Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

TURP, Gangguan Prostat Tak Menakutkan Lagi

16 Maret 2019   11:17 Diperbarui: 21 November 2019   05:32 7654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir 6 bulan Warsito saban kencing lewat selang kateter. Kateter tersebut dipasang di puskesmas dekat rumahnya, dan diganti saban 10 hari.

Sekitar 6 bulan yang lalu sepulang dari Jakarta tiba-tiba tidak bisa kencing. Menurutnya selama di dalam bus saat perjalanan dia menahan kencing, karena bus yang ditumpanginya tidak ada fasilitas toilet. Itu awal cerita Warsito.

Di bawa ke puskesmas, oleh perawat puskesmas dipasang selang kateter. Seminggu setelahnya oleh puskesmas dirujuk ke RSUD, dan di diagnosa pembesaran kelenjar prostat. Saat itu oleh dokter disarankan operasi, namun dia menolak. 

Dia trauma kakaknya juga menderita prostat, kala itu dia yang menjaga saat kakaknya di rawat di rumah sakit. Setelah selesai operasi dilakukan irigasi dipasang infus yang dialirkan ke selang kateter kakaknya.

Salah satu kaki diluruskan dan ditali ke bagian bawah tempat tidurnya biar kaki tidak tertekuk. "Dibandat" kalau Warsito mengistilahkan. Bagian kelamin dipasang selang dan selang tersebut ditarik ke arah kaki, kenang Warsito.

Sebenarnya kateter besar yang terpasang pada alat kelamin kakaknya, dikunci balon pada kandung kemih lalu kateter ditarik ke bawah (ditraksi). Tujuannya untuk menekan daerah luka di bekas kelenjar prostat yang sudah dioperasi.

Sehabis reaksi obat biusnya habis, kakaknya menjerit-jerit kesakitan. Obat pereda nyeri sudah diberikan, begitu habis kakaknya menjerit-jerit lagi.

Kali ini Warsito bimbang mau operasi takut seperti apa yang dialami kakaknya. Kalau tidak operasi selamanya akan memakai selang kateter. Paling sedih ketika beribadah, dia merasa kurang yakin karena merasa najis karena air kencing sering bocor merembes. Apalagi tahun ini antrian hajinya turun, pasti saat di tanah suci nanti akan mengganggu prosesi ibadah hajinya.

Warsito bingung harus bagaimana, trauma operasi kakaknya yang lalu masih membekas.

Pasien tetap bisa berinteraksi sambil melihat proses operasinya lewat layar tv
Pasien tetap bisa berinteraksi sambil melihat proses operasinya lewat layar tv
Pembesaran kelenjar prostat, sebelum dilakukan TURP
Pembesaran kelenjar prostat, sebelum dilakukan TURP
"Pak... Sekarang teknologi sudah berkembang, sekarang operasi prostat tak harus dibedah..." Terang dr. Riza Mazidu S SpU, spesialis urologi RSUD Harjono Ponorogo yang akan menanganinya.

"Ini operasi tidak ada sayatan, dan tidak membuka kandung kencing seperti kakak sampeyan dulu." Kata dokter Riza.

"Nanti dipasang alat kurang lebih kayak kateter yang selama sampeyan pakai, lewat alat tersebut kelenjar prostat dicuwili sedikit demi sedikit dan sangat minim perdarahan..." imbuhnya lagi. Dokter urologi tersebut menjelaskan dengan bahasa sederhana agar bisa diterima oleh pasiennya.

"Sampeyan dibius separo badan bagian bawah, nanti sampeyan bisa lihat lewat layar TV proses operasi sampeyan..." jelasnya lagi. 

Dipasang kateter lagi 3 hari, tak perlu ditarik seperti metode dulu lagi. Tak perlu dirawat di rumah sakit berhari-hari, Cuma 3 harian, begitu pulang kateter langsung dicabut.

Warsito lega atas penjelasan dokter yang akan menanganinya, dan siap operasi. Gampang-gampang susah kata dokter Riza Mazidu menjelaskan pada orang awam apalagi menyangkut teknologi yang terus berkembang.

"Hebat, operasi prostat tanpa sayatan..." cerita Warsito setelah operasi.

Menurut dr. Riza Mazidu spesialis urologi RSUD Harjono Ponorogo ini, operasi prostat tanpa sayatan atau yang dikenal dengan nama trans urethral resection of prostate (TURP).

Tanpa sayatan dan minim perdarahan, dihancurkan kecil kecil dan dikeluarkan lewat alat yang dipasang | Dokpri
Tanpa sayatan dan minim perdarahan, dihancurkan kecil kecil dan dikeluarkan lewat alat yang dipasang | Dokpri
Tak perlu takut seperti ketika operasi harus disayat
Tak perlu takut seperti ketika operasi harus disayat
Saban hari ada 4-5 pasien dilakukan operasi TURP di rumah sakit tempatnya bekerja. Operasi dengan teknik dan teknologi ini menjadi salah satu fasilitas layanan terbaru.

Menurutnya tindakan operasi prostat bisa dilakukan dengan dua cara, teknik operasi dengan sayatan dan tanpa sayatan.

"Operasi tanpa sayatan dikenal dengan nama trans urethral resection of prostate (TURP). Operasi kerok prostat memiliki keuntungan seperti, tidak ada sayatan pisau operasi, resiko pendarahan lebih ringan, proses penyembuhan lebih cepat, waktu rawat inap lebih singkat," kata dr Riza.

Kurang lebih perlu waktu 30-60 menit proses operasinya, kata dr Riza. Pasien dalam kondisi sadar meskipun dilakukan pembiusan, sehingga bisa berinteraksi dengan dokter operator saat operasi.

Prostat akan dikerok menggunakan alat yang dimasukan melalui saluran kencing sehingga tidak diperlukan luka sayatan. Tetap dipasang selang kateter selama 3-4 hari selama dirawat di rumah sakit.

Pembesaran prostat jinak adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat keganasan. Pada kondisi normal kelenjar prostat merupakan sebuah kelenjar berukuran kecil yang terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang berfungsi untuk menyuburkan dan melindungi sel-sel sperma. Pada saat terjadi ejakulasi, prostat akan berkontraksi sehingga cairan tersebut akan dikeluarkan bersamaan dengan sperma, hingga menghasilkan cairan semen.

Kondisi setelah TURP
Kondisi setelah TURP
Kelenjar prostat hanya dimiliki kaum pria, sehingga gak bakalan ada penderita prostat pada wanita.

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ditandai dengan gejala selalu ingin kencing, terutama pada malam hari. Sering disertai nyeri saat kencing. Tak jarang malah ditandai dengan beser, tidak bisa menahan kencing. Sulit mengeluarkan air kencing meski sudah mengejan, air kencing tersendat-sendat sampai malah tidak bisa kencing sama sekali.

Menurut dokter Riza secara spesifik penyebab pembesaran prostat jinak masih belum diketahui, karena secara umum prostat terus tumbuh selama hidup. Perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan.

Seperti guyonan teman saya, Azis, "Dipakai kena prostat, gak dipakai juga kena prostat. Mendingan dipakai saja"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun