Mohon tunggu...
Burhan Ali
Burhan Ali Mohon Tunggu... -

Mahasiswa di Universitas Ibn Tofail Kenitra Maroko sejak tahun 2008

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Romance Keindahan Ramadhan di Maroko

29 Juni 2014   03:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mamlakah Maghribiyah kami menyebutnya dalam bahasa arab, sedangkan dalam bahasa perancis biasa disebut Royaume du Maroc yang artinya Kerajaan Maroko. Sebuah negara Islam yang menganut sistem kerajaan, terletak di ujung barat bagian utara benua afrika, tepat dibawah Spanyol, sekitar 14 km jarak laut yang memisahkan keduanya.

Pemerintah kerajaan dibawah komando Raja Mohamed VI sudah memutuskan bahwa puasa ramadhan 1435 H, jatuh bertepatan hari Ahad, 29 Juni 2014. Semoga kita masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menunaikannya hingga sempurna.

Walau masih ada satu hari untuk sampai pada bulan ramadhan, namun suasana keharu-gembiraan telah Nampak dan terpancar diwajah para muslimin Maroko yang sebagian besar menganut madzhab fikih Maliki ini. Begitupun dengan saya yangberharap Ramadhan kali ini benar-benar membawa berkah dan bisa menikmati indahnya lailatul Qadar.

Ini adalah puasa ramadhanku yang ke tujuh insya Allah di tanah negeri matahari terbenam semenjak kedatanganku di awal 2008. Tak terasa belum lama kita mengucap perpisahan dengan bulan Ramadhan tahun lalu, sekarang kita sudah menjemput kembali tamu Mulia ini. Sungguh cepatnya waktu itu berlalu satu tahun putaran penuh telah hilang berganti, namun masihkah kita kembali seperti biasa menjalani dosa diantara tahun-tahun itu. Inilah kesempatan kita untuk melebur dosa-dosa itu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : “ Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia menjauhi dosa besar” (HR. Muslim).

Romance keindahan berpuasa Ramadhan di Maroko sungguh terasa, disinilah kami diajarkan arti puasa itu ibadah, bukan sekedar rutinitas tahuhan. Yah, Berpuasa memang harus didasari ikhlas mengharap ridho Ilahi. Di Maroko yang kini memasuki musim panas, kami harus berpuasa selama 17 jam atau lebih 4 jam dari sahabat fillah yang berada di Indonesia, mulai dari terbit fajar shidik jam 3.35 menahan haus dan lapar, menjaga lidah, mata dan telingan untuk menjaga ucapan, pandangan dan pendengaran dari hal-hal yang menghilangkan berkah puasa sampai matahari tenggelam pukul 20.00 GMT.

Benar-benar sebuah keindahan bulan Ramadhan, malam yang singkat berkisar 7 jam, di gunakan seutuhnya untuk beribadah, dimulai berbuka dengan sedikit kurma dan air, lalu shalat fardhu dilanjutkan shalat tarawih, sampe pukul 11 malam, dilanjutkan makan malam besar, istirahat sebentar, dilanjutkan berwirid bagi sebagian muslimin, dan berbekal sedikit kurma untuk mengganjal perut dikala sahur, para muslimin umumnya berangkat kembali ke masjid untuk melanjutkan shalat malam berjamaah atau tarawih kedua sampai adzan subuh berkumandang. Ya inilah kehebatannya, shalattarawih dibagi dalam dua waktu, selepas shalat isya dengan menyelesaikan bacaan satu hizb atau setengah juz, dilanjutkan sebelum subuh juga dengan bacaan satu hizb, hingga dalam satu malam menyelesaikan satu juz.

Di Maroko, kami juga diajarkan puasa itu berbagi, yah bagi yang mampu memberikan makanan kepada yang berpuasa untuk berbuka, mereka berbondong-bondong mengharap mendapat pahala ramadhan yang berlipat ganda dengan bersedekah, dengan memberi makan kala berbuka dan sahur, serta untuk mereka yang beri’tikaf di Masjid.

Ternyata tidak sampai disitu, Romance keindahan Ramadhan di Maroko pun terdengar dari indahnya bacaan-bacaan imam shalat tarawih di masjid-masjid. Salah satunya adalah masjid Hassan 2, masjid termegah dan salah satu masjid terbesar didunia yang memiliki menara masjid tertinggi. Sesekali saya pun menyempatkan shalat tarawih dimasjid tersebut yang berada di pinggir pantai dengan angin sejuk menunjukan kebesaran Tuhan Semesta. Memang masjid ini dibangun sepertiganya berada diatas permukaan laut, diatas menara kala malam terpancar sinar hijau yang menuju kearah kiblat, seolah menghubungkan antara Masjid Hassan 2 dengan Masjidil Haram.

Mungkin inilah Ramadhan terakhirku di Maroko, menjadi akan sangat terkenang menghiasi perjalanan hidup indah ini selama menempuh pendidikan menuntut ilmu di Univ. Ibn Tofail-Kenitra dan Univ. Hassan II – Casablanca, setelah selesai pendidikan S2 tahun ini, Insya Allah langsung menuju tanah air Indonesia, Amin. Semoga masih diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk menunaikan dan menyempurnakan Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun