Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Membuat Mereka Betah di Pasar Tradisional?

23 Januari 2017   09:43 Diperbarui: 24 Januari 2017   06:14 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kesederhanaan dan keramahan di pasar tradisional

Beda lagi dengan mbak Widyaningrum, dia selalu menyempatkan sholat jamaah di masjid pasar untuk subuh, meski di dekat rumahnya ada masjid besar. Menurutnya sholatnya terasa mantap sholat jamaah di pasar.

"Doa anak yatim, doa orang teraniaya, dan pedagang jujur  yang cepat dikabulkan Alloh.." katanya. Bukan dia kyai, pejabat, orang pintar namun itu yang ada di hadis imbuhnya.  Dia suka sholat di masjid pasar karena yang menjadi imam sholat adalah pedagang yang sudah naik haji yang dikenal jujur.

Mistis, di pasar tradisional masih berpegang pada mistis. Banyak hal yang tidak masuk akal tapi masih dijalankan sampai saat ini.

Pembeli pertama adalah penglaris atau dalam pasar Bali garus. Ini cara memperlakukan pembeli pertama, mengalah pada pembeli, tidak boleh dihutang, uang harus berusaha pas tidak ada kembalian. Menyakiti pembeli pertama diyakini akan membawa sial untuk pembeli selanjutnya.

Setelah dibayar, uang dari pembeli pertama tersebut dikibas-kibaskan pada dagangannya, sambil mengucap Laris... Laris... . Kalau orang Bali garus ... garuuus....

Di pasar tradisional masih dipercaya adanya Tuyul berkeliaran sehingga kotak uang para pedagang  diberi semacam ajimat yang didapatkan dari dukun atau  kyai. Persaingan bisnis juga luar biasa antar pedagang, untuk itu para pedagang mendatangi orang pintar untuk menghindari hal-hal yang bisa membahayakan.

Kisah sukses pedagang bisa dilihat atau didapat dari cerita yang bersangkutan, sedang di pasar modern di dapat dari media. Seringkali orang yang sukses di pasar tradisional menularkan cara kesuksesan pada pembeli atau rekannya tanpa takut ditiru caranya, rejeki sudah ada yang mengatur katanya.

Butuh nyali untuk belaja di pasar tradisional untuk tawar menawar, harga yang ditawarkan biasa pembeli menawar dari harga 50% yang ditawarkan, dan biasanya barang dilepas  pada kisaran harga 60%. Sebenarnya syah saja menawar dari 10% namun sudah menjadi rahasia umum kalau kisaran harga segitu. Tapi seringkali semakin pintar menawar semakin mendapat harga yang murah. Hal ini tidak bisa di dapatkan di pasar modern.

Orang-orang rela berdesak-desakan, berbecek-becek, berbau-bau untuk datang ke pasar tradisional. Mungkin hal-hal diatas alasannya, dan tidak bakalan ditemukan di pasar modern. Hal ini pula alasan mengapa Hari Pasar Rakyat Nasional perlu dicanangkan

 

*) Am_Pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun