Semakin sore hujan yang tadinya gerimis menjadi semakin deras mengguyur kompleks petilasan Prabu Sri Aji Joyo Boyo di Pamenang, Kediri. Tak luput pelataran Sendang Tirto Kamandanu licin dibuatnya, namun tak membuat niat Sumiatun surut untuk terus melangkah. Sumiatun dipapah kedua anak lelakinya menuruni anak tangga plesteran batu. Jalannya gontai meski sudah dipapah, jalannya pincang seperti ragu ketika menapakkan telapak kakinya. Selintas seperti menahan sakit ketika berganti kaki untuk melangkah. Dari beberapa depa terlihat kakinya bengkak dilingkari pembuluh-pembuluh darah sebesar kelingking yang membiru, mirip-mirip sedang digerogoti beberapa ulat.
Wajahnya mulai sumringah ketika satu per satu kakinya memasuki air. Kedua anaknya masih saja memegangi di kanan-kirinya agar tidak terjatuh. Tak lama kemudian kedua tangan Sumiatun ditebas-tebaskan mengisyaratkan dia mampu berdiri sendiri tak perlu dipegangi kedua anak lelakinya. Sebagai isyarat buat kedua anak lelakinya untuk naik berteduh dan dari keluar air yang merendam kakinya.Â
Terlihat raut muka lega pada wanita yang usianya hampir memasuki 70 tahun tersebut. Muka yang tadinya pucat seperti menahan sakit berangsur berubah kemerahan seperti raut muka orang yang bersukacita.
Menurut salah satu anak lelakinya, Misnatun sudah lebih 5 tahun mengalami nyeri pada tungkai kakinya, sudah berobat ke mana-mana baik medis atau alternatif namun tak kunjung sembuh. Malah dalam 2 mingguan ini disertai bengkak dan pembesaran pembuluh darah di betisnya, ungkap anaknya lelakinya.
Jauh-jauh datang dari perbatasan Madiun-Ponorogo ke sendang Tirto Kamandanu di komplek Petilasan Prabu Sri Aji Joyo Boyo Pamenang Kediri ini untuk mengupayakan kesembuhannya. Tetangganya yang menyarankan untuk mendatangi sendang ini.
Menurut Misnatun, Alloh memberikan obat dan kesembuhan dengan beribu cara, dan di manapun yang dikendaki oleh Alloh. Tugas manusia yang sedang dianugerahi sakit wajib mengupayakan dan mencari obat yang sudah disediakan oleh Alloh tersebut. Misnatun tak peduli kata orang tentang musyrik, syirik atau segalanya. Dia dan Alloh yang tahu apa yang ada dalam hati dan pikirannya.
Menurutnya sama saja musrik kalau kita datang ke dokter dan mengganggap kalau dokter dan obatnya yang bikin sembuh, harusnya Alloh menyembuhkan lewat dokter dan obat tersebut. Menurutnya soal beginian rawan dan harus hati-hati jangan keburu menghakimi, lanjutnya.
Kurang lebih 45 menit Misnatun merendam kakinya di sendang, perlahan dia keluar sendiri tanpa bantuan kedua anak lelakinya. Berjalan perlahan tanpa berpegangan pada tembok pembatas sendang.
Mulutnya terus komat-kamit mengucapakan Alhamdulillah..... Alhamdulillah....Sambil kedua telapak tangannya dia usapkan ke mukanya.
Misnatun merasa puas dan mengatakan akan datang lagi keesokan harinya ke sendang ini. Untuk itu dia akan menginap di rumah sepupunya di Kediri kota. Dia percaya sendang ini dulu sebagai pemandian Prabu Sri Aji Joyo Boyo sebelum muksa. Pasti Alloh tak sembarang menciptakan sesuatu untuk seorang raja besar seperti beliau, dan Misnatun pun beranggapan yakin sedang Kamandanu mustajab. Misnatun yakin di tempat ini Alloh memberikan penyembuhan pada penyakitnya.
Itulah kisah Bu Misnatun, dan sore kemarin ada ratusan pengunjung yang datang ke tempat ini dengan bebagai tujuan. Sendang Tirta Kamandanu berada di komplek petilasan Prabu Sri Aji Joyo Boyo di Pamenang Kediri. Sendang ini diyakini sebagai pemandian beliau sebelum beliau muksa ke alam keabadian. Sendang ini diyakini dipakai beliau untuk menyucikan diri sebelum menghadap penciptanya.
Hampir semua peziarah yang kan melakukan peziarahan ke Pamuksan Prabu Brawijaya bersuci ke sendang ini.
Komplek sendang ini berbentuk seperi lapangan bulat yang dipagari memutar, yang di sisi pingirnya berupa jalan yang bisa dilalui kendaraan. Tempat ini buka 24 jam non stop. Paling ramai orang mandi sekitar jam 00:00 pergantian malam. Mandi dan datang ke tempat ini gratis, ada kotak amal boleh mengisi dan boleh tidak. Ada juru kunci yang akan memandu bila diperlukan.
Menurut penjaga penitipan kendaraan pada bulan Muharam begini pengunjung bisa 10 kali lipat. Pengunjung tak hanya datang dari pulau Jawa saja, namun dari Bali, Kalimantan, bahkan dari mancanegara terutama dari China. Pada bulan biasa paling ramai pada malam Selasa Kliwon dan Jumat Legi. Namun belakang ini setiap hari Minggu dan hari libur anak-anak muda datang untuk rekreasi, karena tempat ini teduh dan sejuk dengan view yang keren untuk foto-foto.
Pesan tukang parkir, pengujung suruh berhati-hati karena di tempat beginian sering terjadi penipuan. Banyak orang yang menawarkan jasa bisa membantu menyelesaikan masalah atau menjajikan hal-hal di luar nalar. Awalnya gratis dan lama-lama dengan jeratan, maunya mau ngatasi masalah namun akhirnya malah membuat masalah.
#Tunggu cerita selanjutnya di 'Petilasan Prabu Sri Aji Joyo'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H