"Jangan golput, jangan mudah terhasut, jangan mudah diprovokatif," pesan bupati Ipong pada rakyatnya pada rangakaian sosialisasi pilkada di alun-alun beberapa hari yang lalu. Dengan sosialisasi, akan memberikan pemahaman yang cukup kepada masyarakat. Dengan begitu akan meningkatkan partisipasi pemilih di dalam Pemilihan Umum tahun 2019 nanti, terang bupati.
Keadaan ini mirip negara Hongkong 15 Tahuan yang lalu, dimana pemerintah Hongkong kalau itu risau rendahnya partisipasi dalam pemilihan umum. Ketidakpedulian kala itu dipicu oleh kesibukan berkerja warganya. Pada saat itu di Indonesia masih demam-demamnya pemilu, siapa yang tidak sealiran atau beda pilihan dianggap musuh yang harus dibinasakan. Masih lekat diingatan saat kampanye sering terjadi bentrokan sampai jatuh kurban jiwa, seperti fanatiknya suporter bola.
Bukan rahasia lagi di daerah pinggiran seperti Ponorogo, kalau tak ada uang gak bakalan datang. Bahkan ada yang lebih ekstrim uang diterima nyoblos urusan belakangan. Seperti ungkap Suryono warga Siman yang kemarin hadir menonton acara gelar seni tersebut.
“Pesta demokrasi adalah pesta bagi rakyat kecil, dimana orang kecil sepertinya bisa menikmati uang cuma-cuma dari para dermawan dadakan.” Kata Suryono, uang diterima dan urusan dicoblos atau tidak kalau di TPS urusan belakangan. Ini kesempatan panen buat orang kecil, imbuhnya.
Seni budaya benar-benar ampuh untuk mengumpulkan orang banyak, datang disuguhi tontonan dan disisipi pesan pemilu. Banyak papan dan alat peraga di lokasi, diharapkan masyarakat yang hadir mengerti dan termotivasi tentang pentingnya pemilihan, keterwakilan, bahkan bukan soal imbalan materi sesaat. Masyarakat diberitahu tentang pentingnya bernegara, tentang kepemimpinan, dan tentang keterlibatan warga dalam suatu bernegara.
Menurut M Ikhwanudin Alfianto ketua KPU Ponorogo, kegiatan gelar seni budaya tersebut sebagai upaya mengingatkan masyarakat bahwa pada 27 Junl 2018 akan digelar Pemilu serentak. Dia mengharapkan masyarakat bersuka cita datang ke TPS menyalurkan suaranya. Masyarakat tahu keuntungan dan kerugiannya bila tidak memilih. Masyarakat tahu kerugian bila ada politik uang, akan menjadi sumber korupsi penguasa yang terpilih untuk mengeruk uang negara untuk mengganti uang yang dikeluarkan selama kampanye.
Masyarakat diharapkan tahu mana kekurangan dan kelebihan calon pemimpin yang akan dipilihnya. Masyarakat diharapkan tidak fanatik buta dalam memilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H