Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Makam Tumenggung Jayengrono di Pulung Merdiko dan Mitosnya

21 Januari 2018   22:47 Diperbarui: 22 Januari 2018   08:43 7363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Tumenggung Jayengrono di desa Pulung Merdiko, Pulung Ponorogo

Dulu imam masjid, muazin, penabuh kentongan dan bedug mendapatkan gaji berupa tanah bengkok.

Sedari dulu penduduk tidak berani mengadakan pagelaran wayang kulit karena dianggap hura-hura di tempat keramat, pernah beberapa tahun yang lalu pihak desa mengadakan bersih desa dengan menggelar pagelaran wayang kulit untuk mematahkan mitos, namun lagi-lagi masyarakat tidak berani melakukan hal tersebut.

Dulu tanah di desa Pulung Merdiko ini bebas pajak, namun dua puluhan tahun yang lalu orang ramai-ramai menyertifikatkan tanahnya karena takut akan hak kepemilikannya kelak.

masjid yang berada di timur makam, sedang dalam perbaikan
masjid yang berada di timur makam, sedang dalam perbaikan
pohon-pohon besar yang masih terawat membuat asri
pohon-pohon besar yang masih terawat membuat asri
Masjid peninggalan beliau kini sedang di rehab, menurut cerita penziarah akhir-akhir ini banyak jamaah dari luar daerah yang sedang bermukim disitu dan sering tiduran dalam masjid. Banyak pengunjung yang akan bertirakat di masjid merasa tidak nyaman. 

Sampai saat ini komplek makam beliau masih terawat, asri, dan sejuk terasa damai. Peziarah selalu ingin kembali lagi untuk berziarah karena suasana yang hening dan khidmad di daerah ini.

Menjelang ujian nasional dan pedaftaran pegawai negeri sipil makam dan masjid ini juga ramai dikunjungi peziarah yang memanjatkan doa, karena tempat ini dianggap mustajab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun