Mohon tunggu...
Muhammad Burhan
Muhammad Burhan Mohon Tunggu... -

Entrepreneur, pengusaha properti,pengajar,penulis.Founder BigBrand Indonesia BigBrand Indonesia adalah Marketing Development untuk UMKM

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Masih ada Pemerasan dan Penipuan di Terminal Kampung Rambutan (Surat terbuka untuk Pak Jonan dan Pak Ahok)

21 Februari 2016   21:19 Diperbarui: 22 Februari 2016   08:06 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"HATI-hati kalo ke Terminal Kampung Rambutan ada banyak preman dan penipu berbaju seragam PO, " demikian nasihat teman saya beberapa tahun silam yang saya abaikan saat masuk ke Terminal Kampung Rambutan pertama kalinya Tanggal 20 Februari 2016, sekitar pukul 20.30 ketika mau pulang ke Pekalongan.

Keberhasilan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan (saat jadi Kepala PT KAI) dalam merombak sistem di Stasiun KA dan keberanian Gubernur DKI Basuki Cahaya Purnama (Ahok) melawan aksi premanisme menyingkirkan jauh-jauh nasihat itu.

Begitu masuk, saya disambut seseorang berseragam yang mengaku karyawan PO Sinar Jaya. Saya sebenarnya sudah tidak yakin, tapi saya tetap ikuti orang itu sambil berpikir akan menolak kalo harus beli tiket di luar loket.

Maka dibawalah saya ke sebuah loket, petugas loket yang dipanggil mami menyebutkan angka harga tiket ke Pekalongan yang terdengar olehku Rp 95.000 karena biasanya tiket bus ke Pekalongan paling mahal Rp 85.000 aku bayar Rp 100.000 aku kaget ternyata harganya 195.000.

Saya pun komplain dan meminta uang kembali untuk membatalkan pembelian tiket karena kemahalan. Empat orang mengelilingiku di loket dengan nada membentak mengatakan bahwa tarifnya memang segitu sambil menunjukkan daftar harga dari PO ALS akupun komplain karena aku mau beli tiket Sinar jaya.

Ada puluhan orang yang saya lihat komplain juga dan di kejauhan saya lihat petugas keamanan melihat ada ribut-ribut tapi merekaa hanya memandang dari kejauhan dan tidak tertarik untuk mendatanginya. Saya kembali meminta pengembalian uang untuk membatalkan pembelian tiket karena uang cash yang aku pegang pas-pasan. Mereka malah menawarkankan untuk mengantar ke ATM. Saya terima tawaran itu untuk memecah kekuatan para preman biar bisa bicara berdua (kalao rame-rame dikeroyok preman kalah lah apalagi dengan kondisi kehatan saya waktu itu yang tidak fit ) .

Di perjalanan mengambil uang di ATM, saya kembali menegaskan akan membatalkan pembelian tiket.Laki-laki itu mengatakan tidak bisa dan akan bertanggungjwab serta tidak menipu.

Sekembali ke terminal , untuk kesekian kalinya saya kembali meminta uang kembali dijawab dengan bentakan tidak bisa. Merasa terintimidasi dan dipaksa, saya mencari petugas keamanan dan melaporkan kejadian itu, petugas itu terlihat bersimpati .

Saya berharap petugas itu akan mengantarkan kembali ke loket untuk membantu menarik uang saya karena mereka digaji memang untuk menjamin keamanan calon penumpang di terminal. Namun saya kecewa dia tak bereaksi sedikitpun dan hanya memandang haru. Sambil meninggalkan petugas, saya katakan ke dia, "Pak, kalau tidak ditertibkan orang akan kapok datang ke Terminal Kampung Rambutan,"tegas saya sambil meninggalkan petugas karena pegawai PO sudah teriak-teriak memanggil saya.

Salah seorang yang mengaku akan bertanggungjawab pada saya menelpon entah siapa dan bilang ada penumpang yang bawel sebelum kemudian mengajak untuk ikut naik motor untuk mengejar bus.Saya sempat menolak dan memilih akan menunggu tapi setengah memaksa dia bilang busnya sudah jalan.Akhirnya saya tak punya [ilihan dan negikuti dia.

Di dekat jalan tol dia mencegat bus dan memintaku masuk ke bus sambil meminta tiketku , saya pikir untuk ditunjukkan ke kondektur bus, ternyata dia malah kabur sambil membawa tiketku.

11 orang Tertipu

Saat masuk ke bus saya terkejut, bus yang saya naiki tak sebagus yang dijanjikan. itu bukan bus eksekutif tapi bisa ac biasa, bukan Bus ALS yang aku beli tiketnya tapi Kurnia Jaya, saat saya tanya kondektur harga tarif ke Pekalongan hanya Rp 85.000 dia bilang saya tertipu sambil tertawa.

Lebih tekejut lagi saat duduk dan ternyata di sekelilng saya juga menjadi korban penipuan seperti saya dengan jumlah berfariasi dari mulai Rp 170.000 sd Rp 195.000.Para penumpang yang sempat saya ajak ngobrol ada 11 orang yang tertipu dari Pekaloangan dan Pemalang.

Lebih Aman Terminal Bayangan?

Kepada Yang Terhormak Pak Jonan, apa yang saya alami bisa jadi adalah kebodohan saya karena baru pertama kali masuk ke Terminal Kampung Rambutan.

Tapi sebagai rakyat yang juga ikut membayar pajak, saya sangat kecewa.Terminal dibangun dengan uang rakyat , para petugasnya di juga digaji dari uang rakyat, para penumpang juga masih ditarik biaya peron tapi pemerasan dan penipuan justru terjadi di dalam terminal di depan mata petugas dan tidak ada upaya untuk melindungi calon penumpang.

Para pemeras (maaf saya menyebut pemeras karena saya dipaksa beli) dan penipu itu memang jahat tapi pemerintah akan lebih jahat jahat jika terus membiarkan praktik seperti ini tetap berlangsung.

Membangun tempat yang dibiayai oleh rakyat tapi di dalamnya ada praktik pemerasan dan penipuan rakyat.Terminal dibangun untuk memberikan rasa nyaman, aman dan kepastian bagi penumpang.

Seharusnya saat ke terminal penumpang mendapatkan keamanan, kenyamanan dan kepastian.Keamanan dari segala bentuk praktik premanisme , bebas memilih tiket dan bus yang diinginkan, rasa nyaman karean bisa menunggu serta kepastian harga tiket, dan jaminan bahwa penumpang akan mendapatkan bus sesuai tiket yang dibelinya.

Sebagai perbandingan saat berangkat ke Jakarta saya menunggu bus di terminal bayangan yang dikelola oleh masyarakat, dia meminta jasa Rp 10.000-Rp 15.000, tapi saya bisa mendapatkan bus yang bagus dan bisa sampai ke tujuan seperti yang dijanjikan. Sementara saat mencari bus di terminal saya mendapatkkan bus degan harga lebih mahal dua kali lipat lebih, dan masih ditambah dengan bus yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dioper sampai 3 kali.

Bagaimana mungkin teminal bayangan yang dikelola swadaya dan katanya ilegal justru bisa memebrikan rasa nyaman dan aman, sementara terminal resmi yang dibiayai dari uang rakyat justru membiarkan terjadinya pemerasan dan penipuan.

Untuk itu Pak Jonan segeralah merevolusi Terminal Kampung Rambutan dan terminal lain di seluruh Indonesia seperti yang pernah bapak lakukan dengan Stasiun.

Sebelum proyek kereta api cepat direalisasikan, seharusnya persoalan Terminal harus dituntaskan lebih dulu sampai masyarakat mendapatkan hak mereka yaitu mendapatkan pelayanan yang aman, nyamaan dan pasti karena pengguna bus jauh lebih besar. Ini juga akan menjadi bukti apakah pemerintahan Jokowi benar-benar Pro Rakyat.

Kepada Pak Ahok, selain bandara, dan stasiun terminal juga merupakan pintu gerbang Jakarta. Jika terminalnya dipenuhi preman, pemerasan dan penipuan , tentu akan membahayakan bagi kenyamanan siapa saja yang akan masuk dan keluar dari Jakarta. Padahal dalam berbagai kesempatan bapak selalu lantang untuk melawan aksi premanisme.

Semoga di lain waktu kita akan temui ada pusat informasi di terminal, ada papan besar tentang harga tiket dari tiap POseperti di stasiun dan lebih penting tak ada lagi masyarakat yang was-was ke terminal. Sebab terminal dibangun untuk melayani masyarakat (calon penumpang), bukan untuk sarang preman, pemeras dan penipu!

Muhammad Burhan
Korban Penipuan di Stasiun Kampung Rambutan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun