[caption caption="Aku, Diana, dan Minyak Kayu Putih Aromaterapi Cap Lang"][/caption]
Operasi baru berjalan satu jam-an namun punggungku terasa kaku dan membeku, lengan kiriku juga nyeri luar biasa. Berkali-kali aku gelengkan kepala untuk mengurangi rasa kaku. Peluhku mulai membasahi bajuku, meski hawa dingin AC terasa menusuk tulang. Hanya meringis yang aku bisa menahan sakit dipunggungku.
Robekan rahim orang yang ada di depanku masih saja mengucurkan darah. Darah merembes dan kami terus berusaha mencari sumbernya. Semakin banyak perdarahan semakin sulit perdarahan dihentikan.
Hidup harus terus berlanjut, rintihku berusaha bertahan sampai operasi selesai dan aman.
Begitu jahitan terakhir selesai dan ditutup aku langsung ambruk, meringis kesakitan. Tubuh seperti robot terbatas dalam gerakan.
“Ada apa mas?” tanya Diana panik, sambil memapahku ke ruang yang biasa dipakai untuk pemulihan pasien paska operasi.
“Punggungku nyeri hebat, pusing dan mual limbung badanku...” jawabku lirih.
Diana mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
“Berbaring mas, ku-olesi punggungmu dengan Kayu Putih Aromatherapy Rose.” Tawarnya.
Seperti dicolok hidungku tak ada pilihan selain menuruti Diana. Perlahan aku turunkan pakaian seragam kamar operasi yang tanpa krah tersebut.
Diana langsung mengoleskan minyak yang berada di botol bening tersebut pada punggung dan leherku. Aromanya tipis dan segar mengalir ke dalam hidungku, hangat berasa pada punggung dan leherku. Baunya segar aroma teraphis, rasa mual berangsur berkurang.