Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

MPR, Nitizen, dan Darurat Kebangsaan

7 November 2017   19:35 Diperbarui: 7 November 2017   19:41 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
antusiasme peserta mengikuti kegiatan Ngobrol Bareng MPR RI

Baca yang benar, dengar yang benar, sebar yang benar. Meminjam slogan Kurio, mungkin itu yang ingin disampaikan Ma'ruf Cahyono Sekjend MPR di hadapan nitizen Jawa Timur di di Hotel Fairfield by Marriott Jl.Mayjend Sungkono, Surabaya di hari Sabtu kemarin (4/11/2017).

Menurutnya peran nitizen, blogger dan warganet sangat luar biasa penting di tengah merebaknya penyebaran berita hoax. MPR berkepentingan dan harus memanfaatkan secara maksimal segala potensi media untuk menyampaikan pesan-pesan kebangsaan. Nitizen diharapakan menjadi mitra MPR sebagai perekat bangsa, sebagai penyeimbang berita yang bertanggung jawab untuk kemajuan bangsa.

Ma'ruf Cahyono berharap Nitizen  yang diundangnya bisa menjadi duta kebangsaan dalam rangka membangun kesadaran terhadap implementasi Pancasila, membangun kesadaran konstitusi UUD NRI 1945, bangun kesadaran semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan demi berlangsungnya Negara Kesatuan RI. Atau yang lebih dikenal dengan istilah 4 pilar MPR ini diyakini Ma'ruf bisa menjadi perekat bangsa.

Ada kekawatiran mendalam dari Ma'ruf Cahyono tentang kondisi kebangsaan saat ini. Sekjend MPR tersebut mengungkapkan simpul-simpul perekat tentang ke-Indonesiaan sudah sangat menyedihkan. Bhineka Tunggal Ika, yang dulu sudah disepakati bersama merupakan anugerah dari kekayaan kasanah budaya dan menjadi kebanggaan. Namun kini ada kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab malah mendengungkan kenyataan perbedaan yang mengarah pada perpecahan.

Peran generasi muda atau pemuda sejak awal berdirinya bangsa ini sangat nyata. Pemuda menjadi motor penggerak perubahan dan selalu berada di lini depan. Kebangkitan Nasional pada tahun 1908, Sumpah Pemuda pada tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945, dan Reformasi 1998 adalah bukti peran serta pemuda dalam sejarah bangsa. Hal itu juga yang melatar belakangi MPR mengundang para pemuda Jawa Timur yang tergabung dalam nitizen yang bertajuk "Ngobrol Bareng MPR"

"Pemuda tak hanya menjadi agen pulsa atau pulsa, saatnya pemuda menjadi agen perubahan." Ujar Ma'ruf Cahyono yang disambut gelak tawa.

Ngobrol Bareng MPR RI
Ngobrol Bareng MPR RI
antusiasme peserta mengikuti kegiatan Ngobrol Bareng MPR RI
antusiasme peserta mengikuti kegiatan Ngobrol Bareng MPR RI
Pada kesempatan tersebut sekjend MPR membacakan pusi tentang cinta Indonesia.

Masih Indonesiakah kita, setelah sekian banyak jatuh bangun

Setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk  

Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan

Persatuan di atas perselisihan

Musyawarah di atas amanah

Kejujuran di atas kepentingan

Ataulah ke Indonesiaan kita telah pudar tinggal slogan Tidak

Karena nilai-nilai itu kita lahirkan kembali

Kita bumikan dan kita bunyikan dalam setiap jiwa dan manusia Indonesia.

Dari Sabang sampai Merauke kita akan melihat gotong royong dan tolong menolong

Kesantunan bukan anjuran akan tetapi kebiasaan

selogan Kurio, dalam menangkal hoax
selogan Kurio, dalam menangkal hoax

Senada dengan Sekjed MPR, Andrianto (Kepala Bagian Data dan Sistem Informasi MPR) merasa sedih dengan kondisi sekarang dimana banyak pemuda yang harusnya melek informasi, ternyata banyak yang menjadi pembuat dan penyebar informasi menyesatkan alias hoax. Dia berharap untuk krocek berlapis untuk sebuah berita, kalau benar baru disebarkan. Tidak asal menyebarkan, harus ditimbang untung ruginya apakah bermanfaat atau malah menjadikan keresahan pada masyarakat.

Ma'ruf Cahyono mengatakan MPR tak menyeramkan seperti dulu, entah apa maksud sekjend mengatakan tersebut. MPR membuka pintu seluas-luasnya untuk masyarakat untu datang ke gedung MPR tersebut, imbuh Ma"ruf Cahyono.

Sudah saatnya kita bahu membahu membangun kesadaran  dalam penerapan nilai-nilai Pancasila, membangun kesadaran akan konstitusi dasar UUD 1945, bangga dan bersatu dalam keberagaman yang merupakan wujud penerapan Bhinneka Tunggal Ika, seperti tujuan 4 Pilar MPR. Sehingga tercapainya cita-cita bersama Indonesia yang adil makmur sentosa berdasarkan Pancasila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun