Gunawan adalah warga lokal Ngawi yang saat kemarin mengantarkan saudaranya dari Jakarta berlibur di tempat ini. Menurutnya pula pemerintah daerah Ngawi sudah mengajukan dana sebesar 200-an milyar untuk merevitalisasi benteng ini. Dan sampai saat ini belum jelas bagaimana kelanjutannya.
Menurut sejarah benteng ini dibangun sebagai benteng pertahanan pasukan Belanda dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro. Angka tahun pembangunan 1839 selesai pada tahun 1845, seperti yang tercantum pada gapura masuk sebelah dalam. Pada kurun waktu itu pasukan Belanda dipimpin oleh Johannes Van den Bosch, sehingga nama benteng juga memakai nama pemimpin pada waktu itu.
Dijatuhi hukuman mati dengan ditembak dan digantung, tapi tidak mati. Akhirnya oleh Belanda dikubur hidup-hidup di makam yang saat ini berada. Pengunjung dari Yogyakarta tersebut sudah 3 tahun belakangan ini selalu mendatangi makam yang diyakini masih leluhurnya.
Dalam masterplan yang terpampang di dinding kelak benteng ini akan terlihat kemegahannya. Benteng ini kelak akan dijadikan museum senjata. Lokasi yang mencapai 18 hektar juga sebagian akan dijadikan kawasan taman terbuka hijau. Tempat ini kelak akan difungsikan sebagai perkantoran staf, ruang pameran, diorama penjara, serta sarana prasara tempat wisata lainnya.
Revitalisasi segera terlaksana, meski konon dinas terkait saling melempar handuk, serta minimnya dana yang turun untuk revitalisasi. Besarnya biaya juga harus sebanding dengan manfaat yang ditimbulkan terutama ketika banyak kebutuhan lain yang harus didahulukan. Namun begitu upaya penyelamatan sangatlah urgent.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI