Saya akhirnya memutuskan untuk berkata tidak pada semua yang telah didoktrinkan. Saya ingin kembali kepada jalan yang lurus, yang sebenarnya, yang berupa proses pembelajaran kehidupan secara cerdas (hikmah) dan bermanfaat bagi sesama. Saya tidak ingin kembali ke dunia nyata sebagai "orang aneh" yang berbeda dari ibu saya dan lalu menunjuk diri kepada ibu saya bahwa saya lebih Islami daripada beliau. Saya berpendapat "berbeda" tidaklah harus diartikan secara sepihak, melainkan harus melalui uji waktu kebenaran, yang meski lama namun yang akan membuktikan benar tapi mudharat atau benar dan bermanfaat.
Sebagai penutup, kisah tentang Ibu dan seorang Ibu tidaklah ada habisnya. Ibu sepanjang jalan dan sepanjang kenangan tetaplah sebagai doa abadi hingga akhir zaman. Terima kasih Ibu, atas segala hikmah yang telah engkau sampaikan dalam diam dan kata-katamu, melahirkan, membesarkan, dan mendidik anakmu. Selamat Hari Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H