"Luar biasa penampilannya, Mbak..." puji saya.
"Terima kasih, Mas... " Jawabnya sambil terus bergantian memeluk anak didiknya yang barusan pentas.
Usia mereka seragam, postur tubuh juga hampir sama. Mereka adalah para mahasiswa Universitas Brawijaya (Unbraw).
Ketua kontingen Denny Nuryana mengatakan pihak Unbraw punya perhatian khusus terhadap seni, khususnya seni reyog. Tahun lalu pada posisi runner up, semoga kali ini bisa menjadi yang terbaik harapnya.
Pihaknya sudah mulai melakukan screening sejak awal, pada waktu penerimaan mahasiswa baru. Pihak Unbraw memberi kesempatan kepada calon mahasiswa yang berbakat pada seni untuk bergabung. Para lulusan SMU diberikan jalur khusus, diberi kemudahan. Sehingga grup reyog ini mudah berkembang di kampus Unbraw seperti sekarang ini.
Ketika ditanya konsep tariannya mirip pasukan perang, Mbak Queen hanya tertawa.
“Ya ndak to mas...mungkin semangat para mahasiswa sehingga terkesan begitu, tenaga dan fisiknya masih fresh mas...” jawabnya.
"Ini seni Ponorogo pelatihnya dari Solo, dan penari mahasiswa Malang komplit Mas... Kekompakan mahasiswa ini mungkin yang ditafsirkan penonton seperti pasukan perang Prabu Brawijaya kala itu" Katanya lagi.
Pada penampilan kemarin juga di hadiri rektor dan jajarannya. Beliau mendukung penuh penampilan mahasiswa nya.
Penataan panggung juga diubah, tidak monoton. Para pengambil gambar dan wartawan diberikan tempat khusus, sehingga penonton tidak terganggu. Pasar malam yang sudah puluhan tahun hadir di alun-alun ditiadakan. Dengan tujuan konsentrasi penonton hanya tertuju pada panggung. Protes sana-sini mengawali perubahan ini, namun demi kebaikan festival ke depan musti dilakukan.
Sampai tulisan ini ditayangkan, belum diketahui kontingen mana yang memenangkan perlombaan.