Mohon tunggu...
Rofatul Atfah
Rofatul Atfah Mohon Tunggu... Guru - Guru Tidak Tetap

Seorang guru biasa dan Ibu dari anak-anaknya yang istimewa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hwan-Ung, Pemimpin yang Adil dan Bijaksana (Dongeng Rakyat Korea I)

8 Januari 2013   02:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada suatu masa yang telah lampau

hiduplah seorang dewa yang baik hati bernama Hwan-ung.

Hwan-ung adalah putra Dewa Hwan-in, Sang Raja Dewa.

Dari kahyangan tempatnya bersemayam,

Hwan-ung melihat kehidupan manusia di bumi

penuh dengan kemiskinan, kebodohan dan kekerasan.

Begitupun penyakit merajalela dimana-mana.

Karena kasihan, Hwan-ung lalu memohon kepada ayahnya,

Dewa Hwan-in, Sang Raja Dewa.

"Ayahanda, ananda melihat kehidupan manusia di bumi sangat menderita,

Bolehkah ananda turun ke bumi untuk menolong mereka ?”

pinta Hwan-ung penuh harap.

Sejenak ayahnya, Dewa Hwan-in terdiam.

Beliau mencoba memahami keinginan putranya.

Akhirnya keluar jawaban dari Dewa Hwan-in,

“Baiklah, kamu boleh turun ke bumi untuk menolong manusia,”

“Terima kasih ayah,” sembah Hwan-Ung kepada ayahnya.

Hwan-ung pun dengan gembira turun ke bumi

disertai tigaribu pengikutnya.

Didekat pohon kayu cendana di lereng gunung T’aebaeksan.

Hwan-ung beserta pengikutnya

tiba di bumi dan menjelma menjadi manusia biasa.

Di lereng gunung yang berupa dataran luas tersebut

Hwan-Ung mengajak kepada

para pengikutnya untuk membangun sebuah kota.

“Mari kita membangun sebuah kota di sini,”

kata Hwan-ung kepada para pengikutnya.

Hwan-Ung pun menamakan kotanya “Shinsi” atau kota Dewa.

Setelah itu Hwan-ung menobatkan dirinya menjadi raja

yang bergelar Cho’o-wang atau Raja Kahyangan.

Agar bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik,

Hwan-ung selanjutnya mengangkat tiga orang menteri.

Menteri-menteri itu bertugas

untuk memerintah angin, hujan dan awan.

“Wahai menteri-menteriku, aturlah dengan baik

angin, hujan, dan awan,” titah Hwan-ung.

Maka angin, hujan, dan awan saling bekerjasama dengan baik

memenuhi tugasnya menghidupi bumi.

Ternyata  tidak hanya membangun kota,

tetapi Hwan-ung juga mengajarkan rakyatnya

360 pengetahuan yang bermanfaat.

Pertama sekali Hwan-ung mengajarkan rakyatnya

cara bercocok tanam padi di sawah.

“Rakyatku, kita perlu menanam padi.

Karena dari tanaman itulah kita dapat makan,”

Maka mereka pun menanam padi sebagai makanan pokok.

Padi akhirnya tumbuh dengan subur

dan setelah dipanen berasnya dapat dimasak sebagai nasi.

Tidak hanya itu, Hwan-Ung juga mengajarkan

ilmu meramu obat yang dapat menyembuhkan penyakit.

“Rakyatku, setiap penyakit ada obatnya.

Oleh karena itu aku akan mengajarkan

ilmu meramu obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit,”

kata Hwan-ung sambil menunjukkan cara meramu obat.

Maka sejak saat itu pula setiap ada rakyatnya yang sakit

selalu berhasil disembuhkan dengan ramuan obat yang ada.

Hwan-ung juga mengajarkan manusia cara memanfaatkan kayu

untuk menjadi barang berguna.

“Disini banyak potongan kayu yang dibuang begitu saja.

Padahal jika pohon-pohon ditebang habis untuk diambil kayunya dapat mengakibatkan bencana besar.

Oleh karena itu manfaatkan kayu-kayu ini meski hanya sebilah,”

Benar saja, ternyata dari potongan kayu bisa dibuat berbagai macam benda

keperluan hidup manusia sehari-hari.

Berikutnya Hwan-ung mengajarkan bagaimana cara menenun

beberapa helai benang menjadi selembar kain.

“Lihat ! Selembar kain yang indah ini tadinya

adalah hanya berupa benang-benang biasa.

Tetapi setelah ditenun,

dapat dipakai sebagai penutup dan pelindung tubuh kita,”

Para manusia pun takjub melihat hasil tenunan Hwan-ung.

Mereka pun tidak lagi memakai baju dari bahan-bahan seadanya.

Tidak lupa Hwan-ung mengajarkan

cara menangkap ikan yang benar

agar dapat memperoleh hasil yang melimpah.

“Menangkap ikan tidak boleh sampai merusak

lingkungan tempat mereka tinggal.

Sebab jika dirusak kita tidak akan mendapatkan ikan lagi

di kemudian hari,”

Semua yang mendengar menganggukkan kepalanya membenarkan.

Tidakhanya itu,  Hwan-ung juga mengajarkan manusia

tentang manfaat berbuat baik.

“Perbuatan yang mudah dikerjakan

adalah berbuat baik kepada sesama manusia.

Bila saja setiap orang berbuat baik setiap harinya,

maka kehidupan akan menjadi damai dan tenteram,”

nasehat Hwan-ung kepada rakyatnya.

Rakyatnya menuruti dengan senantiasa berbuat baik setiap hari.

Untuk mencegah manusia berbuat jahat,

Hwan-ung menulis sebuah kitab hukum undang-undang manusia.

“Ini adalah kitab hukum yang harus dipatuhi.

Apabila ada yang melanggar akan dihukum setimpal.

Tidak perduli apakah yang melakukannya pejabat ataupun rakyat biasa,

atau bahkan anggota keluarga pejabat,

hukum akan tetap ditegakkan dengan adil,”

kata Hwan-ung dengan tegas dan berwibawa.

Memang, Hwan-ung adalah contoh teladan

seorang pemimpin yang adil dan bijaksana.



(Sumber: buku "Selamat Datang Di Korea" diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun