Sekolah adalah semacam labirin tempat dimana semua kemungkinan bisa terjadi. Sekolah dan lingkungannya juga menjadi semacam ruang maya dimana setiap interaksi yang terjadi bisa saling berbelit mengkait. Sekolah sesungguhnya adalah ruang hidup yang harus dijaga setiap lorongnya, setiap jengkal tapak yang ada, dan setiap tulisan yang menggurat dindingnya. Sehingga setiap warga sekolah merasa aman, nyaman, dan sehat.
Kemana guru ketika saat istirahat tiba ? Tidak harus berkumpul berbincang ria di ruang guru. Ketika istirahat tiba guru bisa rileks mengelilingi sekolah mengawasi tingkah para muridnya. Justru dengan demikian akan terjalin interaksi antar murid dan guru secara informal, dimana manfaatnya adalah guru dapat memperoleh masukan tentang hal-hal yang tidak diketahui di bawah permukaan. Dari sana pula dapat ditelusuri setiap permasalahan siswa, keanehan, kelucuan, ketidak beresan, ancaman, bibit permusuhan, rencana tawuran, dan sebagainya.
Salah-satu bagian sekolah yang sangat penting diawasi adalah toilet sekolah. Sudah umum toilet  sekolah-sekolah di Indonesia banyak yang jorok, gelap, kotor, dan bau. Sedangkan toilet untuk guru hanya berbeda sedikit. Toilet seakan menjadi ruang yang tidak diinginkan meski dibutuhkan. Desain toilet pun seadanya, umumnya berada di pojok, tidak menjadi lintasan utama guru dari satu ruang ke ruang yang lain, kecuali kalau sedang dibutuhkan.
Ruang yang lain adalah tempat ganti pakaian, ruang khusus ekskul, parkir kendaraan, dan kantin sekolah. Tidak kalah penting lagi adalah area luar sekolah, saat siswa datang dan pulang sekolah seringkali rawan kejahatan, terutama pemalakan oleh siswa senior ataupun siswa dari sekolah lain.
Jika saja keberadaan guru selalu terlihat di setiap pelosok sekolah, tentu dapat diantisipasi peluang kejahatan yang mungkin terjadi. Tidak hanya dari orang dewasa kepada siswa, tetapi juga antar siswa itu sendiri. Bila guru mampu memberi rasa aman kepada setiap siswa, maka dengan sendirinya kewibawaan guru akan bertambah. Guru akan disegani dan dihormati.
Namun sekarang ini yang paling banyak terjadi adalah sebaliknya. Guru seakan hanya menjadi pelengkap dari sebuah sekolah. Para orang tua pun seringkali menjadi tidak nyaman dengan guru yang tegas menerapkan disiplin sekolah. Mulai dari yang berpangkat hingga yang merasa jagoan kampung, bisa dengan mudah menghukum balik guru. Sehingga gurupun menjadi mengkeret bila hendak menerapkan disiplin kepada siswa yang paling nakal di sekolah. Akibatnya ketidak beresan di sekolah semakin merajalela.
Disisi lain, para guru sangat sibuk dengan urusan administrasi pembelajaran. Sementara pikirannya juga bercabang untuk menghidupi keluarga hingga akhir bulan. Sangat tidak mungkin mengajar dengan kondisi pikiran yang tidak sepenuhnya tertuju kepada pembelajaran di kelas. Padahal yang diajar dan diawasi tidak hanya satuan orang, tetapi puluhan, ratusan, bahkan bisa seribuan. Dan mereka itu adalah calon-calon manusia masa depan.
Meski demikian, tetap guru dibutuhkan untuk melindungi dan memberi rasa aman siswa. Tidak saja bagi siswa yang lemah, namun juga siswa yang kuat. Sebab mereka adalah manusia yang mempunyai pikiran dan  perasaan. Pikiran dan perasaan siswa tidak selamanya kuat, bisa saja lemah, dan dilemahkan karena dibawah ancaman orang dewasa.
Oleh karena itu, dengan segala kondisi apapun, perlu ada kesadaran dan keperdulian para guru untuk mau, paling tidak sekedar berjalan berkeliling area dalam lingkungan sekolah. Terlepas dari kelemahan sistem perekrutan guru, yang memungkinkan seseorang menjadi guru apapun kepribadiannya, saya hanya berharap masih ada rekan sejawat guru yang berkepribadian baik dan tangguh, guna melindungi dan memberi rasa aman siswa dari setiap ancaman dan peluang kejahatan.
Sehingga sekolah tidak lagi sebagai labirin, melainkan telah menjadi swarga yang terang benderang, dengan ilmu pengetahuan dan rasa aman. Bukankah dalam piagam PBB dicantumkan bahwa siapapun wajib membebaskan manusia dari rasa takut ? Oleh karena itu, mari sisihkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk para siswa. Sebab hal tersebut lebih memberi berkah sepanjang hidup daripada sekedar uang sertifikasi yang sekejap habis untuk menutup kebutuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H