Terkadang tak habis pikir ada orang membelanjakan ratusan juta duwitnya untuk untuk seekor burung perkutut. Seperti pak Yoyok (bukan nama sebenarnya, minta dirahasiakan namanya) yang berasal dari Yogyakarta. Dia jauh-jauh datang dari Yogyakarta untuk mengikuti lomba burung perkutut yang diadakan di Ponorogo dalam rangkaian Grebeg Syuro. Dia membawa dua burung perkutut, yang satu seharga 1,2 milyar. Sedangkan satunya seharga 850 juta.
Ndak masuk akal, dalam benak saya. Baru percaya setelah saya bertanya pada peserta lainnya. Pak Marno dari Surakarta mengatakan jika perkututnya harganya di atas 500 juta, kali ini dia membawa 3.
Mengapa mereka sangat boros untuk seekor burung perkutut tersebut??
Sudah percaya harganya segitu, tapi belum tahu alasan mengapa mereka sangat ringan tangan untuk membelanjakan uangnya untuk seekor perkutut.
Beruntung saya bertemu pak Margono dari Kediri, di tempat lomba dia lebih banyak duduk di pinggir lapangan di tempat teduh. Menurut penjual makanan yang berada di area lomba pak Margono adalah orang disegani di komunitas burung perkutut. Dia semacam paranormal yang ceritanya tahu manfaat dan keistimewaan burung perkutut.
Menurut pak Margono pada jaman dulu hampir semua priyayi memelihara burung perkutut.
"Jaman rumiyin tiyang percados peksi perkutut sarana nggampilaken rejeki, tentreme rumah tangga, nambah berbowo, nambahin derajat ngampangne pangkat." kata pak Margono dalam aksen Jawa.
Menurutnya dalam dunia burung perkutut ada sebutan istilah "katuranggan"
Menurutnya kepribadian, watak, bahkan keberuntungan maupun kesialan pemilik bisa dilihat dari hewan peliharaannya, begitu pula  sebaliknya. Semacam hewan yang dipelihara bisa membawa hoki.
Begitu juga pada burung perkutut, bentuk fisik atau hal yang dialami burung peliharaan dipercaya berpengaruh pada pemiliknya, baik ataupun buruk begitu pula sebaliknya (salin mencerminkan)
Pada intinya dengan memelihara burung bertuah dengan ciri-ciri tertentu nasib dan kehidupan pemiliknya akan bertambah baik, harapannya.
"Yen niku riyin mas...." ralat pak Margono, itu cerita dulu. Namun begitu katanya jaman sekarang masih banyak yang punya anggapan begitu, hanya saja mereka gak bakalan berterus terang atau mau menjawab alasanya memelihara. Paling-paling seneng burung atau hobi saja, kata Pak Margono.
Bagi pengusaha atau pedagang sering memelihara perkutut Kusuma Wicitra, bentuk paruh dan kakiknya keputih putihan. Ini perlambang melimpahnya harta.
Bagi yang ingin pangkat, derajat, ataupun pimpinan sering memelihara perkutut Wisnu Murti, yang warna bulunya kehitam-hitaman. Mungkin berharap bijaksana dan disegani mirip dewa Wisnu. Menurut pak Senen banyak pegawai yang wira-wiri di lapangan ini mencari perkutut jenis ini.
Bagi orang dalang, oaring yang pinter orasi, pandai pidato, guru biasanya memelihara perkutut candra sabda. Dengan harapan segala katanya seperti sabda dan banyak didengar dipercaya banyak orang.
Masih banyak lagi kata pak Margono seperti, perkutut Wisnu Wicitra, Perkutut Gendawa Sabda Ciri, Perkutut Gedong Mengo, Perkutut Mercuci, perkutut Muncis, perkutut Udan Liris, Perkutut Kinayungan, perkutut Sangga Bhuana, dan banyak lagi katanya.
Perkutut juga bisa menjadi sarana pengobatan katanya lagi. Perkutut Rupo Cahyo dia sering menuruh orang yang keluarganya sering berselisih untuk memelihara perkutut model ini dengan harapan  rupa dan cahaya keluarganya berubah menjadi kedamaian dan kegembiraan. Perkutut Sri Mangumpel ini untuk keluarga yang sakit-sakitan, atau salah satu anggotanya sakit tak sembuh-sembuh.
Selain membawa keberuntungan perkutut juga bisa membawa kesengsaraan maka-nya harus dihindari jenis jenis perkutut buntel mayit biasanya cirinya pada sayapnya ada warna putihnya, perkutut labuh geni warnanya kemarahan.
Itu dari sisi mitos, namun yang diperlombakan di tempat ini adalah suara. Suara perkutut yang paling merdu. Ada beberapa kreteria dan patokan yang sudah menjadi standar nasional dan dibakukan. Juripun dihadirkan dari luar daerah. Ada beberap jenis kelas yang diperlombakan. Untuk jenis perkutut yang merdu suaranya bisa dihargai ratusan juta bahkan milyaran. Orang kalau suka harga berapapun pasti akan dikejar, kata pak Yanto. Orang senang atau suka itu tidak ada standarnya dan tak bisa diukur dengan uang. Kepuasan itu juga tidak bisa tergantikan uang, katanya lagi. Sama halnya orang yang jatuh cinta, kemanapun akan dikejar.
Menurut ketua panitia, selain dalam rangkaian grebeg syuro dan hari jadi Ponorogo yang ke 521 kegiatan ini untuk meningkatkan derajat ekonomi masyarakat Ponorogo. Menurutnya banyak pengrajin sangkar burung, para peternak anakan, para pedagang dan industri pakan burung di Ponorogo. Dengan adanya kegiatan ini mereka juga terangkat keberadaannya.
Seperti sangkar burung bermotif wayang milik pak Yanto seperti gambar diatas paling murah dihargai 2,5 juta. Paling mahal 7,5 juta. Harga fantastis untuk sangkar burung yang harganya hampir sama motor. Menurutnya dia melayani permintaan sampai luar pulau, untuk luar pulau biasanya dia sediakan ekpedisi khusus dan harga khusus pula. Bahkan orang Malaysia sering memesan sangkar burungnya dalam jumlah banyak.
Mungkin hal-hal diatas yang membuat harga perkutut di luar dugaan melebihi mobil mewah sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H