Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Mereka Berbahagia dari Sampah Idul Fitri

26 Juni 2017   16:15 Diperbarui: 25 Mei 2020   11:07 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sampah koran bekas alas sholat Idul Fitri|Dokumentasi pribadi

Atik langsung merangsek maju dari tempatnya berdiri. Anak bungsunya langsung dicangklek (gendong samping) memakai kain jarik yang sedari tadi dibikin kalung. Dia segera berhamburan berebut koran-koran bekas bersama puluhan pencari koran bekas sesamanya.

Koran-koran bekas alas sajadah sholat Idul Fitri. Hujan di malam takbiran semalam meski sebentar menyisakan gembongan-gembongan air di aspal yang tidak rata. Koran-koran bekas dari berbagai media dengan segala jenis berita. Koran-koran bekas yang begitu saja ditinggalkan oleh pemakainya. Koran-koran sampah berbagai hasil jurnalis dan berbagai isi berita yang entah sudah terbaca atau belum oleh pemiliknya.

mengais rejeki di hari nan fitri|Dokumentasi pribadi
mengais rejeki di hari nan fitri|Dokumentasi pribadi
sampah berkah|Dokumentasi pribadi
sampah berkah|Dokumentasi pribadi
tak ada yang sia-sia dari apa yang telah disia-siakan|Dokumentasi pribadi
tak ada yang sia-sia dari apa yang telah disia-siakan|Dokumentasi pribadi
sampah koran bekas alas sholat Idul Fitri|Dokumentasi pribadi
sampah koran bekas alas sholat Idul Fitri|Dokumentasi pribadi
Atik, Rudi, Jarno, dan puluhan temannya adalah pemburu berkah, dari sampah-sampah koran yang berserakan. Koran-koran ketika menjelang sholat Idul Fitri paling dicari untuk solusi, koran yang dijajakan oleh pedagang koran bekas. 2 ribu berisi 2 lembar koran bekas, harga yang tak seberapa bila dibandingkan dengan fungsinya. Harga 2 ribu yang membuat pembelinya tak lagi was-was sajadah, jidat, dan bokongnya basah oleh genangan air. Harga yang tak seberapa dibanding dengan khusuknya sholat yang dia kerjakan. Sholat Idul Fitri yang hanya dikerjakan setahun sekali.

Bagaimana nasib kora-koran bekas 2 ribuan ini setelah sholat Idul Fitri usai? Koran-koran sampah saksi ketertundukan pada Illahi di hari Idul Fitri. Dibiarkan saja berhamburan di jalan propinsi. Ditinggalkan begitu saja oleh si pemakai, seakan sipemakai lupa pada janji. Mirip-mirip pilkada ikut berjuang mati-matian dan begitu jadi dilupakan. Dibiarkan berserak lupa berterima kasih.

Untung ada Atik, Rudi, Jarno, dan puluhan temannya pemburu sampah berkah. Menurut Jarno tak ada niatan untuk mencari pahala dari mengumpulkan sampah-sampah. Dia dan keluarganya berharap bisa makan dari sampah koran bekas yang berserakan ini. Menurut Atik sekilo koran bekas dihargai 3,5 sampai 4 ribu, lumayan katanya karena bisa mendapat 10-an kg. Uang 30-40 ribu sudah di pelupuk mata.

Beda lagi sama Rudi, dia membawa becak dia sudah mengumpulkan dari dua tempat sholat Idul Fitri. Mungkin bila dikira-kira sudah 40-an kilo lebih yang dia dapat.

gunungan sampah koran bekas, pundi pundi bagi rudi|Dokumentasi pribadi
gunungan sampah koran bekas, pundi pundi bagi rudi|Dokumentasi pribadi
Wahyudi terbantu dengan kehadiran pemburu sampah koran bekas|Dokumentasi pribadi
Wahyudi terbantu dengan kehadiran pemburu sampah koran bekas|Dokumentasi pribadi
Bagi Wahyudi petugas dinas perhubungan, keberadaan pencari sampah koran bekas sholat Idul Fitri adalah berkah juga baginya. Karena jalan segara bisa dilalui. Jalan di barat alun-alun Ponorogo ini adalah jalan utama yang menghubungkan Ponorogo dengan Pacitan, Trenggalek, Wonogiri Jawa Tengah, Madiun, dan Magetan. Diapun berusaha membantu para pencari sampah koran bekas untuk mengumpulkan sampah.

Ternyata tak ada yang sia-sia dari apa yang telah disia-siakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun