Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Bedah Buku "Seni Reyog Ponorogo"] Sejarah, Nilai, dan Dinamika dari Waktu ke Waktu

27 Januari 2018   05:32 Diperbarui: 27 Januari 2018   11:38 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bedah Buku Seni Reyog Ponorogo Sejarah, Nilai Dan Dinamika Dari Waktu Ke Waktu

Ada keuntungan dan kerugian saat meneliti lingkungannya sendiri, terang Dr. Nursilah. Peneliti diuntungkan mendapatkan akses  seluas-luasnya, banyak informasi dan data yang akan didapatkan. Kerugiannya kalau tidak hati-hati seringkali hasil penelitian akan bias. Peneliti sering menilai,  menyimpulkan, serta menuangkan pikirannya yang seharusnya hal ini dihindari dalam penelitian.

Hal tersebut dikatakan oleh Dr. Nursilah dalam  bedah buku "Seni Reyog Ponorogo. Sejarah, Nilai dan Dinamika Dari Waktu Ke Waktu" Karya Drs. Rido Kurnianto, M.Ag. Namun begitu dosen UNJ yang diundang sebagai panelis tersebut mengungkapkan kegembiraannya, karena buku karya Dekan Fakultas PAI Unmuh Ponorogo merupakan buku yang terlengkap sampai saat ini yang mengungkap tentang seni reyog. Bisa dibilang buku ini kitab kuningnya seni reyog Ponorogo saat ini.

Buku seni reyog. Sejarah, dinamika dari waktu ke waktu karya dosen Ridho
Buku seni reyog. Sejarah, dinamika dari waktu ke waktu karya dosen Ridho
"Saya mengapresiasi buku karya pak Rido Kurnianto ini, meski bukan berlatar belakang seni budaya tetapi berhasil merangkum data sedemikian komprensif holistik mendekati persoalan." Tambahnya.

"Buku ini menyuguhkan data yang tidak bisa dianggap remeh. Ini saya ungkapkan karena memang faktanya data lapangan yang sangat banyak," ungkap Dr. Nursilah dengan bangga.

Peluncuran dan bedah buku  tersebut bersamaan hari jadi kabupaten Ponorogo ke 521 beberapa waktu yang lalu. Ini kado istimewa bagi Ponorogo di hari-jadinya.

"Atas nama pemerintah kabupaten Ponorogo kami ucapakan penghargaan, apresiasi kepada pak Rido, kesulitan mengumpulan sumber-sumber yang valid bisa diatasi sehingga masyarakat bisa membaca sejarah reyog Ponorogo," apresiasi  Drs. Bambang Wibisono perwakilan dari pemerintah daerah yang hadir saat itu.

Peluncuran sekaligus bedah buku yang diprakarsai oleh Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo bekerjasama dengan pemuda Muhammadiyah bidang seni budaya dan olahraga, dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga kabupaten Ponorogo.

Buku ini merupakan hasil sebuah riset yang dimulai dari tahun 1997, dibiayai dari DP2M Ditjen Dikti Depdiknas Republik Indonesia. Tergabung dari beberapa judul penelitian tentang reyog Ponorogo.

Diterbitkan oleh Buku Litera Yogyakarta, merupakan cetakan pertama dengan 210 hal (xxii+ 188 hlm), dengan ukuran kertas 15.5 x 23.5 cm. Dilengkapi foto-foto yang indah dari jepretan mas Oky Cahyo Nugroho.

Buku ini terdiri dari 6 BAB. Bab I memuat ; pendahuluan, hubungan reyog dan Ponorogo, gambaran sekilas tentang Buku Reyog Ponorogo, serta relevansi terhadap bahan ajar.

Bab II memuat ; sejarah reyog Ponorogo, versi sejarah reyog Ponorogo,  beberapa versi legenda, serta kearifan sejarah reyog Ponorogo.

Bab III memuat ; komponen seni reyog Ponorogo, perangkat, alat musik, pakaian, dan aksesoris serta fungsinya. Ragam tari seni reyog Ponorogo

Bab IV memuat, bentuk  pertunjukan seni reyog Ponorogo; reyog tempo dulu, reyog pusaka, reyog obyog, reyog festival, reyog pelajar, reyog santri, dan reyog panggung.

Bab V memuat makna dan nilai seni dan simbol reyog Ponorogo.

Bab VI Penutup, memuat kesimpulan, dan rekomendasi.

Daftar Pustaka

Peluncuran dan bedah  buku ini mendapat apresiasi sejumlah tokoh reyog Ponorogo. Mereka hadir memberikan sumbang sih, disertai diskusi dan pelurusan sejarah. Diskusi semakin menarik ketika nara sumber berkali-kali mengungkap ada ketidak lengkapan data, atau ketidak-kesusaian tentang peristiwa. Penulis sangat apresiatif, dengan berjiwa besar menerima masukan.

"Iyaa eyang dalem bade sowan malih insyaalloh mbenjang...." Kata Ridho sambil membungkukkan badan, namun begitu para sesepuh reyog yang hadir sangat bangga dengan hasil kerja kerasnya. Bedah buku sekaligus pengungkapan fakta-fakta yang selama ini belum terungkap dalam sejarah perkembangan reyog.

Ahmad Tobroni Turedjo. "Saya senang sekali dengan adanya buku Sejarah Seni Reyog Ponorogo yang ditulis oleh Pak Rido Kurnianto ini. Karena bisa menjelaskan, bahwa pakem reyog itu tidak ada. Sedangkan yang ada adalah pedoman dasar yang sudah disepakati bersama oleh tokoh Ponorogo. Pedoman dasar itu dipakai pedoman oleh seluruh seniman reyog di nusantara," ungkapnya.

Tokoh reyog yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Tobron mengatakan, dulu reyog di Ponorogo tiap daerah beda. Baik tarian, gamelan, ukuran, serta kelengkapannya. Mbah Tobron juga menceritakan awal mula tarian reyog bisa seragam, kala itu ada tantangan dari jenderal Hartono ketika menjabat Pangdam Brawijaya. Pangdam menghendaki reyog kolosal dan masal sebanyak 100 dadag merak yang ditarikan pada saat hari ulang tahun Kodam Brawijaya.

Reyog kolosal, Mbah Tobron berhasil menjawab tantangan Pandam Brawijaya
Reyog kolosal, Mbah Tobron berhasil menjawab tantangan Pandam Brawijaya
Permintaan itu membuat mbah Tobron yang saat itu selain menjadi tokoh reyog juga anggota DPRD tersebut kelimpungan. Ia menyanggupi dalam waktu 3 bulan harus bisa mempersembahkan permintaan Pangdam. Ia kumpulkan tokoh reyog dari beberapa daerah kecamatan, diajak ngomong bersama untuk membuat seragam. 

Pada waktu itu menurut ceritanya tiap daerah punya ciri khas sendiri tentang reyog, tarianya, tetabuhannya, perangkatnya. Pada waktu itu tiap daerah punya ego masing-masing merasa yang paling baik dan paling pakem. Setelah musyawarah panjang dan melelahkan bisa dibuat seragam, tarian sama, tabuhan sama, gamelan sama. Satu perangkat gamelan untuk seratus reyog dadak dan ratusan penari jathil, cerita mbah Tobron.

Kebanggaan juga disampaikan Mbah Bikan tokoh reyog lainnya. "Saya bangga sekali mas Rido Kurnianto peduli terhadap seni budaya asli Ponorogo dengan menerbitkan buku Sejarah Seni Reyog Ponorogo. Namun jangan berhenti harus dilengkapi disesuaikan dengan kondangnya reyog Ponorogo. Jika akan menerbitkan buku episode kedua, semoga mas Rido meningkatkan komunikasi dengan tokoh tua agar bisa menyajikan tulisan yang lebih lengkap," kata mbak Bikan yang mantan lurah Plunturan. Selama ini mbah Bikan terkenal sebagai tokoh sepuh reyog yang paling keras.

Reyog obyogan kolosal
Reyog obyogan kolosal
Tanya jawab juga muncul dari mahasiswa serta undangan, salah satu yang menarik pernyataan dari pak Wahono guru SD dari wilayah barat. Ia menyatakan kalau dalam buku ini terkesan meng-Islamkan reyog. Banyak istilah reyog serta perangkat reyog yang dipaksa sinkron dengan Islam. 

Menurutnya tidak masalah tapi rasanya bisa janggal. Hal ini mungkin yang ditakutkan oleh Dr. Nursilah dalam awal diskusi tentang keuntungan dan kerugian bila seorang peneliti meneliti dirinya sendiri akan bias. Memang tidak bisa dipungkiri sejarah mencatat reyog dan sejarah masuknya Islam di Ponorogo sangan kental. Terutama reyog versi Suryongalam.

Aplaus panjang ketika diskusi ditutup, apresiasi dan penghargaan luar biasa dari insan reyog serta pemerintah daerah atas terbitnya buku ini karena dianggap paling lengkap tentang reyog Ponorogo. Berharap buku ini menjadi bahan pembelajaran serta sumber tentang sejarah reyog dari masa-kemasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun