Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Cumbri, Bukit Pemisah Dua Provinsi

11 Januari 2017   21:30 Diperbarui: 12 Januari 2017   23:18 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di atas ketinggian bukit Cumbri serasa di tengah samodra

“Tugas kulo naming mbantu tiyang bade dating Cubri ben penak, ben lancar, ben aman, lan ben slamet, ora peduli soko Wonogiri opo Ponorogo,” terang Pak Sarno, tugasnya memberi kemudahan pada pengujung Cumbri agar enak, lancar, aman, selamat tidak peduli meraka berasal dari Ponorogo atau Wonogiri.

Dari pos Pager Ukir ini tidak ada retribusi atau karcis masuk, hanya parkir motor 2 ribu dan mobil 5 ribu. Dan bila menginap menjadi dua kali lipatnya. Ongkos parkir sekaligus penitipan yang sangat murah. Motor dijaga 24 jam oleh pemuda Pager Ukir bergantian.

pak sarno dan pemuda Pager Ukir (pokdarwis)
pak sarno dan pemuda Pager Ukir (pokdarwis)
Menurut Pak Sarno, dari uang parkir ini bisa untuk membangun mushola di dekat pos dan pos yang permanen untuk menyediakan informasi tentang pendakian. Saban hari ada 25-an kendaraan yang dititipkan. Dan pada hari Minggu bisa menjapai 50-75 kendaraan yang dititipkan. Rekor pada tahun baru mencapai 150-an kendaraan, jelas Pak Sarno.

Masyarakat sekitar pos bisa berjualan makanan dan minuman di sekitar pos, imbas semakin ramainya Cumbri membawa berkah pada masyarakat sekitar. Gayung bersambut, pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo memberikan fasilitas dengan memperbaiki infrasturuktur pengerasan jalan dengan cor semen serta pelatihan kader sadar wisata bagi masyarakat Pager Ukir. Bagaimana mengelola, menjaga, mengurus sampah sampai memberi peringatan kepada setiap pengunjung untuk membawa turun setiap sampah bekas makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Semakin hari semakin ramai, siap tidak siap Pak Sarno dan warga Pager Ukir harus menyiapkan diri. Dia tidak peduli dengan polemik tentang siapa yang berhak atas Gunung Cumbri. Tugas dia adalah menerima tamu yang ke desanya atau melewati desanya. Bisa membantu orang, bisa mempermudah orang lain mereka yakin Allah akan mempermudah urusannya pula. Mereka sadar bahwa desanya adalah salah satu jalur pendakian termudah dan terdekat untuk mencapai puncak sehingga ke depannya desanya akan menjadi ramai dan menjadi jalur perlintasan paling dicari dan dilewati orang.

Untuk mencapai Desa Pager Ukir ini, pengunjung dari Wonogiri bisa melewati Badegan ambil jalan ke kiri setelah pasar di situ sudah banyak papan petunjuk arah yang dibikin oleh Dinas Pariwisata Ponorogo. Sedangkan dari arah Ponorogo (timur) lewat Kapuran belok kanan kea rah desa Glinggang, ambil arah desa Kunti langsung ikuti papan petunjuk. Selain Cumbri, di Desa Pager Ukir ada situs arkeolog Watu Dukun dan Beji (sumber air) di jalur menuju bukit Cumbri.

Selamat datang di Gunung Cumbri Indonesia, seperti kata Pak Sarno.

*) PmLapUAm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun