Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Yang Tersisa dari Hari Jadi Ponorogo 520

14 September 2016   21:59 Diperbarui: 15 September 2016   03:00 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="tarian warok, lincah dan menggemaskan"][/caption]Tingkah polahnya lucu menggemaskan, berkali terjatuh berkali pula cepat bangun. Gerakannya berusaha menyesuikan gamelan yang ditabuh di sudut panggung. Tarian mereka dinamis dan cenderung aktraktif baik penari laki-laki maupun penari perempuan. Untuk seusia anak SD mereka sudah piawai dan rancak membawakan tarian yang berdurasi hampir 1,5 jam.

Tarian yang mereka bawakan adalah kolosal, tarian yang menceritakan babad Ponorogo. Tarian tentang kebanggaan prajurit perang, tentang kekuatan, tentang kehalusan, tentang kecerdikan, tentang kebersamaan dalam menjaga kehormatan rajanya. Adapula versi yang mengartikan ini adalah tarian ejekan atau sindiran halus pada rajanya, sudahlah ambil sisi positifnya saja.

[caption caption="penampilan SDN 01 Jinglong"]

[/caption]

[caption caption="penari Jathilan anak SD"]

[/caption]

[caption caption="pembarong, anak terkuat di sekolahnya"]

[/caption]Dadag merak yang mereka panggul juga menyesuaikan usia mereka, ukuran dan berat dadag reyog lebih kecil dan jauh lebih ringan dibanding dengan dadag reyog yang biasa dipakai penari dewasa. Begitu juga topeng penthul dan klonosewandono juga menyesuaikan ukuran wajah anak-anak SD.

[caption caption="tunggang senggak, pemandu sorak"]

[/caption]Sementara guru-guru mereka berada di belakang pangung di area gamelan, guru-guru mereka memberi aba-aba pada tunggang senggak (pemandu sorak) agar gerakan lebih rancak dan serempak.

Ini adalah gelaran festival reyog mini dalam rangka peringatan hari jadi Ponorogo ke 520 kemarin. Pemeritah Daerah benar-benar memberi ruang gerak untuk anak-anak dalam mengapreasi seni. Semua kegiatan seni di hari jadi didomisi oleh anak-anak. Gelar reyog mini diikuti anak usia SD, gelaran kerawitan diikuti anak SD dan SMP, begitu juga gelaran kirab budaya. Pemilihan duta wisata thole genduk juga untuk anak usia SD.

[caption caption="Bupati Ipong membuka secara resmi festival reyog mini"]

[/caption]Bupati Ipong dalam sambutannya menyatakan kebangaanya pada para peserta tingkat SD ini, kecemasan bupati akan regenerasi reyog sirna sudah.

“Ponorogo tidak bakalan kehabisan stok pembarong dan penari reyog, ketakutan saya pada punahnya reyog terjawab sudah.” Kata bupati bangga.

Kepala dinas pariwisata Sapto Jadmiko juga mengamini apa yang diungkapkan bupati Ipong, menurutnya setiap SD wajib mempunyai seni reyog, pihak pemda lewat dinas pendidikan memberi bantuan seperangkat reyog. Untuk pelatih juga disediakan oleh pemda, para pelatih seni di kirim ke SD-SD.

Menurut Imam salah satu guru yang mengantarkan anak didiknya, tingkat kesulitan adalah membentuk team awal. Pihaknya sudah menyeleksi mulai anak-anak duduk di kelas 3. Sebenarnya mulai TK anak-anak di Ponorogo sudah dikenalkan pelajaran seni reyog. Sehingga mendengar gamelan saja anak-anak sudah menyesuaikan gerakan. Jathilan milik anak-anak perempuan. Warok, penthul, klono sewandono milik anak-anak lelaki, begitu juga pemborongnya mereka anak lelaki yang paling kuat di sekolahnya. Imam juga menuturkan porsi kegiatan seni mulai dikurangi ketika anak didiknya mulai memasuki kelas 6, karena persiapan ujian akhir.

[caption caption="kelono sewandono"]

[/caption]Gelaran hari jadi Ponorogo ke 520 telah usai, tantangan ke depan adalah bagaimana anak-anak ini kelak bisa menjadi duta wisata, pewaris seni yang kelak akan menjadi jembatan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya.

Kurang dua minggu lagi gelaran grebeg Syuro juga segera dihelat. Datang dan nikmati Festival Reyog Nasional, serta pagelaran seni selama 2 mingguan. Perayaan keagamaan bersinergi dengan seni budaya.

 

#PonorogoAdalahRindu

#PonorogoKotaSantri

#PonorogoKotaBudaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun