"Dongakne pinaringan sehat ya mas..., Ben iso resik-resik masjid." Pinta Mbah Jemirin.
Mbah Jemirin mirip mbak Dullah di jaman Sunan Ampel yang mengabdikan diri untuk kebersihan masjid.
Rasa tanggung jawab pada kyai, pada guru-gurunya sewaktu mondok di pondok pesantren Coper Jetis. Bagi Mbah Jemirin guru masih ada dan sudah tiada sama saja harus tetap tawadhu.
"Tanduran wae ngerti carane matur nuwun, opo maneh manungso.." katanya. Tanaman saja tahu bagaimana cara berterimakasih apa lagi manusia yang punya akal.
"Tanduran niku sing wonten ngajenge griyo langkung sae buahipun dibanding ingkang wonten wingking griyo, tanduran niku gadah roso isin marang sing ngopeni.." Mbah Jemirin membuat perumpamaan. Tanaman yang berada didepan rumah lebih lebat dan subur dibandingkan tanaman yang dibelakang rumah. Tanaman punya rasa malu pada tuannya yang saban hari melihat dan merawatnya, katanya.
Menurut Mbah Jemirin, pondok salafiyah semakin tergerus dengan keberadaan pondok pesantren modern. Dimana pondok modern mengeluarkan ijasah sedangkan pondok salafiyah tidak. Namun begitu Mbah Jemirin mengatakan, pondok modern mencetak orang pinter, sedang pondok salafiyah melahirkan orang ngerti.