Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Kehidupan pada Pak Fendy Siregar

5 Oktober 2016   14:13 Diperbarui: 5 Oktober 2016   19:10 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya terus mengamati pak Fendi dari jauh, saya lihat cara berjalan beliau, pelan dan setiap langkah-langkah seperti tak bersuara. Pijakan kakinya seperti menapak bagian tungkai duluan, tapi entah lah ini hanya penglihatan saya saja. Tapi benar seperti mengendap-endap namun gestur tubuhnya tetap tegak, sehingga tidak membuat kaget orang.

Saya memberanikan diri mendekat, berusaha mencari tahu apa dan cara menjepretnya.

“Jam segini itu bagus-bagusnya warna, matahari belum terlalu keras bersinar kita bisa dapat dimensi mas...” jelas beliau.

“Kita ambil ekspresi wajah orang, separoh gelap dan separoh terang ambil batasnya pada garis muka...” kata pak Fendi sambil memperlihatkan hasil jepretannya.

“Kita belajar menangkap ekspresi...” jelasnya lagi. 

[caption caption="suasana pasar"]

[/caption]

[caption caption="takut-takut"]

[/caption]

[caption caption="jagoan"]

[/caption]

[caption caption="tawar menawar"]

[/caption]

Beliau mengajarkan bagaimana mengamati dan mengabadikan perilaku orang sehari-hari. Tak hanya kehidupan yang jamak namun lebih spesifik. Bagaimana menangkap ekspresi, misal saat orang sedang senang, bersedih, menderita, tekun dan sebaginya. Juga memikirkan tempat  di mana subjek berada.

Beruntung saya bertemu beliau, dan malamnya beliau masih menyempatkan diri untuk memberikan pelajaran tentang bagaimana human interest dan stretphotograpy di mall tempat teman-teman Beku mengadakan pameran photography. Beliau juga mengajak teman-teman Beku mengunjungi sesepuh reyog dan pelaku seni tempo dulu. Beliau mengorek cerita bagaimana sial muasal reyog dan budaya Ponoragan dari berbagai sumber. Masjid tua Tegal sari dan rumah adat Ponorogo juga tak luput dikunjunginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun