Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Anak Kreatif untuk Siapa?

3 Desember 2013   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para siswa menyanyikan lagu berbahasa Inggris adalah lebih mudah dan menyenangkan daripada mengerjakan latihan Bahasa Inggris di LKS. Bagi para siswa perempuan, lebih nyaman membaca novel populer daripada memahami berbagai teks dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia. Bagi para siswa lelaki memilih ekskul Futsal adalah hal paling disukai daripada memilih ekskul Pramuka ataupun PMR. Bagi semua siswa, lebih aman duduk diam pura-pura serius belajar ataupun menyontek demi mendapat nilai KKM dalam pelajaran matematika daripada sibuk mengerjakan latihan, meski itu berupa kelompok belajar.

Memahami perilaku belajar anak adalah penting. Berbagai teori pendidikan berusaha menyajikan analisisnya secanggih mungkin demi mendapatkan kesimpulan bahwa perilaku belajar anak didik dapat dilatih dengan memberikan banyak stimulus untuk memperoleh hasil belajar sebagus mungkin.

Juga berbagai seminar dan  promosi sekolah diadakan demi mendapat julukan pendidikan yang paling termutakhir.  Seakan, selama ini dan kebanyakan pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah tidak menghasilkan hasil terbaiknya. Orang tua pun ikut gelisah, demi mendapatkan anak keturunan yang berkualitas diupayakan anak mereka harus mendapat pendidikan yang paling progresif. Entah dalam bidang ilmu pasti, bahasa asing, teknologi, ataupun agama. Termasuk akhir-akhir ini, pendidikan anak kreatif dimunculkan sebagai imbas dari kemandekan kurikulum yang ada dalam menghadapi pesatnya perkembangan ilmu teknologi.

Teori belajar berlatar asumsi bahwa seorang anak dididik dalam suasana kelas yang homogen di sekolah. Artinya, guru hanya tinggal menerapkan metodologi mengajar sesuai dengan teori. Namun perihal latar belakang siswa, termasuk kondisi sosial ekonomi, budaya setempat, dan tipe kepribadian siswa, nyaris luput diperhatikan. Maka adanya metode pendidikan kreatif tentunya sangat membantu. Dimana anak (juga guru) dididik untuk bisa memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di sekitar dalam kegiatan belajar.

Berkenaan dengan itu, sistem pendidikan seperti dalam "Sokola Rimba" adalah salah-satu metode pendidikan anak kreatif yang efektif untuk membenahi masalah pendidikan. Sama pula halnya dengan maksud dari alinea pembuka tulisan ini. Bahwa, belajar Bahasa Inggris bisa pula melalui lagu atau bahkan dance. Lalu tidak ada salahnya bila kegiatan Pramuka atau PMR juga bisa memanfaatkan futsal ataupun sepak bola,  sebagai salah-satu media untuk lebih menarik minat para siswa.

Terakhir, bagaimana pula jika matematika tidak seluruhnya diajarkan dalam bentuk pelajaran, melainkan dalam bentuk permainan dan praktek luar kelas ? Bila demikian, maka pendidikan anak kreatif  tidak lagi sekedar jargon, melainkan telah menjadi unsur utama dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun