Guide yang akan menemani kami. Maka berangkatlah kami penuh harapan misi ini segera berakhir dengan Basti ditemukan sehat sentosa.

Kami mulai berjalan pada pukul 9 lebih. Kami masuk melalui jalur utara menuju great creater, seorang pendaki mengatakan sempat berkemah bersama sepasang pemuda di crater taranaki. Matahari musim panas sudah tinggi, menghangatkan kami. Jalur masuk kami berupa padang rumput dan bebatuan, hanya ada sedikit pohon pinus dibagian ini. Tanjakannya lumayan terjal. Aku bersyukur tidak membawa banyak barang.

Semua orang berusaha melihat ke titik terjauh, mencoba mencari titik-titik mencolok. Kami bertemu beberapa wisatawan dan pendaki, menanyai mereka, tapi hasilnya nihil. Tidak ada yang pernah melihat Basti dan temannya.

Aku pernah mendengar jika bushwalk menuju puncak Taranaki adalah hal yang menyebalkan dan ternyata itu benar. Sepanjang mata memandang hanya padang rumput dikelilingi hutan dikejauhan. Jalanan menanjak dan penuh kerikil. Beberapa kali aku melihat kambing gunung taranaki, yang populasinya kini dikontrol karena mereka merusak ekosistem dengan memakan berlebihan rumput, semak, bahkan pepohonan birch.

Kami bertemu sekelompok orang yang baru kembali dari summit attack. Mereka mengaku berpapasan dengan seseorang  yang akan menuju Stony Cut River, dua hari yang lalu. Ada yang aneh karena kemudian dia berbelok semakin ke barat. Saat diberitahu kemungkinan salah jalan dia berkata dia baik-baik saja.

“ Apakah kalian tahu nama mereka? “ tanyaku. Tatapan David menunjukan seakan pertanyaanku konyol, tapi aku sungguh hanya ingin memastikan yang mereka temui adalah Basti.

“ Basti “ Jawab pimpinan rombongan itu. David terkejut, lalu dia mulai mengintrogasi mereka lebih jauh.

“ Kalian yakin tidak melihatnya dengan seorang perempuan? “tanyanya.

“ kami yakin dia hanya sendiri sir. “ jawab seseorang di belakang.

“ apakah informasi yang kita terima salah? “ David bertanya pada tim nya. Tak ada yang menjawab pertanyaan itu.

Aku senang menemukan petunjuk mengenai keberadaan Basti. Lebih menggembirakan mengetahui tampaknya dia baik-baik saja.

#Selena

86. 0542 PM. Masih tidak tahu berada dibagian mana dari Taman Nasional ini.

85. matahari masih tinggi. Tampaknya menjemur baju sejam akan mengurangi tingkat kebasahananya.

84. Katie beruntung, salah satu barang di tas overboardku adalah jumper milik selena. Dia boleh menikmati privilege pakaian hangat dan kering.

83. masakan jamur dan primroseku telah matang. Early dinner bagi kami. Tak pernah terpikirkan jika pada akhirnya aku bisa makan malam berdua dengan dokter Katie. Tak ada yang perlu disesali dengan situasi makan malamnya yang seperti ini.

82. api telah membesar. Jamur yang harus lebih dulu direbus, setelah lebih empuk masukan primrosenya, jangan sampai terlalu layu. Kurasa mangkok ini cukup untuk setumpuk makanan alam ini. Andai aku memiliki garam.

81. tumbuh bersama rumput dibawah pohon rindang, daun berkerut, ujung runcing; bentuk seperti mawar belum berkembang. Tangkai panjang, 5 buah mahkota bunga kuning cerah. Oke ini Primrose, dapat dimakan. Serumpun besar. Thanx God!

80. oh lihat yang kutemukan dibawah pohon! Beefsteak fungus! Tampaknya kita makan steak malam ini. Hahaha. Coklat, besar, menempel dengan sempurna pada batang oak, teksturnya kasar tapi empuk, masih muda. The best edible fungi you could found in the messed up situation like this.

Jadi Dokter Katie merasakan juga karya Chef Basti dengan bahan alamimya, resep dari kitab SAS Survival Handbook yang dia agung-agungkan. Aku tertawa terbahak-bahak, bahkan tanpa bertemu pun Basti bisa membuatku tertawa.

Menarik juga mengenang kembali kejadian itu. Pada pukul 6 sore tiga orang NZLSAR menemukanku, hampir pingsan sepenuhnya di bibir tebing sungai. Tebingnya tidak terlalu tinggi, hanya semeter lebih, tapi arus sungai cukup deras. Arus itu yang menghanyutkan Dokter Katie, yang membuat Basti bertindak diluar kebiasaannya. Tanpa melihat keadaan sekitar dia langsung terjun ke sungai. Seharusnya dia berterimakasih padaku, dengan tenaga terakhirku aku melemparkan tas kedap airnya ke sungai. Tanpa itu mungkin Basti tidak akan bisa menyajikan makan malam romantisnya. Aku kembali terkekeh.

79. kami berdua menggigil. Kupeluk Dokter Katie.

78. bagaimana mungkin aku masih bisa menulis jurnal ini, menceritakan pengejaran seru di arus liar Waiau River. Bahkan aku lupa apakah aku membawa tas overboadku atau tas itu terjatuh bersamaku?

77. kami terdampar.

76. arus menyurut di tikungan tajam ini, tidak ada tebing, hanya bibir sungai penuh kerikil dan lumut.

75. aku berhasil mendahului Katie dan meraih bahunya.

74. sweater, korek, mangkok, tambang plastik, air mineral 300ml, senter. Benda paling penting: Moleskine! Semua kering. I am satisfied.

73. pisau lipat dan kompas masih di saku celanaku.

72. Selena seberapa parah keadaanmu? Semoga para petugas SAR itu segera menemukanmu. Kau harus terus berusaha terjaga dear. Aku tahu kau wanita cerdas. Ini bukan pengalaman pertamamu di gunung.

71. aku yakin yang terakhir itu suara suar. Kuharap milik SAR

Arrrgghh sialan! Tak pernahkah terpikir olehnya aku yang melemparkan tas itu!? tapi dia memikirkanku terlebih dahulu dibanding Dokter Katie. Oke kau kuampuni Basti.

#dr.Katie

Kami akhirnya memutuskan untuk berjalan ke barat. Menuju Waiau River Track, jalur ini jarang digunakan untuk hiking karena lebih cocok digunakan untuk canoeing atau rafting. Menurut Caroline jalur darat di West Taranaki sangat berat dan membingungkan. Beberapa bulan yang lalu seorang biologis tewas disana, jatuh kesungai ketika banjir.

Jalan setapak yang kami lalui sangat sempit, rapat tertutup pepohonan birch, oak dan pinus. Tanahnya lembab dan berlumut. Setelah berjalan hampir sejam akhirnya David memutuskan untuk beristirahat sambil makan siang.

Kebutuhan biologis memaksaku untuk meminta izin kepada David pergi ke semak-semak. Sang komandan mengijinkanku untuk pergi ke sungai kecil berjarak 100 meter dari tempat istirahat. David meminta Caroline menemaniku, namun aku merasa tak nyaman melakukan hal paling pribadi ditemani seorang perempuan jagoan seperti dia, aku berkeras aku bisa menemukan jalanku sendiri. Ini lebih menyangkut harga diriku, inginku buktikan padanya aku bukan bocah lagi.

Aku menyesal tidak membiarkan Caroline menemaniku. Aku tersesat! Sambil mengutuki diri sendiri aku mencoba tenang. Mencoba mengingat kembali jalur menuju tempat istirahat kami. Oke kuakui aku sangat buruk dalam hal orientasi arah. Kukira seharusnya aku tadi mengambil jalur lurus setelah pohon oak, tapi ada banyak sekali pohon oak disini, aku tak tahu mana yang menjadi patokanku sebenarnya.

Sekarang aku berdiri diujung sebuah tanjakan. Seingatku ketika pergi tadi tidak melewati tanjakan sepanjang ini. Sebersit pikiran mendadak menuntunku untuk meneruskan berjalan saja. Hal yang kemudian aku sesali. Aku berteriak memanggil nama David dan Caroline, tapi semua tampak sia-sia, suaraku ternggelam dalam belantara ini. Sebenarnya aku memikirkan pilihan untuk memutar balik sejak dari tadi, tapi akal sehat dan pengalamanku mengatakan hal itu hanya akan membawaku semakin tersesat ke tengah hutan. Sebenarnya akupun tak tahu kini berada di tengah hutan atau menuju kepinggirannya. Oh Tuhan, aku semakin panik.

Kepanikanku berkurang saat aku sayup-sayup mendengar suara arus air. Aku dekat dengan sungai. Kuharap ini Waiau River, tujuan tim SAR adalah Waiau River, setitik harapan untuk bertemu dengan tim muncul.

Dihadapanku ada pohon Oak besar, jalanan bercabang, kini aku harus memutuskan mengambil jalan ke kiri atau ke kanan. Aku benci mengambil keputusan saat sedang tersesat seperti ini. Tas medical kit terasa sangat membebani punggungku, membuatku semakin kalut, tak bisa berpikir untuk memutuskan. Aku memjamkan mata, menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya secara perlahan. Berusaha memasukan oksigen sebanyak mungkin kedalam otakku. Jalur kanan adalah satu yang kupilih langsung ketika aku membuka mata.

Setelah berjalan selama beberapa saat tanpa kusadari aku sudah berada di tebing pinggir sungai. Sungai deras mengalir sekitar dua meter lebih dibawah sana. Aku berjalan mengikuti arus sungai, kuharap ini artinya aku akan keluar dari Taranaki. Pikirku simpel, jika hulu sungai ada diatas maka itu berarti Taranaki ada disana dan air akan mengalir ke bawah. Kesimpulan yang sangat pintar bagi seorang Dokter. Pikiran tadi membuatku sedikit meringis getir. Aku yang seorang dokter harusnya dapat berpikir lebih jernih dan mengamati situasi dengan seksama. Walau ini perjalanan pertamaku ke hutan, itu bukan alasan.

Tiba-tiba aku merasa mendengar suara orang. Seseorang berteriak. Benar itu orang! Aku gembira harapan untuk selamat tiba.

“ HAAAIIII!! “ teriakku berkali-kali pada dua orang yang sedang berdiri di jalan setapak di tebing dibawahku. Mereka membalas panggilanku sambil melambai.

#Selena

70. collarbone nya telah kubebat. Dia akan baik-baik saja. Doctoral Statement ini harus kucatat, siapa tahu terjadi hal yang lain beberapa saat lagi.

69. Dokter Katie tampak kerepotan dalam menyelesaikan pekerjaanya.

68. tahap terakhir adalah aku memegangi kayu melintang di bahu Selena dan Katie melakukan gerakan membalut dengan sangat elegan.

67. teruslah menjerit jika itu dapat mengurangi sakitmu my dear.

66. Katie menyuntikan pain killer ke bahu Selena. Persis seperti Doc Roe menyuntikan morfin di band of brothers.

65. ini akan sedikit sakit katanya. Oh kuharap kau percaya itu selena, hanya sedikit.

64. 20 menit! Waktu untuk melepaskan Selena dari Jaket kuning tebalnya.

63. ouch! Bahu kiri selena tampak aneh. Dan kuharap warna merah itu bukan pendarahan dibalik kulitnya.

62. tas merah dengan palang putih di punggung Katie bagaikan segunduk emas bagiku.

61. don’t panic!

60. lihat sekitar baru meloncat – SAS Survival Handbook.

Duduk sambil memegang buku. Kukira kau menulis apa saat itu. penjelasan yang cukup bagus bagiku. Sialan! Bahuku memang lebih baik setelah mendapat “perawatan” dari dokter Katie. Pain killer nya terasa bekerja sempurna, hanya menghasilkan sedikit kesemutan. Apa jadinya aku jika saat itu Katie tidak menemukan kami, atau lebih baik kukatakan kami menemukan Katie, secara tidak sengaja. Sebenarnya Basti bisa melakukan pertolongan pertama untuk kecelakaan bahu patah, dia sudah hapal isi Survival Book diluar kepala, tapi mendapat pertolongan dari dokter sungguhan tentu lebih baik.

Kami menemukan Katie dalam keadaan kebingungan dan ketakutan. Dia seharusnya menyelamatkan kami yang disangka hilang dalam belantara taranaki. Yang terjadi kemudian malah sebaliknya, dia hilang dan tersesat, kami menemukannya. Lebih buruk mungkin terjadi pada para SAR itu, korban hilang bagi mereka kini bertambah satu.

Kami berdua sedang berjalan menyusuri Waiau River menuju ke barat taranaki. Sungai ini memiliki banyak pengunjung, rata-rata bertujuan untuk melakukan rafting atau canoeing menikmati pemandangan disekitar aliran sungai. Tiba-tiba Basti melihat seseorang berjaket oranye berjalan dengan ling-lung di jalur setapak diatas kami. Insting kuat Basti mengatakan orang ini tersesat dan itu benar.

Kami memanggilnya. Aku terkejut melihat ekspresi lega dan gembira di wajahnya. Lalu semuanya terjadi dengan sangat cepat. Beberapa langkah menuju tempat Katie, aku lengah tidak melihat jalan dan terjerambab kedalam lubang jebakan yang ditempatkan oleh para pemburu. Sial! Orang sinting macam apa yang membuat lubang jebakan ditengah jalan setapak!

Aku terjatuh dengan sangat keras. Bahu kiriku menghantam batu dengan telak dan menimbulkan bunyi KRAK! yang mengerikan. Itu bukan yang terburuk, beberapa saat kemudian karena lubang tersebut dibuat dijalan setapak tebing pinggir sungai, sisi terluarnya tidak kuat menahan kejut dan berat badanku. Tanah tersebut longsor kearah sungai. Aku merosot ke bibir sungai, tertahan oleh sebongkah batu besar semeter sebelum arus deras Waiau. Tergeletak tak berdaya. Basti berteriak, tapi aku sudah tak dapat berpikir lagi. Semua indraku terserap oleh rasa sakit yang sangat di bahu kiriku.

Semuanya berjalan seperti sangat lambat dan samar-samar. Pandanganku berkabut, semua hal tampak berbayang, jelas sekali aku tidak bisa fokus. Beberapa hal benar-benar tidak dapat kuingat dari kejadian tersebut. Aku mengingat mereka berdua berusaha melepaskan jaketku, membuat bahuku tersengat rasa panas yang sangat. Seperti tusukan seribu jarum dan aku tidak bisa merasakan tulangku.

Basti berusaha tetap membuatku terjaga, tapi mata ini sungguh sangat berat dan semua pandangan yang mengabur itu membuatku ingin menutup mata. Beberapa kali dia menepuk pipiku jika tidak bisa dikatakan menampar, wajahku kebas saat itu. Dia mengoceh tentang beberapa hal, aku tidak bisa menangkap ucapannya. Suara sangat keras kemudian memenuhi udara. Aku melihat kilatan cahaya, hal ini membuatku sempat terjaga dengan sepenuhnya.

#Selena

59. kukatakan pada Selena. Aku yakin ini Waiau River.

58. arus yang sangat deras untuk ukuran musim panas.

57.Taranaki Feral Goat (Capra Hircus) Departement of Conservation menetapkannya sebagai hama di hutan taranaki. Kambing gunung ini berkelian secara bebas dan merusak perdu dan memakan semak secara semena-mena. Perburuan untuk menekan jumlahnya dilegalkan. Tetap saja dari tadi aku melihat selusin dari mereka berkeliaran. Kuharap ada beberapa orang pemburu disini untuk menangkap mereka.

#dr.Katie

Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tiba-tiba perempuan itu terjerembab dan berguling dengan longsoran tanah ke sungai. Sungguh pemandangan yang mengerikan.  Basti terkejut dan tampak sedikit kebingungan. ‘Selena.. seberapa parah?pertanyaan retoris yang aneh. Kemudian Basti menyuruhku menloncat menuju tempatnya. Satu hal yang menakutkan lagi bagiku. Demi tindakan emergency akupun melompat, seorang dokter harus siap menolong jika ada pasien.

Kami berdua berhati-hati mendekati Selena. Selena tergeletak dan mengerang dengan lirih. Saat itu juga aku tahu Selena perempuan yang tangguh, jika aku berada di posisinya mungkin aku telah berteriak-teriak histeris dan membuat situasi semakin buruk.

Basti mengangkat tubuh Selena dengan lembut. Selena menjerit ketika Basti mencoba mengangkatnya. Dia bilang ada yang tak beres dengan bahunya.

“ kita tak bisa mengangkatnya ke atas Katie. Kurasa bahunya patah. “

“ biar kuperiksa “ jawabku

Kami berdua membuka relsleting jaketnya dan ya, bahu kiri Selena terkilir, merah dan tulangnya menonjol. Okeh, saatnya mempraktekan semua teori.

“ kita harus melepaskan jaketnya. “ kataku. Dia butuh udara lebih banyak

“ oke dok. Kau bisa menahannya selena ? “

“ lakukan dengan cepat Basti! Bahuku terasa sangat sakit. “ kata Selena lirih

Kami berdua berusaha melepaskan jaketnya tanpa menyakitinya lebihjauh. Sebuah pekerjaan yang sulit. Tulang bahunya menonjol ke arah luar, dan melepaskan lengan jaketnya menjadi hal yang sangat menegangkan.

Dari pengamatan sekilasku, tak ada tulang yang patah, hanya dislokasi tulang selangka. Seharusnya aku mengembalikannya ke tempat semula, tapi aku tak yakin mempunyai kekuatan yang cukup. Bastilah yang mengambil alih tugas tersebut. Aku harus menjahit luka dipelipisnya. Selena mulai kehilangan kesadaran. Basti terus berusaha membuat Selena tetap terjaga.

“ Oke sekarang kita harus membebat bahunya. Kau harus mencari kayu untuk menjaga tetap lurus Basti. “ Basti langsung bergerak sigap pergi mengambil ranting yang cukup lurus.

Sesaat kemudian Basti sudah memegangi Selena mencoba membuatnya duduk tegak dan aku membalut secepat dan serapih yang aku bisa. Untungnya ini pekerjaan yang lebih mudah. Aku menyuntikan morfin ke bahu selena. Hal ini akan sangat membantunya.

Aku lega akhirnya kami selesai melakukan pertolongan pertama bagi Selena. Aku berdiri hendak membereskan peralatanku, Basti memeluk Selena mencoba menyandarkannya ke tebing yang aman, kami butuh bantuan tim SAR. Kemudian sebuah suara keras mengagetkanku, tampaknya David dan anak buahnya menembakkan suar. Karena terkejut saat bangkit, tumpuan kakiku tidak kokoh, aku terjengkang ke belakang. Aku merasakan badanku melayang, kemudian sesuatu yang dingin menyentuh badanku, air masuk melalui mulut dan hidungku. Aku medengar Basti memanggil namaku.

#Selena

56. akhirnya kami sepakat untuk keluar dari sini.

55. setelah berhari-hari hanya tidur dalam bivak fly sheet, tenda the north face Selena ini bagaikan hotel bintang 5.

54. packing tenda adalah hal yang paling menyebalkan.

53. oatmeal ini lebih buruk daripada oyster fungus  yang kumasak kemarin pagi.

52. dia memasak dan aku mencari ranting. Aku menulis jurnal di tengah hutan dan dia memasak di camp adalah kejadian yang lebih aktual bagi kami. Hehehe..

51. mengocehlah terus tentang kebersihan alat masakku.

50. oatmeal!

49. kemarin malam mungkin saat terbaik dalam petualanganku. Kemarin siang saat paling mengejutkan. Pagi ini saat paling menyebalkan.

48. matahari muncul terlalu siang tampaknya.

47. oh God! 0900 am.

46. tapi bagaimana membuktikannya?

45. perasaan aneh bermalam dengan salah seorang yang paling ingin kau temui, yang tiba-tiba muncul di hutan Taranaki. Kuharap dia nyata dan bukan salah satu roh maori penghuni Taranaki.

44. tetap tidak percaya. Duduk bersama Selena Knopper menghadap api unggun. Berdua di tengah Taranaki.

Kalau kau tanya perasaanku, aku pun tak percaya bertemu dengan nya di hutan itu. Lebih jauh lagi, bahkan aku tak percaya bagaimana bisa merayakan resignation day-ku dari Delloite dengan pergi kemping ke taranaki.

Aku tidak pernah memiliki hobi naik gunung atau hiking atau tramping ke alam bebas, aku memang senang backpacking ke kota-kota di pelosok New Zealand, tapi pergi ke gunung untuk kemping hanya pernah kulakukan sekali saat masih kuliah dulu. Taranaki adalah altar suci masyarakat Maori tempatku dibaptis oleh ‘sherpa’ yang duduk disebelahku saat kuliah statistik! Basti adalah sang sherpa yang membawaku untuk pertama kali dan sekali-kalinya pergi ke gunung.

Seminggu sebelumnya secara mengejutkan senior partner-ku menerima surat pengunduran diriku. Padahal saat itu sedang peak season bulan Desember. Saking terkejutnya aku sampai tidak tahu harus melakukan apa, dan selintas pikiran menyuruhku pergi ke alam. Aku pun ingin melupakan semua kepenatan kertas kerja, tekanan deadline, dan hiruk pikuk kemacetan Auckland. Ide ke alam yang sepi dan segar sangat menggoda, maka malam itu juga ku booking pesawat ke New Plymouth, paduan gunung dan laut terasa sangat sempurna.

Orang di Taranaki Guide Center menyarankanku untuk mencoba Pouakai Circuit Around Taranaki, ‘di musim panas seperti ini banyak orang yang mengambil rute itu, jadi bepergian sendirian pun takkan jadi masalah bagimu’ jelasnya. Trek itu membutuhkan waktu 2 hari, waktu yang sangat pas untuk menikmati gunung sebelum pergi ke pantai di New Plymouth pikirku.

Kemudian semesta menunjukkan jalan yang salah bagiku. Semua tampak berkonspirasi membuatku tidak menemui satu orangpun yang menurut pemandu taranaki center ‘sangat ramai di jalur ini’. Seperi yang selalu Basti katakan, hukum gravitasi Newton berlaku untuk segala hal, dan Basti berhasil menarikku untuk bertemu dengannya. Di sebuah persimpangan yang sangat membingungkan. Saat aku menyimpulkan bahwa aku resmi tersesat, saat itu lah seseorang melambai padaku dari balik semak-semak, “ wow! Selena?” itu katanya. Aku tahu saat itu juga aku telah masuk ke orbit nya, berputar dalam tarikan gravitasi milik Basti.

43. Selena di persimpangan stony river!!!

42.terbangun karena bunyi langkah. Aku semakin yakin dengan kemampuan pendengaranku.

41. semak dan pohon oak. 2 meter dari jalanan. Tanah empuk. Jam 0100. it’s time to take a nap.

40. Berangkaaat!

39. target berikutnya: Waiau River.

38. aku bosan dengan pemandangan ini. Crater Taranaki bahkan terasa lebih baik.

37. berjam-jam telentang didalam fly sheet. Pikiranku telah sampai nebula elang tapi Newton memanggilku kembali ke cambridge. Whatashame!

36. merangkak memasuki istana fly sheet bivak.

#dr.Katie

“ kau tahu apa yang harus kita lakukan? Kita tidak boleh panik kan? “ tanyaku pada Basti. Dia terlihat sangat santai dan itu tidak sedikitpun menenangkanku.

“ yap! Kita tidak boleh panik. Tenang saja dok, kita punya kompas. Dan peralatan survival ku cukup memadai. “

“ apa kau tahu kita harus kemana? Jujur basti, aku sedikit panik dan takut. “ aku ingin menangis, untungnya air mataku tidak keluar. Aku malu jika harus menangis di depan nya. Basti memelukku.

“ tenang saja, kita akan keluar dari sini sebelum malam. Kita harus pergi ke utara. Disana ada Holy Hut. Suar yang tadi juga berasal dari utara. “ katanya dengan suara yang menenangkan.

Basti kemudian pergi mencari kayu untuk membuat api, dia memberikan jumper kering dari tas nya. Menurutnya kami harus makan dulu sebelum mulai berjalan. Kami harus menenangkan diri dan mengisi perut agar dapat berpikir dengan jernih.

Menjelang sore hari kami mulai berjalan, menyusuri jalur setapak menanjak membelakangi matahari yang hendak tenggelam. Basti bilang kami menuju timur laut. Makanan penuh serat yang kami makan tadi memang cocok untuk melakukan perjalanan ini, jamur dan sayuran yang tidak cepat dicerna oleh sistem pencernaan kita. Semoga tidak berjalan terlalu jauh, aku sudah mulai sangat kecapaian.

Saat matahari sudah semakin memerah kami masih belum menemukan tanda-tanda akan keluar atau bertemu orang lain. Beberapa kali kami berbelok dan menemukan persimpangan, Basti dengan keyakinan penuh memandu kami. Persedian bekal kami, hanya berupa dark chocolate yang tersisa di kantung jaketku, tinggal seperempat lagi. Kami sudah dua kali beristirahat sambil memakan coklat tersebut. Satu hal yang sangat tidak nyaman adalah persediaan air kami. Pertama isinya tinggal sepertiga lagi. Kedua Basti menyimpannya dalam kondom. Menurutnya tempat menyimpan air paling baik di gunung, dalam keadaan darurat tambahnya, adalah kondom yang irit tempat, menampung banyak, dan tidak mudah bocor.

Hutan yang kami masuki semakin padat. Batang pepohonan semakin besar dan tampak semua berlumut, merubah warna aslinya menjadi hijau. Ranting dan sulur-sulur centang perentang membuat sebuah jaringan, lebih mirip anyaman tembok pada akhirnya.

“ ini seharusnya the goblin forest “ basti berbisik.

Aku nyaris berteriak. Kupelototi dia. “ jangan pernah melakukan hal itu lagi! Berbisik di tengah kesunyian seperti ini. “ dia malah tertawa.

Kami berjalan kembali mencoba mencapai puncak sebuah bukit. Beberapa meter sebelum mencapai puncaknya kami menemukan jalanan setapak. Sebuah plang berbentuk tanda panah bertuliskan Holy Hut membuat Basti tersenyum lebar padaku. “ semuanya akan berakhir sebentar lagi dok. “

#Selena

35. hari kelima dimulai

34. the brief history of time mission accomplished! Thank you hawking.

33. persimpangan Ahukawakawa Swamp, Stony River, atau lebih ke barat finish di Pungarehu Cape.

32. makan malam instan terakhir. Sarden.

31. two lastest chapter of Stephen Hawking masterpiece.

30. accountant read physic. Mama must be proud to me.

29. the laws of science do not distinguish between the forward and backward directions of time. However, there are at least three arrows of time that do distinguish the past from the future. They are the thermodynamic arrow, the direction of time in which disorder increases; the psychological arrow, the direction of time in which we remember the past and not the future; and the cosmological arrow, the direction of time in which the universe expands rather than contracts. I have shown that the psychological arrow is essentially the same as the thermodynamic arrow, so that the two would always point in the same direction. The no boundary proposal for the universe predicts the existence of a well-defined thermodynamic arrow of time because the universe must start off in a smooth and ordered state. And the reason we observe this thermodynamic arrow to agree with the cosmological arrow is that intelligent beings can exist only in the expanding phase. The contracting phase will be unsuitable because it has no strong thermodynamic arrow of time.

28. setelah berputar-putar mencari spot untuk berkemah, akhirnya cekungan tanah dibawah pohon pinus tadi yang terbaik. Aku harus kembali kesana.

27. tebing ini bagus untuk berkemah, tapi kerikil di tanah menjadi nilai minus yang sangat besar. Tak ada semak yang bisa kupangkas jadi karpet disini.

26. tiga pohon pinus berdekatan. Utara, selatan, timur. Aku masuk lewat barat, tenda bivak akan aman. Cocok! Tapi mungkin di depan sana ada spot yang lebih baik.

25. terus ke barat laut. Posisi 3000 dan lurus terus.

#dr.Katie

Kami mencapai Holy Hut pada tengah malam. Disana ada beberapa pendaki yang sedang berkemah, juga seorang anggota SAR yang ditugaskan memantau perkembangan kami. Beberapa jam kemudian sebuah heli datang menjemput kami.

Hari yang melelahkan itu berakhir di Taranaki Base Hospital. Brendan menyambutku, kami berdua langsung digiring ke UGD walau kurasa itu hal yang tek perlu. Kami baik-baik saja, hanya kecapaian. Hal berbeda dialami Basti ternyata. Begitu sampai UGD dia langsung didatangi David dan beberapa orang polisi. Aku ingin mendekatinya, khawatir masalah akan menimpanya, tapi David dan beberapa suster menahanku dan menggiringku masuk ke ruang pemeriksaan. Sebelum tirai ditutup kami sempat saling bertatapan. Basti tersenyum kepadaku seakan berkata semua akan baik-baik saja.

Pemeriksaan terhadapku berlangsung hampir setengah jam. Setelah aku meyakinkan dokter jaga bahwa aku baik-baik saja dan tahu kondisiku mereka membolehkanku dipindah ke kamar untuk beristirahat. Aku bertanya bagaimana kabar Basti dan Selena, tapi tidak ada yang mau memberitahuku. Mataku menutup dengan cepat malam itu, sial tak kusangka mereka sempat-sempatnya memberiku bius.

#Selena

24. 10 menit berjalan. Apple time!

23. peta ini kurang bagus ternyata, aku kesulitan membacanya.

22. saatnya meninggalkan jalur utama pouakai circuit ini. Belok kiri di ketinggian 2000 meter, turunan menuju hutan belantara.

21. kurasa aku berkemah terlalu dekat dengan jalanan utama kali ini. Move on.

20. keasikan membaca the brief history of time, waktu perjalanan menjadi pendek.

19. makan siang. Roti gandum dan beri. Harus berhemat dengan makanan ini. Masih tersisa 3 hari lagi.

18. camp no 3 The Crater of taranaki.

17. buku ini mengalihkan perhatianku untuk menulis jurnal.

16. kurasa didepan sana adalah boomerang cliff. The peak is near buddy.

15. aku dapat melihat cahaya senter di sebelah kanan tanjakan. Sepertinya Kokowai Track tidak terlalu jauh.

14. hutan adalah tempat terbaik untuk membaca. Ditemani kopi dan keramaian burung.

13. mari mendirikan tenda disini. Damn! Ini masih sangat siang.

12. swiss army, tell me what time is now. It’s 0300 PM sir.

11. woa! Aku bangun tengah hari dan menulis jurnal lalu membaca buku di belantara. This is the real vacation!!

10. di tengah hutan seperti ini tentu saja mudah mendirikan bivak.

9. keluar dari veronica loop track. 0700 PM.

8. mari kita mulai petualangan ini.

7. Kaiauai Carpark.

6. hahaha, what a curious!! Sopirnya memutar stay together dari Mr. Big. Aku teringat Selena dan Katie dan Victoria dan Lolita.

Even though I want youuu.. Even though I need youuuu..

Even though my heart is screaming, still believing.. We could fall in looffff..

Even though I want to.. even though I need toooo…

Even though we won’t find better.. we can’t stay togetheeerr…

5. menumpang truk perbekalan tentu lebih baik. This is the begining of adventure of Basti Supertramper.

4. sangat menggoda untuk memesan taksi menuju tempat parkir terdekat di Mount Egmont National Park.

3. Egmont road, outskirt Egmont village.

2. kubaca sekali lagi surat sakti itu. ‘ambil liburan seminggu penuh Basti!’  dari sekian panjang kata-kata manajerku, hanya itu bagian paling pentingnya. The conclusion.

1. moleskine ini selalu legendaris dan ada digenggamanku.

Baru kali ini aku tahu jika Basti mendapatkan cuti seminggu dari kantornya saat itu. Aku tidak pernah bertanya padanya mengapa dia bisa berkeliaran di hutan. Pikiranya masih tetap tidak dapat ditebak ternyata. Aku melalui time warp saat berpetualang di Taranaki, semuanya bergerak sangat cepat. Di titik ini Basti pasti akan bercerita tentang relativitas Einstein, bagiku petualangan berlangsung cepat tapi bagi Basti sebagai pengamat segalanya bisa berlangsung begitu lambat. Menurut  Basti, melintasi gunung dan hutan merupakan ritus yang sangat sakral, karena kesakralannya itulah menembus pepohonan dan jalanan menanjak menuju puncak adalah kebutuhan  baginya.

Mendaki gunung adalah ritus menaklukan diri sendiri, harus dilakukan dengan kesucian dalam segala pikiran dan tindakan. Ketika gunung menerima kita, maka dia akan memberi petunjuk dan kemudahan untuk melepaskan kita dengan senang hati agar kita dapat kembali padanya. Kemurkaan gunung akan membuat kita ditelan bulat-bulat dalam belantaranya.

Jurnal ini dan kenangan-kenangan membuatku benar-benar rindu padanya. Kuambil telepon di mejaku mencoba menghubunginya, menanyakan nomor kantornya pada operator. Berkali-kali kutekan redial, tak ada yang mengangkat telepon. Kutanya operator sekali lagi, meyakinkan no telepon yang mereka berikan benar. Kali ini ada yang mengangkat, aku sangat senang. ‘Mr. Basti cuti hari ini maam.’ Kosmik mengkhianatiku lagi. Aku tak pernah tahu no mobile-nya

#dr.Katie

Kawaroa Park pagi dan susu stoberi. Tiba-tiba Basti menghampiriku. Setelah saling bertanya kabar, formalitas,  kami mulai mengobrol. Dia menanyakan kisah musim panas lalu padaku. Aku masih ingat semua kejadian itu, beberapa cukup memalukan.

“ hari ini kau harus ikut aku. Kita akan menemui seseorang di Auckland. Aku telah memesan tiket kesana, pesawat kita take off pukul 9 Maam. “ basti mengajakku berdiri.

“ hari ini aku harus masuk kerja sir. “

“ kalau begitu kau ambil cuti mendadak. “ kemudian dia tertawa, seperti biasanya dia akan tertawa setelah memberi suatu perintah atau saran atau apapun itu. Membuatnya tampak tidak pernah serius.

“ apa kita akan menemui Selena? “

“ yap! “

“ mari berangkat saat ini juga.. “ aku resmi cuti hari ini, akan kukabari Brendan nanti siang saat kami telah tiba di Auckland.

Sudah sangat lama rasanya sejak aku melihatnya terbaring tak sadarkan diri dalam ruang perawatan. Aku merasa bersalah karena pertolongan pertamaku tidak terlalu baik. Bahunya itu mungkin tidak akan pernah sama lagi. Malam itu aku mendengar seorang suster memaki metode pertolongan Pertama yang dilakukan untuk Selena. Hal itu terus menghantuiku hingga saat ini. Aku harus menemuinya lagi untuk memastikan keadaannya saat ini.

#Selena

Aku menjerit sekeras yang aku bisa. Aku tak peduli orang-orang di kantor ini menoleh padaku. Newton Gravitation Theory, seperti yang selalu ia katakan, aku percaya sepenuhnya sekarang. Dari jendela dekat mejaku yang menghadap ke parkiran aku melihat dua orang turun dari taksi. Seorang lelaki dengan jaket tramping musim gugur, Basti. Seorang perempuan cantik, Dokter Katie. Aku menghambur keluar kantor.

“ surprise! “ bisik Basti ketika kami berpelukan.

23082012

*) jurnal no. 29 diambil dari the summarize chapter 9 the brief history of time

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun