Mohon tunggu...
Noni Nandini
Noni Nandini Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di Jakarta, tumbuh di Kalimantan Timur, kuliah di Yogyakarta dan Solo, kerja di Jakarta.....(Koes Plus banget yah....) hobi membaca, menulis, nonton tv dan film, berenang dan koleksi. Tertarik dengan diving (khususnya untuk hura-hura walaupun sudah kursus diving beberapa kali), sailing (walaupun kalau ikutan regatta dapet bobbi price terus), Jepang, Korea, Manga, Dorama, Film Korea dan Jepang, cerita detektif, misteri, dokumenter dan travelling (walaupun masih sebatas pulang kampung dan sekitar Jakarta).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ke Arab, Siap-siap Diperkosa Jiwa dan Raga

14 Juli 2011   12:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 15914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_119324" align="alignleft" width="300" caption="Cover Buku "][/caption] Akhirnya buku terbaru yang saya beli dari Gramedia, Cinere Mall, bisa saya selesaikan dalam waktu semalam, walaupun resikonya saya harus mengedap-ngendap diantar kubikel untuk menghindari pandangan boss akibat saya kesorean datang ke kantor (tapi tetap dihujat dengan tatapan sirik teman-teman sekantor).  Yah resiko yang sebanding menurut saya dengan buku "Kedai 1001 Mimpi" karya Valiant Budi. Anda pasti bertanya apa sih hebatnya buku karya seorang TKI "jadi-jadian" sampai membuat saya sampai merelakan tidur yang merupakan kemewahan terindah bagi seorang broadcaster.  Membaca buku ini membuat saya seperti mempunyai ikatan sebangsa dan se-tanah air dengan Valiant atau Vibi.  Pemuda yang tergila-gila dengan Timur Tengah ini dengan lancar (dan emosi) menceritakan pengalamannya selama bekerja di sebuah jaringan kedai kopi Amerika Serikat di Kerajaan Arab Saudi.  Dengan niat ingin merasakan hidup di Timur Tengah, Vibi melamar menjadi Barista, yang akhirnya membuat pria ini harus menghadapi kenyataan pahit budaya Arab dan segala tetek bengeknya.  Dan hal ini memerlukan pengorbanan jiwa dan raga yang tidak sedikit. Kehebohan tentang Arab Saudi dimulai sejak pertama kali Vibi tiba di kota Dhamman, kota yang berbatasan dengan Bahrain ini ternyata memberikan Culture Shock bagi Vibi.  Bayangkan saja, baru masuk sudah disuruh kerja oleh boss asal Lebanon tanpa dikasih pengarahan apapun.  Belum lagi harus mendapatkan rekan kerja dari Filipina yang selalu punya 1001 cara untuk "ngerjain" pelanggan yang notabene orang Arab dan suka korupsi.  Lalu ada rekan kerja dari Saudi, yang kerjanya malas, penjilat dan arogan karena merasa mereka kasta tertinggi di Saudi. Itu belum seberapa, Vibi terkaget-kaget ketika mengetahui betapa susahnya pria dan perempuan di Arab Saudi untuk sekedar bertemu dan bercakap-cakap akibat dari ketatnya pengawasan Muttawa (semacam polisi syariah), sehingga akhirnya mereka mempunyai sejuta cara agar bisa "berkencan" mulai dari cara sopan dengan lirik-lirikan yang berakhir dengan lemparan kertas berisi nomor telpon, mengaktifkan bluetooth ketika berada di tempat umum siapa tahu ada yang mau kenalan sampai cara yang benar-benar tidak sopan dan kelihatan kebelet ketemu lawan jenis, yaitu nongkrong di toilet perempuan....alamak....gak banget. Itu masih soal lawan jenis, masih ada yang lebih heboh lagi,  ternyata di Arab Saudi juga mengenal istilah gay, homo dan teman-temannya.  Parahnya lagi Vibi yang memiliki perawakan tinggi dan berkulit putih termasuk tipe pria yang disukai oleh pria homo berbangsa Arab.  Bahkan seringkali dikira orang Filipini (istilah orang Filipna dalam Bahasa Arab) yang suka mempunyai perkerjaan "part time" membahagiakan para pria Arab penyuka sesama jenis. Vibi sering dikejar-kejar oleh pria Arab sambil mengipas-ngipas uang di depannya agar mau menemani mereka ke hotel.  Yang tak malu bahkan menawar tarif dia ketika masih di bar tempat Vibi melayani tamu saking kebelet melihat sosok Vibi yang menurut mereka menggemaskan. Buku ini juga membahas tentang budaya Orang Arab yang suka marah-marah kepada pelayan, arogan terhadap pekerja asing dan bagaimana mereka memandang rendah pekerja Indonesia.  Vibi bahkan pernah ditanya kok dia bisa bahasa Inggris dengan baik, dituduh mencuri dan menggelapkan uang perusahaan karena punya 2 HP dan Notebook,kok bisa dia mendengarkan Black Eyed Peas dan dianggap aneh ketikan membaca buku karya Dan Brown oleh orang-orang Arab takut dianggap tidak mengerti oleh mereka.  Padahal mereka sendiri adalah orang kaya, namun karena pendidikannya minim sehingga kebanyakan orang Arab kampungan, bahkan menggunakan Notebook untuk mengakses internet saja tidak bisa.   Lebih pintar dan intelek pembantu mereka yang asal Filipina daripada majikan Arab mereka. Yang paling membuat Vibi marah terhadap orang Arab, adalah ketika seorang Bapak-Bapak Arab menceritakan liburannya di Puncak ketika tahu Vibi orang Indonesia.  Mending kalau ceritanya bagus, si Bapak yang tidak tahu malu ini malah bercerita tentang pengalamannya nikah sementara dengan perempuan Indonesia di Puncak hanya demi memuaskan nafsu birahi yang jarang bisa dilampiaskan di negerinya.  Cerita ini dibalas dengan bentakan amarah oleh Vibi yang isinya betapa tidak tahu malu dan pengecutnya pria macam itu, menebar benih kemana-mana tapi tidak mau bertanggung jawab eh malah berlindung dibalik agama. Adanya diskriminasi terhadap orang asing, membuat orang Saudi suka semena-mena terhadap pekerja asing.  Bahkan jika ada perkelahian, biarpun orang Saudi yang salah tetap orang asing yang dikenai hukuman.  Jadi tidak heran jika kasus TKW bunuh majikan pria yang suka memperkosanya, malah berbalik jadi salahnya TKW, sudah terancam kehilangan anggota tubuh yaitu kepala (meminjam istilah Vibi) masih disuruh bayar uang ganti rugi juga. Membaca buku ini bagi saya memperluas cakrawala budaya saya tentang orang Arab.  Dulu teman Bapak saya ada yang meninggal dipancung gara-gara mobilnya ditabrak oleh anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi, lalu ada juga teman kerja Uncle Sam (teman orang tua saya, orang India warga negara Malaysia) yang pernah bekerja di Arab Saudi tetapi akhirnya minta pulang karena salah seorang rekan pria Malaysia-nya keturunan Tionghoa diculik orang, balik-balik langsung masuk Rumah Sakit karena diperkosa secara bergilir oleh pria-pria Arab.  Saat itu saya tidak percaya dengan semua cerita itu karena bagi saya orang Arab adalah keturunan yang dipilih oleh Allah SWT, seharusnya mereka baik dan terlindung dari perbuatan dosa.  Ternyata orang Arab juga manusia, walaupun konon mereka keturunan para Nabi namun mereka tetap manusia yang bisa berbuat salah.  Mengutip salah satu kalimat di buku ini "Ke Arab, siap-siap diperkosa jiwa dan raga" sepertinya ada benarnya. Dilain pihak Guru Agama sekolah saya selalu berkata bahwa Bangsa Arab adalah bangsa yang unggul baik sdari segi fisik, mental maupun intelektual, sehingga tak heran Islam turun di negeri Padang Pasir ini.  Bukan hanya itu mereka juga punya budaya yang tinggi dan mereka juga amat menyukai sastra dan keindahan.  Setelah menjelaskan hal itu biasanya Bapak Guru saya ini akan menyebutkan nama  tokoh-tokoh intelektual  yang menurutnya orang Arab, Ibnu Sina Bapak Kedokteran dan Al Khwarizmi Bapak Al Jabbar.  Ah, Bapak lupa atau gak tahu yah kalau Ibnu Sina dan Al Khwarizmi orang Persia yang beragama Islam bukan orang Arab.  Jadi orang Arab nurunin apa dong??? Gambar pinjam dari www.kedai1001mimpi.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun