Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) tak lama lagi akan berlangsung di Jombang Jawa Timur, yakni pada tanggal 1 S/d 5 Agustus 2015 mendatang. Ini merupakan keputusan (hasil) Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada hari Jumat, Desember tahun lalu (5/12) di Jakarta.
Meskipun waktu Muktamar tersebut sudah dekat, namun Hajad PBNU yang telah tersampaikan beberapa bulan lalu, yakni PBNU ingin mengembalikan PMII menjadi banom NU terlihat sampai dengan hari ini belum ada titik terang dari pihak PMII. Apakah kemudian PMII menerima atau menolak. Jawaban "ya" dan "tidak", tentu jawaban ini selalu ditunggu para pihak, baik pihak-pihak yang ada di PMII atau pihak yang ada di NU itu sendiri.
Sejalan dengan hal demikian, maka kini giliran sahabat Lalu Aksar Anshori, SP, ketua KPUD propinsi NTB sekaligus ia juga merupakan salah satu mantan Ketua Umum PC PMII kota Mataram (1993-1994) akhirnya tergoda untuk angkat bicara, merespon serta menyikapi kemauan dari PBNU tersebut. "Sebaiknya PMII tidak menjadi banom NU". Pesan ini dikirimnya (Lalu Aksor Ansori) via BBM kepada penulis pada Rabu dini hari (30/06/2015), malam kemarin.
Kata dia, "PMII sebaiknya tidak menjadi banom NU, Nahdlatul Ulama sendiri belum tentu memahami karakteristik dan tipologi gerakan Mahasiswa pada setiap Perguruan Tinggi yang ada di seluruh Indonesia. Selanjutnya, antara Mahasiswa yang terdapat di Perguruan Tinggi "Kampus Umum" dengan Perguruan Tinggi "Kampus Agama", antara Perguruan Tinggi yang ada di wilayah Jawa dan Perguruan Tinggi yang ada di luar Pulau Jawa, masing-masing mereka tentu memiliki tipologi dan karakteristik yang berbeda, dan NU sendiri belum tentu memahami kondisi tersebut. Pesan ini juga diterima penulis sekaligus menjadi alasan sahabat Lalu Aksar Anshori mengapa PMII sebaiknya tetap tidak menjadi Banom NU. Terangnya.
Karena ketidakpahaman NU terhadap SIKON yang telah disebutkan di atas, kemudian NU sendiri bersikeras memaksa PMII untuk harus kembali menjadi banom di tubuh NU, maka sahabat Lalu Aksar sendiri menilai sikap demikian bisa berakibat mengerdilkan kader-kader PMII yang ada di setiap Perguruan Tinggi yang ada, terutama Perguruan Tinggi "Kampus Umum".
Sahabat Lalu Aksar Anshori juga mengamati sembari menilai bahwa Ormas besar, seperti; Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) selama ini belum mampu membangun gerakan Banom kemahasiswaan pada setiap kampus yang ada. "belum ada ormas besar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) yang mampu membangun gerakan banom kemahasiswaannya di sejumlah Kampus yang ada, IMM sebagai banom kemahasiswaan milik Muhammadiyah tidak berkembang di Kampus-kampus. Bahkan sekalipun di Kampus milik Muhammadiyah itu sendiri". Paparnya
Apabila Nahdlatul Ulama (NU) mau membuat banom kemahasiswaan, menurutnya, maka lebih tepat NU itu mengesahkan KMNU sebagai banom NU, dan KMNU itu sendiri dinilai epektif bergerak di seluruh Kampus guna menyebarkan faham ke-NU-an. Oleh sebab itu Nahdlatul Ulama (NU) selaku Ormas yang tak kalah besar dibandingkan Muhammadiyah juga sebetulnya sudah memiliki peluang, dimana Nahdlatul Ulama (NU) tinggal memberikan legitimasi (mengesahkan) Kesatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) untuk dijadikan banom yang bergerak di setiap Kampus yang ada. Saran ini disampaikannya agar Nahdlatul Ulama tidak meanrik PMII menjadi banom NU pada Muktamar ke-33 NU di Jombang mendatang.
Kita ketahui KMNU yang saat ini ada di Perguruan Tinggi Luar Negeri, seperti yang ada di Mesir, London, Amerika, Maroko dst. Sementara PMII sendiri yang selama ini sudah berkebang dan tidak punya masalah dengan NU sebaiknya dibiarkan saja tidak menjadi Banon NU. Hal ini sekaligus harapan sahabat Lalu Aksar Anshori yang juga pernah belajar di PMII, Mengabdi di IPNU, ANSOR beberapa waktu silam. "Saya cinta terhadap PMII, saya pernah dibesarkan PMII, saya pernah menjadi Ketua Umum PC PMII Mataram pada Tahunn 1993-1994 lalu. Bahkan bukan saja pernah Menjadi Ketua Umum di PMII, saya juga pernah menjadi Ketua IPNU NTB dan Ketua PW GP Ansor NTB". Jelasnya.
Bagaimana cara NU menarik PMII agar kembali menjadi banom. Supaya PMII kemudian mau bergabung kembali dengan NU (banom NU), maka NU sendiri juga sudah menyiapkan mekanismenya, yakni melalui Forum Muktamar ke-33 NU di Jombang Jawa Timur mendatang, PMII akan diminta ketegasannya "apakah mau kembali menjadi banom NU, ataukah PMII tetap independen seperti sekarang ini (?).
Terpisah. “PMII kembali menjadi banom NU”, kalimat tersebut sudah terdengar sejak beberapa bulan lalu. Anda dapat melihat berita tentang semua ini pada sejumlah media Online, seperti; di website NU Online, santrinews.com, website kampung-media, dst. Dalam pemeberitaan sejumlah media tersebut, pihak PMII ada yang menolak, dan adapula yang menerima. Pihak yang menerima PMII kembali menjadi banom NU tentu disertai alasan dan argumentasi yang kuat sehingga ia menerima. Demikianpula dari pihak yang menolak. Masing-masing pihak (menerima dan menolak) ini sudah dipastikan memiliki alasan dan argumentasi yang sama-sama kuat berdasarkan kajian mereka secara mendalam.
Terlepas dari semua alasan yang telah disebutkan, maka hasil dan keputusannya ada pada Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada bulan Agustus mendang. Dan apakah kemudian hajad PBNU yang ingin mengembalikan PMII menjadi banom NU tersebut diterima oleh PMII, atau sebaliknya, itu semua tergantung sahabat-sahabat PMII, terutama dalam hal ini PB PMII.