Biasa disapa pak dhe penjual Kue Gandos warga Kemusu Boyolali,saat Menunggu Pembeli di bahu jalan , Minggu (25/9/22).SEMARANG – Kue Gandos yang terbuat dari adonan tepung beras dan santan menjadi salah satu kuliner khas Semarang. Rasanya yang enak dan gurih di mulut menjadikan kuliner satu ini banyak digemari.
Tak sengaja ketemu jajanan satu ini langsung bergegas putar balik . Setelah pulang Momong anak Ngadem diTaman ,Pakde yang berkelilig di wilayah peterongan - RS Elisabet jln kawi Raya, berdekatan dengan Taman Kawi
Karena sudah lama tak makan gurihnya kue gandos ini .
Saya pun memesanya
Pakde pun bergegas menuangkan adonan kue ke dalam loyang cetakan saat pembeli datang. Cetakan Kue Gandos hampir sama dengan cetakan kue Pukis, namun memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil.
Satu per satu cetakan pun dipenuhinya dengan adonan Kue Gandos hingga seluruh cetakan yang berjumlah 20 tersebut penuh dengan adonan. Usai penuh, adonan pun ditutup supaya cepat matang.
Cemilan unik ini sudah ada sejak lama. Dan hingga kini tak luntur termakan usia. Bahan dan cara membuatnya pun masih seperti dulu. Menggunakan mal atau cetakan khas bentuk setengah lingkaran kecil. Bahannya menggunakan tepung beras dan dibumbui sedikit gula maupun garam.
“Saya sudah berjualan selama 10 tahun mas kurang lebih. Ndak berubah dari dulu, tetap mikul gerobak kayak ini,” ujarnya, Minggu (25/9/22).
Dikatakan, selama 10 tahun terakhir menjajakan kue Gandos memang terjadi pasang surut. Banyaknya jajanan lain yang ada menjadi tantangan tersendiri bagi pakde
“Sekarang langka ditemui. Dulu masih banyak saya temui teman sesama penjual Gandos tapi sekarang sudah jarang. Tinggal 3 orang saja kalau saya nggak salah yang menjualnya dengan pikulan seperti ini, termasuk saya,” imbuhnya.
Disebutnya, setiap hari ia tidak bisa memastikan bisa menghabiskan berapa kilo adonan. Jika dirasa adonan habis, ia hanya tinggal membuatnya kembali.
“Kalau mau habis itu, saya buat lagi adonannya. Tinggal ke Pasar lalu beli keperluan bahan untuk adonan, terus dibuat gitu aja. Kalau dikira-kira ya bisa 4-5 kilo sehari. Tapi itu tidak mesti segitu,” ujar pria asal Kemusu Boyolali itu
Ditambahkan, kue Gandos yang dijajakannya terbebas dari bahan kimia dan pengawet. Sejak 10 tahun hingga sekarang, memiliki resep yang tidak berubah.
“Jelas nggak ada pengawetnya mas. Resepnya juga sama. Cuman yang berubah itu gerobaknya saja. Karena perlu diperbaiki kalau rusak,” ujarnya sambil bercanda.
Adapun harga Kue Gandos ia jual Rp 500, harga tersebut sudah dinaikan beberapa kali mengingat bahan baku pembuatan adonan dan biaya hidup yang semakin naik.
“Kalau dulu Rp 200 per biji, lalu naik Rp 1.000 dapat lima. Kalau sekarang Rp 500 saja,” tuturnya sambil tertawa
Nikmat yg tiada tara ,gurihnya sangat nampol dimulutSaat perut lapar bisa untuk ganjal sementara atau menemani cemilan sambil baca buku dan ngobrol bersama teman kondisi santai, sangat cocok menemani keharmonisan keluarga
Sehat selalu ya pak , semoga tetap dalam perlindungan Tuhan yg maha esa. Selalu dibuka,kan pintu rezekinya. Keluarga dirumah senantiasa menantimu, perjuanganmu sangat luar biasa .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H