Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pantai Soge Pacitan dan Kasak-kusuk Pembudidayaan Benih Lobster

24 Desember 2019   11:13 Diperbarui: 24 Desember 2019   16:52 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari baru saja gelap, kami segera mengambil air wudhu dari sungai yang mengalir ke arah laut, dan menunaikan sholat magrib di tempat ala kadarnya. Satu dengan yang lainnya saling berjauhan, asyik dengan spot foto masing-masing. Hingga tak terasa jam 10 malam sudah lewat.

Milky way, di arah kelap kelip lampu arah tengah lautan yang haram didatangi (dok. pribadi)
Milky way, di arah kelap kelip lampu arah tengah lautan yang haram didatangi (dok. pribadi)
Tiba-tiba ada pemuda dempal dengan motor trail, mendekati saya. Seperti polisi reserse saja menanyai seakan dia yang punya lokasi. Dia tanya sedang apa, dengan siapa, dari mana, di lokasi ini sampai kapan. Dari awal saya menganggap dia sedang butuh uang minta uang keamanan atau uang parkir.

Saya jawab, kami hobi motret, hobi nulis di media. Ganti saya tanya dia siapa?

Dia gelagapan, gaya sok premannya berganti santun. Lalu cerita ngalor ngidul, intinya kami tidak boleh memotret ke arah lampu kelap-kelip di tengah lautan sisi tenggara. Apalagi sampai menyewa perahu untuk ke tengah.

Saya semakin penasaran digertak begitu, memang dia siapa. Toh pantai Soge Pacitan ini adalah fasilitas umum dan kami masuk bertiket. Niat ke pantai inipun untuk memotret. Kami berdebat apa kepentingan dia melarang kami, mengapa dia mengatur kami.

Akhirnya dia kehabisan ngomong, lalu cerita kalau di tengah laut yang lampu kelap-kelip tersebut adalah lokasi pengelolaan lobster, di sana ada pembudidayaan. Bibit-bibit lobster tersebut untuk memenuhi kepentingan ekspor.

Ada banyak "backing" yang melindunginya. Alasan dia melarang kami memotret karena hal itu, dia juga semakin takut kalau ditulis di media sosial. 

Di antara dua sungai yang menuju lautan bebas (dok. pribadi)
Di antara dua sungai yang menuju lautan bebas (dok. pribadi)
Malam datang bersamaan lelaki dempal yang interogasi (dok. pribadi)
Malam datang bersamaan lelaki dempal yang interogasi (dok. pribadi)
Sekitar jam 3 pagi, sewaktu kami tidur di lapak penjual makanan di bawah rerimbunan pohon kelapa, dia datang lagi mengawasi kami. Tapi kami malah merasa aman karena dijagain, terlebih kendaraan dan barang bawaan kami.

Kejadian tersebut kami alami pada bulan April yang lalu, ketika kami hunting foto di pantai Soge Pacitan bersama teman-teman Beku. Pantai di sisi timur kota Pacitan, berada di jalur lintas selatan menuju Trenggalek.

Pantai dengan hamparan pasir putih, dengan pepohonan kelapa membuat pantai terasa teduh. Pantai yang saling berdekatan dengan destinasi pantai lainnya yang hampir dalam satu lokasi. Pantai yang saban hari dikunjungi ratusan orang, baik pengunjung lokal, luar daerah, atau bahkan mereka yang kebetulan lewat saat perjalanan.

Ombaknya ganas langsung lautan lepas, seganas aktifitas di tengah samudra sana
Ombaknya ganas langsung lautan lepas, seganas aktifitas di tengah samudra sana
Dibalik keindahan dan keramaiannya ada aktivitas yang di tengah laut sana yang mencurigakan. Yang berusaha ditutupi dan berusaha meneror para pengunjung.

Lobster, larangan ekspor benih lobster oleh menteri Susi Pudjiastuti kala itu rasanya tak mempan di Pacitan. Meski toh akhirnya berganti menteri juga berganti aturan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun