Mohon tunggu...
Bayu Ramadhan
Bayu Ramadhan Mohon Tunggu... -

Menulis adalah caraku menumpahkan isi kepala ini

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Para Pencela

19 November 2017   21:41 Diperbarui: 19 November 2017   23:06 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap hari belalu begitu saja

Tanpa pernah memberi arti

Seperti pohon yang meranggas

Daun keringnya diterpa angin kemarau

Jiwanya kering tak basah lagi

Tenggorokannya haus ingin minum

Hatinya meranggas

Karena hujan tak kunjung turun

Mungkin iya akan mati

Atau akan hangus

Terbakar kebencian

Akan selalu ada kedengkian

Matanya tajam melihat setiap cela

Mulutnya terus saja menyebar fitnah

Aroma keangkuhan terlihat dari raut mukanya

Mereka ini para penegak kebenaran

Katanya........ 

Tapi tak lebih hanya sekedar penghujat

Jiwanya kosong dengan semua omong kosong

Kemampuannya hebat dalam melihat masalah

Tapi mereka malas untuk berubah

Pikirannya cemerlang.... 

Tapi hanya untuk berkhayal sepanjang hari

Mereka ini para pencela

Mulutnya berbisa

Penegak kebenaran katanya

Ya sudahlah.... Aku ingin tertawa sebentar

Di negeri wkwkwkw land 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun