"Harga batik ini berapa?" tanya pak Dahlan Iskan pada Sigun Batik asal Ponorogo pada ivent 'House of Sampoerna Surabaya' tahun 2016.
"Diasto mawon.. " Jawab Sigun Batik Lukis waktu itu. Dia menjawab begitu karena bentuk terimakasihnya pada Pak Dahlan Iskan telah membuka pamerannya. Bentuk terimakasih atas fasilitas dan segala sesuatunya sehingga bisa terselenggaranya pameran di tempat bergengsi di Surabaya tersebut.
Mendengar jawaban tersebut pak Dahlan marah, Sigun Batik Lukis dianggap tidak bisa menghargai karya seninya sendiri.
"Anda saja tidak bisa menghargai karya seni anda sendiri, apalagi orang lain." Kata pak Dahlan Iskan.
"Bisnis ya bisnis, karya ya karya, persahabatan ya persahabatan jangan dicampur aduk. " lanjut pak Dahlan.
Pak Dahlan menginginkan batik yang dipegangnya, tapi tidak mau gratis.
Akhirnya perajin batik lukis yang bernama asli Guntur Sasono tersebut menghargai 500 ribu.
Pak Dahlan Iskan masih marah, menganggap masih dikasih courtingan karena telah membuka pameran. Harga 500 ribu masih dianggap sebagai gratifikasi.
Sigun bingung, gratis salah dikasih harga sebenarnya juga salah. Karena harga segitu sudah lebih dari cukup buat dia, sudah balik modal. Biasanya orang membeli karyanya 200-300 an ribu.